Jum’at, 5 November 1965
Letjen. Soeharto memberikan sambutan tertulis pada Kongres Luar Biasa PWI di Jakarta. Ia mengatakan bahwa dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban secara keseluruhan, maka berbagai lembaga, departemen instansi, badan-badan kenegaraan dan kemasyarakatan kini dengan intensif telah dan sedang membersihkan diri dari oknum yang diduga atau telah turut tersangkut dalam petualangan coup G-30 –S /PKI. Ia mengharapkan hal yang serupa dilakukan juga oleh PWI.
Menpangad Letjen. Soeharto juga agar para wartawan menghapus istilah ‘’pers pemerintah’’ dan ‘’pers non pemerintah’’, karena pengertian itu hanya ada dalam alam liberalisme. Kita hanya mengenal pers pancasila yang sepenuhnya bersumber pada pancasila dan hanya memihak kepada pancasila itu sendiri, demikian jendral Soeharto.
Letjen. Soeharto memberikan sambutan tertulis pada Kongres Luar Biasa PWI di Jakarta. Ia mengatakan bahwa dalam rangka pemulihan keamanan dan ketertiban secara keseluruhan, maka berbagai lembaga, departemen instansi, badan-badan kenegaraan dan kemasyarakatan kini dengan intensif telah dan sedang membersihkan diri dari oknum yang diduga atau telah turut tersangkut dalam petualangan coup G-30 –S /PKI. Ia mengharapkan hal yang serupa dilakukan juga oleh PWI.
Menpangad Letjen. Soeharto juga agar para wartawan menghapus istilah ‘’pers pemerintah’’ dan ‘’pers non pemerintah’’, karena pengertian itu hanya ada dalam alam liberalisme. Kita hanya mengenal pers pancasila yang sepenuhnya bersumber pada pancasila dan hanya memihak kepada pancasila itu sendiri, demikian jendral Soeharto.
Minggu, 5 November 1967
Pejabat Presiden hari ini mengadakan perundingan dengan Wakil Presiden Hubert Humphreydari Amerika Serikat. Dalam perundingan tersebut telah dibicarakan maslah-masalah bilateral, kerja sama regional, dan peninjauan secara khusus atas masalah Vietnam. Tentang Vietnam, Jenderal Soeharto mengemukakan sikap pemerintah Indonesia bahwa masalah Vietnam hanya dapat diselesaikan secara baik apabila pihak-pihak yang terlibat dalam perang itu benar-benar beritikad baik untuk menyelesaikan secara damai.
Jum’at, 5 November 1971
Selama hampir satu setengah jam hari ini Presiden Soeharto bertukar pikiran dengan Menteri Keuangan AS, John Connelly, yang sedang berada di Jakarta. Dalam tukar pikiran tersebut telah dibahas berbagai hal yang berkaitan dengan masalah pembangunan di Indonesia. Kepada Connelly, Presiden antara lain menjelaskan bahwa sekalipun bantuan luar negeri dapat memperlancar pembangunan tetapi pelaksanaannya dilakukan Indonesia dengan kemampuan sendiri. Dalam pertemuan itu Presiden didampingi oleh menteri keuangan Ali Wardhana, sedangkan menteri Connelly didampingi oleh duta Besar AS Francis Galbraith.
Selasa, 5 November 1974
Presiden Soeharto pagi ini membuka secara resmi Kongres Periklanan Asia ke -9 di Balai Sidang, Jakarta dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengajak para peserta kongres untuk memelihara nilai-nilai luhur sesuatu masyarakat. Dikemukakannya bahwa apabila gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh iklan kepada masyarakat buruk, maka hal ini akan mengakibatkan lemahnya masyarakat, sehingga akhirnya tidak akan menjadikannya tempat yang subur bagi pertumbuhan periklanan sendiri.
Oleh karena itu Kepala Negara menyerukan agar dunia periklanan memupuk tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Ditegaskannya, jangan sampai dukungan keuangan dan tehnik-tehnik komunikasi yang tinggi itu meninbulkan penyelubungan tipu muslihat yang dapat menyesatkan masyarakat.
Sidang Dewan stabilisasi Ekonomi Nasional berlangsung mulai pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha dibawa pimpinan Presiden Soeharto. Sidang telah membahas perkembangan ekonomi pada umumnya, dan khususnya perkembangan inflasi. berdasarkan indeks harga 62 macam barang, di bandingkan bulan September, maka laju inflasi dalam bulan Oktober naik sebesar 2,5%. Kenaikan tersebut adalah disebabkan kenaikan harga bahan makanan diluar beras , gula, dan pakaian menjelang puasa dan lebaran yang lalu.
Sidang hari ini menetapkan kenaikan harga gula sekitar 20%, yaitu dari Rp 112,- menjadi Rp 135,50. Kenaikan ini dianggap perlu untuk mengurangi subsidi impor gula dan sekaligus untuk memberikan insentif yang lebih besar kepada investor-investor dalam negeri, selain untuk mendorong investasi baru di bidang pergulaan. Dalam hubungan ini pemerintah juga memutuskan untuk memberikan intensif-intensif khusus dalam bentuk lain.
Rabu, 5 November 1975
Preisden Soeharto siang ini menerima Kunjungan Pengurus Pusat Persatuan Insinyiur Indonesia (PII)di Bina Graha. Selain ketuanya Ir. Tampubolon, hadir pula anggota –anggota pengurus lainnya , yaitu Ir Loekito , Ir Goerawan , Ir soetomo adisasmito, Ir Markaban , dan Ir sedunia (WFEO , world federation of Enginner ‘ (Organizations) yang baru-baru ini berlangsung di tunisia.
Rabu, 5 November 1980
Hari ini di Bina Graha, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin. Didalam sidang hari ini Presiden memutuskan untuk mengadakan stok nasional terhadap beberapa kebutuhan lain, disamping bahan kebutuhan pokok. Kebijaksanaan ini diambil Kepala Negara demi menjaga stabilitas harga. Sehubungn dengan kebijaksanaan baru ini, Kepala Negara menugaskan Menteri Perdagangan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai barang-barang yang perlu dimasukan dalam stok nasional.
Sidang kali ini juga mengevaluasi gerakan inflasi selama bulan Oktober 1980. Dibandingkan keadaan pada bulan sebelumnya, maka laju inflasi selama bulan Oktober naik cukup tinggi, yaitu dari 0,36% menjadi 1,69%. Disimpulkan bahwa kenyataan ini disebabkan oleh terjadinya kenaikan harga barang pada kelompok makanan, khususnya beras dan gula.
Kamis, 5 November 1981
Pukul 10.00 pagi ini bertempat di Istana Negara. Presiden Soeharto menerima 350 peserta Kongres KNPI ke-3 kepada pimpinan dan pemuda yang tergabung dalam KNPI itu, Presiden berpesan agar benar-benar menjaga kesatuan dan persatuan KNPI. Sebab kata Presiden . KNPI adalah milik seluruh pemuda Indonesia , malahan merupakan salah satu milik nasional kita. Karena itu merupakan tugas nasional untuk terus membina dan mengembangkan semua potensi anak-anak rakyat menjadi pemuda andalan bangsannya yang sedang membangun dan siap membangun masa depan.
Keluarga Besar Golkar Kabupaten Magelang dan Gapensi Tasik Malaya mengusulkan kepada MPR hasil Pemilihan Umum 1982 untuk menetapkan Jenderal (purn.) Soeharto sebagai Bapak pembangunan Nasional dan Presiden RI periode 1983-1988.
Sabtu, 5 November 1983
Jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan Kanselir Helmut Kohl bertempat di Istana merdeka. Dalam pembicaraan yang berlansung selama kurang lebih dua jam itu. Kedua pemimpin memusatkan perhatian pada masalah-masalah hubungan ekonomi antara kedua negara Akan tetapi, disamping itu, telah pula dibahas masalah-masalah keamanan dunia yang berkaitan dengan penempatan peluru-peluru kendali di negara-negara NATO.
