Jum’at, 16 November 1990 --- Pagi
ini Presiden dan Ibu Soeharto serta rombongan mengunjungi Tembok Besar
yang terletak kurang lebih 70 kilometer dari Beijing. Sekembali dari
Tembok Besar yang sangat terkenal itu, masih di luar kota Beijing,
Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi koperasi di desa Si Ji Qing (Kota
yang Selalu Hijau). Dengan menggunakan lahan seluas 2.300 hektar,
koperasi ini melayani kebutuhan sayur dan buah-buahan untuk kota
Beijing.
Dalam pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal
Partai Komunis Cina, Ziang Zhemin, di Gedung Pusat Pemerintahan hari
ini, Presiden ingin mengetahui dari tangan pertama, sampai dimana Partai
Komunis Cina menganut prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri
negara lain. Ziang Zhemin menegaskan kepada Presiden bahwa PKC tidak
mencampuri urusan dalam negeri dan partai komunis negara lain.
Dikatakannya juga bahwa PKC menginginkan RRC bekerjasama dengan negara
lain.
Atas pertanyaan Ziang Zhemin, Presiden mengatakan
bahwa bekas-bekas anggota PKI yang masih berada di RRC boleh saja
kembali ke Indonesia, tetapi mereka akan harus mempertanggungjawabkan
perbuatan mereka didepan pengadilan. Jika ada diantara mereka nanti
ternyata tidak bersalah, maka mereka tidak diapa-apakan.
Kepadanya,
Presiden juga menjelaskan bahwa kini tidak ada satu orangpun tahanan
PKI di Indonesia dan bekas-bekas anggota PKI yang telah menjalani
hukuman itu bebas hidup di masyarakat.
Sore ini
Presiden dan Ibu Soeharto mengunjungi Masjid Dongsi, salah satu dari 60
masjid yang terdapat di Beijing. Di masjid yang dibangun pada tahun 1447
Masehi ini, Presiden menyerahkan sumbangan uang sebesar US$30.000,-
serta sejumlah kitab Suci Al Quran terbitan Indonesia dan kaligrafi
kepada imam masjid tersebut, Haji Saliha An Shi Wei. Imam masjid ini
memberikan sebuah kitab suci Al Quran terbitan Cina kepada Presiden
Soeharto, sebagai tanda persahabatan sesama muslim.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto