Sabtu, 4 November 1967
Malam ini Pejabat Presiden mengadakan jamuan makan malam untuk menghormati kunjungan wakil Presiden AS, Hubert Humphrey, di Istana Negara, Jakarta. Dalam kata sambutannya, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa kunjungan wakil Presiden Hubert Humphrey mengandung arti yang sangat penting, baik dalam hubungannya dengan perkembangan politik dunia pada umumnya, di Asia khususnya, maupun ditinjau dari sudut hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Malam ini Pejabat Presiden mengadakan jamuan makan malam untuk menghormati kunjungan wakil Presiden AS, Hubert Humphrey, di Istana Negara, Jakarta. Dalam kata sambutannya, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa kunjungan wakil Presiden Hubert Humphrey mengandung arti yang sangat penting, baik dalam hubungannya dengan perkembangan politik dunia pada umumnya, di Asia khususnya, maupun ditinjau dari sudut hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Senin, 4 November 1968
Presiden Soeharto siang ini mengadakan pertemuan dengan para Direksi PT PP Berdikari yang dipimpin oleh Direktur utamanya, Suhardiman SE. Dalam pertemuan tersebut Presiden memberikan pengarahan tentang usaha-usaha yang perlu ditempuh PT PP Berdikari dalam menghadapi kebijaksanaan baru pemerintah terhadap Singapura.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah memutuskan untuk mengurangi ketergantungan perdagangan di luar negeri Indonesia terhadap Singapura. Untuk itu pemerintah berusaha mendirikan Bondet Warehouse dan meningkatkan barang ekspor seperti karet dll.
Rabu, 4 November 1970
Presiden Soeharto menetapkan bahwa status dan pembiayaan proyek roket ionosfer/angkasa luar atau yang dikenal dengan nama proyek ‘S’ dan proyek atom atau yang dikenal dengan proyek “I” mulai hari ini pada Departemen Hankam, demikian ketentuan Kepres no. 69/1970 yang mulai berlaku hari ini.
Senin, 4 November 1974
Ketua LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar), Marsda, Salatun pagi ini menghadap Presiden di Bina Graha. Kepada Kepala Negara dilaporkannya hasil kongres ke-25 International Astronotical Ferderation yang berlangsung bulan lampau. Menanggapi laporan tersebut Presiden Soeharto meminta LAPAN untuk mengadakan pemikiran dan usaha-usaha supaya Indonesia dalam tahun 1983 telah dapat membuat usaha satelit sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Presiden mengingat mahalnya harga satelit dewasa ini, yaitu sekitar US$90 juta satu unitnya, disamping dalam rangka meningkatkan kemampuan industri dalam negeri.
Sebelumnya Presiden telah menerima Direktur Jenderal Perhubungan laut Haryono Nimpuno. Direktur Jenderal Haryono menghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang perkembangan pembangunan pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia, khususnya pelabuhan tanjung periok dan tanjung perak. Dalam pertemuan itu juga telah dibahas masalah pengembangan armada niaga dalam rangka PT PANN (Pengembangan Aramada Nasional). Sebagaimana diketahui PT. PANN dibentuk beberapa waktu yang lalu dengan keputusan Presiden.
Pukul 17.00 sore ini Kepala Negara menonton pertandingan pertama PSSI di Stadion Utama Senayan, Jakarta, yaitu antara Persija Jakarta dan melawan PSMS Medan. Hadirnya Presiden dalam pertandingan ini menunjukkan perhatiannya terhadap persepak bolaan Indonesia. Pertandingan empat besar tahun ini, selain kedua kesebelasan itu juga diikuti oleh Persebaya Surabaya dan PSM Ujung Pandang, keempat kesebelasan tersebut memperebutkan piala bergilir Presiden Soeharto.
Sabtu, 4 November 1978
Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara, menghadap Kepala Negara pagi ini di Bina Graha. Ia datang untuk melaporkan tentang persiapan-persiapan yang telah dilakukan untuk program pembangunan rumah-rumah susun. Menurut Menteri muda Cosmas Presiden Soeharto telah memberikan petunjuk bahwa program pembangunan rumah susun itu sudah dapat dilaksanakan di Jakarta dalam Pelita III yang akan datang.
Selama satu jam hari ini, dari pukul 11.00 dan 12.00, Kepala Negara pula telah menerima kunjungan 17 anggota OPIC (Overseas Private Investor Company) dari AS. Rombongan pemodal AS yang dipimpin oleh Charles W Robinson itu menghadap utnuk mendengarkan pandangan Presiden Soeharto tentang aspek-aspek pembangunan ekonomi Indonesia. Didalam kunjungan itu mereka didampingi oleh ketua BKPM, Barlie Halim, dan Duta Besar AS di Indonesia.
Ketua LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar), Marsda, Salatun pagi ini menghadap Presiden di Bina Graha. Kepada Kepala Negara dilaporkannya hasil kongres ke-25 International Astronotical Ferderation yang berlangsung bulan lampau. Menanggapi laporan tersebut Presiden Soeharto meminta LAPAN untuk mengadakan pemikiran dan usaha-usaha supaya Indonesia dalam tahun 1983 telah dapat membuat usaha satelit sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Presiden mengingat mahalnya harga satelit dewasa ini, yaitu sekitar US$90 juta satu unitnya, disamping dalam rangka meningkatkan kemampuan industri dalam negeri.
Sebelumnya Presiden telah menerima Direktur Jenderal Perhubungan laut Haryono Nimpuno. Direktur Jenderal Haryono menghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang perkembangan pembangunan pelabuhan-pelabuhan seluruh Indonesia, khususnya pelabuhan tanjung periok dan tanjung perak. Dalam pertemuan itu juga telah dibahas masalah pengembangan armada niaga dalam rangka PT PANN (Pengembangan Aramada Nasional). Sebagaimana diketahui PT. PANN dibentuk beberapa waktu yang lalu dengan keputusan Presiden.
Pukul 17.00 sore ini Kepala Negara menonton pertandingan pertama PSSI di Stadion Utama Senayan, Jakarta, yaitu antara Persija Jakarta dan melawan PSMS Medan. Hadirnya Presiden dalam pertandingan ini menunjukkan perhatiannya terhadap persepak bolaan Indonesia. Pertandingan empat besar tahun ini, selain kedua kesebelasan itu juga diikuti oleh Persebaya Surabaya dan PSM Ujung Pandang, keempat kesebelasan tersebut memperebutkan piala bergilir Presiden Soeharto.
Sabtu, 4 November 1978
Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara, menghadap Kepala Negara pagi ini di Bina Graha. Ia datang untuk melaporkan tentang persiapan-persiapan yang telah dilakukan untuk program pembangunan rumah-rumah susun. Menurut Menteri muda Cosmas Presiden Soeharto telah memberikan petunjuk bahwa program pembangunan rumah susun itu sudah dapat dilaksanakan di Jakarta dalam Pelita III yang akan datang.
Selama satu jam hari ini, dari pukul 11.00 dan 12.00, Kepala Negara pula telah menerima kunjungan 17 anggota OPIC (Overseas Private Investor Company) dari AS. Rombongan pemodal AS yang dipimpin oleh Charles W Robinson itu menghadap utnuk mendengarkan pandangan Presiden Soeharto tentang aspek-aspek pembangunan ekonomi Indonesia. Didalam kunjungan itu mereka didampingi oleh ketua BKPM, Barlie Halim, dan Duta Besar AS di Indonesia.
Rabu, 4 November 1981
Sidang terbatas bidang Ekuin yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berlangsung pagi ini di Bina Graha mulai jam 10.00 kepada sidang, Presiden mengatakan bahwa kini sudah tiba saatnya bagi pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan produksi holtikultura.
Kebijaksanaan ini perlu diambil mengingat potensi Indonesia dalam bidang holtikultura cukup besar dan selama ini pemerintah telah banyak memberikan perhatian terhadap peningkatan produksi beras dan palawija.
Sehubungan dengan keputusan ini, Presiden menginstruksikan Departemen Pertanian untuk perlu mengadakan penelitian dan penyuluhan secara sungguh-sungguh.
Dalam sidang hari ini kabinet juga membahas situasi moneter Indonesia. Tercatat bahwa selama bulan Oktober yang lalu laju inflasi mengalami kenaikan di 17 kota, yaitu sebesar 1,17%. Menanggapi perkembangan ini, Presiden menginstruksikan agar laju inflasi dikendalikan, dan jika mungkin lebih rendah dari keadaan 1980.
Presiden Soeharto baru-baru ini telah memberikan bantuan 250 unit pompa air untuk para petani tambak udang di Sulawesi Selatan. Bantuan ini diberikan dalam rangka menunjang udang nasional. Demikian dikatakan oleh Ir. Husni Manggabarani dan Dinas Perikanan Sulawesi Selatan.
Kamis, 4 November 1982
Bertempat di Bina Graha, pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas di bidang Ekuin yang berlangsung jam 10.00. didalam sidang hari ini Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. Subroto, antara lain melaporkan tentang penggunaan BBM didalam negeri yang berkurang sebanyak 2,5 juta kilo liter. Ini berarti bahwa pemerintah dalam tahun 1982 menghemat Rp331,725 miliar. Selain itu sidang juga telah membahas masalah pengawasan pembangunan sebagaimana dilaporkan oleh PPLH Emil Salim. Sidang menilai bahwa efektifitas pengawasan pembangunan dan kemampuan aparat pengawasan dalam melakukan tugasnya ternyata meningkat. Secara kuantitatif gambarannya menggembirakan karena penyimpangan makin berkurang, namun secara kualitatif, pengawasan masih perlu disempurnakan.
Jumat, 4 November 1983
Presiden dan Ibu Tien Soeharto menyambut Konselir Republik Federal Jerman dan Nyonya Kohl yang tiba di lapangan udara Internasional Halim Perdanakusuma pada jam 15.00 sore ini. Dalam kunjungan resminya ini, Konselir Helmut Kohl dan Isteri akan berada di Jakarta sampai besok sore. Kunjungan di Indonesia kali ini merupakan kunjungan pemimpin Jerman itu yang kedua; kunjungan pertamanya berlangsung sebelas tahun yang lalu.
Jam 20.00 malam ini bertempat di Istana Negara, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan acara makan malam resmi untuk Konselir dan Nyonya Kohl. Dalam pidato sambutannya, Presiden Soeharto telah mengemukakan tentang masalah-masalah pembangunan Indonesia.
Menyangkut masalah Internasional, Presiden Soeharto mengatakan bahwa untuk menghadapi situasi dunia yang gawat, maka masalah-masalah peluncuran senjata, hubungan timur-barat, dialog utara/selatan merupakan masalah-masalah pokok yang perlu mendapatkan perhatian yang utama dari kita semua. Untuk itu diperlukan adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari semua pihak untuk mencari penyelesaian yang adil dan wajar, yang didasarkan pada prinsip persamaan derajat dan kepentingan seluruh umat manusia.
Mengenai pembangunan Indonesia Kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia menyadari bahwa keberhasilan pembangunannya menjadi tanggung jawab sepenuhnya bangsa Indonesia sendiri. Namun disadari juga perlu adanya kerjasama dengan pihak luar negeri untuk menunjang pembangunan yang harus terus berjalan. Dalam rangka inilah Presiden Soeharto menyampaikan terima kasih dan penghargaan pemerintah dan rakyat Indonesia atas segala pengertian pemerintah dan rakyat Jerman barat terhadap usaha-usaha pembangunan Indonesia. Dikatakannya pula bahwa masih banyak bidang kerjasama yang dapat dikembangkan oleh kedua negara, terutama bidang-bidang ekonomi, perdagangan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sementara itu dalam pidato balasannya Konselir Kohl mengatakan bahwa tujuan kita bersama adalah untuk kesejahteraan jasmani dan rohani bagi masing-masing negara. Ia sepakat dengan Presiden Soeharto bahwa perkembangan ekonomi dan sosial hanya mungkin diwujudkan dalam suasana perdamaian. Karenanya tugas pokok politik kita semua adalah menjamin perdamaian itu.
Senin, 4 November 1985
Pukul 10.30 pagi ini Presiden Soeharto menerima menteri muda urusan peningkatan produksi pangan, Ir. Wardoyo, di Bina Graha. Dalam pertemuan dengan Kepala Negara itu menteri Wardoyo telah melaporkan tentang rencana penggalakan perluasan dan intensifikasi penanaman kedelai yang akan dilakukan mulai musim hujan mendatang. Sasaran rencana ini adalah menghentikan impor kedelai yang dalam tahun 1984 mencapai 400 ribu ton. Tahun ini diperkiran Indonesia akan mengimpor kedelai sebanyak 350.000 sampai 390 ton
Menanggapi laporan tersebut, Presiden menyarankan agar departemen pertanian sejak awal mempersiapkan diri dalam menghadapi panen kedelai yang akan meningkat nanti. Untuk itu disarankan pula oleh kepala negara agar penyaluran produksi kedelai itu hendakmya mulai dipikirkan dari sekarang. Yang jelas, demikian Presiden, bulog harus diikut sertakan didalam penanganan masalah ini.