Berbicara mengenai hubungan ekonomi antara Indonesia dan Jerman Barat, Presiden Soeharto mengharapkan agar di masa-masa yang akan datang Jerman Barat bisa lebih banyak melakukan investasi di Indonesia. Juga di harapkannya agar di waktu-waktu mendatang pihak Jerman Barat bisa lebih banyak lagi mengimpor komoditi dari Indonesia.
Menanggapi harapan Presiden Soeharto itu. Dalam pertemuan tersebut, Konselir Kohl menyatakan kesanggupannya untuk mendorong pengusaha-pengusaha Jerman Barat agar mau menanamkan modalnya di Indonesia.
Senin, 5 November 1984
Pukul 09.00pagi ini Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Kepala staf Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris, Field Marshall Edwin Bramall; ia diantar oleh pangab Jenderal LB Murdani. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan masalah kerjasama antara kedua negara terutama dalam bidang pertahanan.
Setelah bertemu Kepala Negara, Field Marshal Bramall mengatakan bahwa dalam pertemuan selama 30 menit itu Presiden Soeharto telah menerangkan secara singkat tentang politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Setengah jam kemudian, di tempat yang sama, Menteri Pertambangan dan Energi Subroto menghadap Presiden Soeharto. Ia datang untuk melaporkan tentang keadaan harga minyak, OPEC di pasaran International. harga minyak tampaknya akan membaik sebagai reaksi atas hasil-hasil yang dicapai oleh persidangan OPEC di Jenewa baru-baru ini. Sidang tersebut mempunyai target untuk mempertahankan harga minyak pada patokan harga US$29 ,- per barrel dengan menurunkan produksi dari 17,5 juta barrel per hari menjadi 16 juta barrel sampai akhir 1984.Harga minyak Arabia Light sejak 1 november lalu telah kembali diatas US$28,- per barrel.
Selasa, 5 November 1985
Di Bina Graha pagi ini, Presiden Soeharto menerima Lord Remnant, Wakil Ketua Ultramar Plc/Ketua Misi Investasi dan Perdagangan Inggris. Dalam pertemuan itu telah dibahas mengenai kemungkinan-kemungkinan perusahaan Inggris ikut membantu pembangunan dalam bidang komunikasi, transportasi, agro-ekonomi, dan transmigrasi. Dalam kunjungan ini Lord Remnant di dampingi oleh Duta Besar Inggris, Alan E Donald.
Rabu, 5 November 1986
Presiden Soeharto menginstruksikan Menteri Pertanian, Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Menteri Penerangan dan Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi untuk melakukan kerjasama dan koordinasi sebaik-baiknya, guna mengatasi hama wereng coklat yang berkembang populasinya di beberapa daerah belakangan ini.
Instruksi ini dikeluarkan dalam sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpin Presiden Soeharto hari ini di bina Graha. Instuksi yang bertujuan untuk melestarikan swasembada pangan, terutama beras, itu dituangkan dalam Instruksi Presiden No.3 Tahun 1986. Sementara itu didalam sidang tersebut , Presiden telah menugaskan Menteri Pertanian untuk melaksanakan pengendalian hama dan penyakit padi dengan menerapkan konsepsi pengendalian hama terpadu.
Dalam sidang hari ini juga dilaporkan bahwa indeks harga konsumen di Indonesia untuk bulan Oktober 1986 menunjukan kenaikan harga sebesar 2,03%; hal ini karena terjadinya kenaikan harga kelompok makanan, perumahan, kelompok sandang serta kelompok aneka barang dan jasa. Inflasi tahun anggaran (mulai April) dengan demikian mencapai sebesar 6,42% sampai dengan bulan Oktober dan inflasi tahun takwin (mulai Januari) sebesar 7,95%. Mengenai jumlah uang yang beredar sampai minggu kedua Juli 1986 dilaporkan sebanyak Rp 10,4 triliun.
Kamis, 5 November 1987
Pukul 10.20 pagi ini, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin, bertempat di Bina Graha. Didalam sidang Presiden Soeharto meminta agar upaya untuk meningkatkan ekspor non-migas dilakukan secara terus menerus. Presiden mengharapkan agar dimasa datang ekspor non-migas dapat diseimbangkan dengan ekspor migas, malah, kalau bisa, melebihinya. Untuk itu, jalur-jalur perdagangan luar negeri juga perlu diperkokoh. Dikemukakan oleh Kepala Negara bahwa dengan meningkatnya ekspor non-migas, bukan saja dapat diraih lebih banyak, tetapi pendapatan petani juga akan meningkat, disamping ekspor non-migas itu dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak.
Didalam sidang diungkapkan bahwa ekspor non-migas pada bulan Agustus yang lalu mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Neraca perdagangan (sementara) Indonesia dalam bulan Agustus 1987 memperlihatkan ekspor sebesar US$1.665,7 juta, sedangkan impor berjumlah US$981, 7 juta, dengan demikian dalam bulan Agustus terdapat surplus sebesar US$684 juta. Dari neraca tersebut, ekspor non-migas mencapai US$804,5 juta atau merupakan 47% dari keseluruhan jumlah ekspor.
Sabtu, 5 November 1988
Selama satu jam, bertempat di Cendana pagi ini Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan anggota MEE Claude Cheysson. Ceysson dan rombongannya berada di Jakarta untuk mengetahui langkah-langkah yang akan diambil Indonesia dalam memanfaatkan pasar tunggal Eropa yang mulai diberlakukan pada tahun 1992. Selain masalah bilateral Indonesia dengan MEE, pertemuan itu juga menyinggung soal masalah Indocina.
Senin, 5 November 1990
Pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima para peserta Rapim ABRI 1990. Rapim yang diikuti oleh 170 peserta itu di adakan di Jakarta dari tanggal 1-3 November yang lalu. Hasil-hasil Rapim tersebut pagi ini dilaporkan kepada Kepala Negara oleh Pangab Jenderal Try Sutrisno.
Dihadapan para pserta Rapim, Kepala negara menegaskan bahwa ABRI harus mampu menjabarkan peranannya sebagai stabilisator, dinamisator dan modernisator secara kreatif dan dinamis. Pelaksanaan peran ini harus sesuai dengan tahap perkembangan masyarakat kita, baik dewasa ini maupun dimasa datang. Ada kalanya ABRI perlu berada didepan sebagai perintis, pelopor dan pendobrak. Namun ABRI tidak boleh ragu untuk menempati posisi “Tu twuri Handayani”, jika masyarakat kita sudah siap untuk tampil kedepan. Dalam zaman apapun ABRI harus setia kepada Pancasila dan berpegang teguh pada Saptamarga. Pemikiran-pemikran politik kita harus terus kita kembangkan secara kreatif dan dinamis.
Selasa, 5 November 1991
Presiden Soeharto memerintahkan agar pelaku pencemaran tiga buah sungai yang melintasi Jakarta ditindak sesuai dengan pelanggaran janji yang mereka berikan kepada pemerintah beberapa waktu yang lalu. Demikian diungkapkan oleh Menteri KLH, Emil Salim, setelah diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Dikatakannya bahwa Kepala Negara menginginkan mereka ditindak agar mereka tidak lagi melakukan pencemaran di masa-masa mendatang. Perusahaan-perusahaan itu telah berjanji bahwa mereka tidak akan lagi melakukan pencemaran terhadap ketiga sungai tersebut sampai bulan Juni 1991. Tetapi janji itu mereka langgar, dan kini pemerintah menetapkan batas waktu, yaitu bulan Desember 1991.
Pukul 10.00 pagi ini, Presiden soeharto meresmikan pembukaan Konvensi Nasional Standardisasi dan Penerapan Pengendalian mutu, dalam suatu acara bertempat di Istana Negara. Dalam kata sambutannya, Presiden mengatakan bahwa dewasa ini pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjadi satu-satunya standar yang berlaku di seluruh wilayah negara kita. SNI ini merupakan pegangan kita semua untuk meningkatkan, mempertahankan, dan sekaligus memberikan jaminan mutu bagi produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan di pasar Internasional.
Dalam hubungan ini Kepala Negara mengingatkan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan standardisasi ini ditentukan oleh banyak pihak. Keberhasilan saja tidak ditentukan oleh hasil kerja instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan, para produsen, pengusaha dan eksportir, teteapi juga para konsumen.
Kamis, 5 November 1992
Kepala negara pagi ini, di Bina Graha, menerima rombongan persatuan penyandang cacat Indonesia (PPCI) yang dipimpin oleh ketuanya, Koesbiono Sarmanhadi. Dalam pertemuan itu Presiden mengharapkan agar para pendertia cacat mamppu mandiri dan tidak tergantung pada lowongan kerja yang sudah ada karena persoalan kesempatan kerja tidak hanya menjadi masalah penderita cacat saja, melainkan juga orang yang normal fisiknya. Presiden juga berharap para penderita cacat bisa bergabung dengan koperasi serta meminta pengurus PPCI yang merupakan federasi bagi organisasi-organisasi penderita cacat untuk menjalin hubungan erat dengan instansi-instansi terkait seperti Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hari ini Presiden Soeharto mengirim ucapan selamat kepada Bill Clinton yang telah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat menggantikan George Bush. Dalam telegram itu Kepala Negara mengharapkan terpeliharanya hubungan baik antara kedua negara dimasa-masa mendatang. Presiden juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada George Bush yang selama memimpin AS telah menunjukkan kesediaan bekerjasama yang erat dengan Indonesia.
Presiden Soeharto memerintahkan agar pelaku pencemaran tiga buah sungai yang melintasi Jakarta ditindak sesuai dengan pelanggaran janji yang mereka berikan kepada pemerintah beberapa waktu yang lalu. Demikian diungkapkan oleh Menteri KLH, Emil Salim, setelah diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Dikatakannya bahwa Kepala Negara menginginkan mereka ditindak agar mereka tidak lagi melakukan pencemaran di masa-masa mendatang. Perusahaan-perusahaan itu telah berjanji bahwa mereka tidak akan lagi melakukan pencemaran terhadap ketiga sungai tersebut sampai bulan Juni 1991. Tetapi janji itu mereka langgar, dan kini pemerintah menetapkan batas waktu, yaitu bulan Desember 1991.
Pukul 10.00 pagi ini, Presiden soeharto meresmikan pembukaan Konvensi Nasional Standardisasi dan Penerapan Pengendalian mutu, dalam suatu acara bertempat di Istana Negara. Dalam kata sambutannya, Presiden mengatakan bahwa dewasa ini pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang menjadi satu-satunya standar yang berlaku di seluruh wilayah negara kita. SNI ini merupakan pegangan kita semua untuk meningkatkan, mempertahankan, dan sekaligus memberikan jaminan mutu bagi produk-produk dan jasa-jasa yang ditawarkan di pasar Internasional.
Dalam hubungan ini Kepala Negara mengingatkan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan standardisasi ini ditentukan oleh banyak pihak. Keberhasilan saja tidak ditentukan oleh hasil kerja instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan, para produsen, pengusaha dan eksportir, teteapi juga para konsumen.
Kamis, 5 November 1992
Kepala negara pagi ini, di Bina Graha, menerima rombongan persatuan penyandang cacat Indonesia (PPCI) yang dipimpin oleh ketuanya, Koesbiono Sarmanhadi. Dalam pertemuan itu Presiden mengharapkan agar para pendertia cacat mamppu mandiri dan tidak tergantung pada lowongan kerja yang sudah ada karena persoalan kesempatan kerja tidak hanya menjadi masalah penderita cacat saja, melainkan juga orang yang normal fisiknya. Presiden juga berharap para penderita cacat bisa bergabung dengan koperasi serta meminta pengurus PPCI yang merupakan federasi bagi organisasi-organisasi penderita cacat untuk menjalin hubungan erat dengan instansi-instansi terkait seperti Departemen Sosial dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Hari ini Presiden Soeharto mengirim ucapan selamat kepada Bill Clinton yang telah terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat menggantikan George Bush. Dalam telegram itu Kepala Negara mengharapkan terpeliharanya hubungan baik antara kedua negara dimasa-masa mendatang. Presiden juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada George Bush yang selama memimpin AS telah menunjukkan kesediaan bekerjasama yang erat dengan Indonesia.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo
Editor : Sukur Patakondo