Selasa, 4 November 1986
Pemerintah mulai tahun depan akan mengembangkan listrik dan energi biomassa khususnya di daerah terpencil yang belum terjangkau PLN, seperti di NTT, NTB dan Irian Jaya. Menteri kehutanan Soedjarwo mengatakan hal itu selesai melapor kepada Presiden Soeharto di Cendana pagi ini, bersama Prof. Ir. Suhadi dari IPB dan Dirut Perum Perhutani Ir. Hartono.
Selain meningkatkan kualitas kehidupan daerah transmigrasi, pemerintah mulai tahun anggaran 1987/1988 akan memugar pula kampung yang berada disekitarnya. Kebijaksanaan ini diungkapkan oleh menteri transmigrasi, Martono, selesai diterima Presiden Soeharto pagi di Cendana pagi ini. dikataannya selanjutnya bahwa dengan kebijaksanaan itu akan memungkinkan mereka yang tidak mau masuk lokasi dan tetap berada di tanah adat untuk memperoleh kemajuan, sebagaimana mereka yang telah pindah ke lokasih transmigrasi.
Dengan Presiden, Martono juga membicarakan upaya pemindahan 31.000 penduduk sehubungan dengan bencana banjir yang terjadi di Lampung sekarang ini. Mereka itu adalah transmigrasi swakarsa yang datang dari Jawa dan mendiami kawasan hutan lindung. Mereka menggunduli hutan dan menanam kopi, sehingga menyebabkan banjir seperti sekarang. Untuk mengatasi bencana banjir semacam itu, menurut Martono, Presiden Soeharto memberi petunjuk supaya diadakan pertemuan khusus antar Departemen yang bersangkutan, dalam rangka mengambil langkah-langkah perbaikan.
Jum'at, 4 November 1988
Malam ini Presiden dan Ibu Soeharto, didampingi oleh wakil Presiden dan Ibu Sudharmono serta para menteri dan undangan lainnya menyaksikan pertunjukan perdana film ‘’Jakarta 1966’’di Istana Negara. film yang menggambarkan awal sejarah kelahiran Orde baru itu mempunyai masa putar selama 200 menit. Film ini diproduksi oleh film Negara (PPFN) dibawah pengarahan sutradara Arifin C Noer, sedangkan penanggung jawab produksinya G Dwipayana.
Memberikan kata sambutan sebelum pemutaran film tersebut, Presiden Soeharto mengatakan bahwa kejatuhan Bung Karno pada tahun 1966 itu berlangsung secara konstitusional dan sama sekali bukan oleh kup militer terselubung yang dilakukan TNI. Dikatakannya pula bahwa sama sekali tidak pernah dan tidak akan terjadi TNI melakukan kup untuk merebut kekuatan dalam pemerintahan. Dengan demikian lahirnya Supersemar pun tidak ada kaitannya sama sekali dengan usaha untuk menjatuhkan Bung karno oleh MPRS karena majelis menilai pertanggungjawaban Bung karno saat itu tidak bisa diterima. Jadi, demikian kepala Negara, tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa lahirnya Supersemar Karena ada paksaan terhadap Bung Karno untuk menandatanganinya.
Pemerintah mulai tahun depan akan mengembangkan listrik dan energi biomassa khususnya di daerah terpencil yang belum terjangkau PLN, seperti di NTT, NTB dan Irian Jaya. Menteri kehutanan Soedjarwo mengatakan hal itu selesai melapor kepada Presiden Soeharto di Cendana pagi ini, bersama Prof. Ir. Suhadi dari IPB dan Dirut Perum Perhutani Ir. Hartono.
Selain meningkatkan kualitas kehidupan daerah transmigrasi, pemerintah mulai tahun anggaran 1987/1988 akan memugar pula kampung yang berada disekitarnya. Kebijaksanaan ini diungkapkan oleh menteri transmigrasi, Martono, selesai diterima Presiden Soeharto pagi di Cendana pagi ini. dikataannya selanjutnya bahwa dengan kebijaksanaan itu akan memungkinkan mereka yang tidak mau masuk lokasi dan tetap berada di tanah adat untuk memperoleh kemajuan, sebagaimana mereka yang telah pindah ke lokasih transmigrasi.
Dengan Presiden, Martono juga membicarakan upaya pemindahan 31.000 penduduk sehubungan dengan bencana banjir yang terjadi di Lampung sekarang ini. Mereka itu adalah transmigrasi swakarsa yang datang dari Jawa dan mendiami kawasan hutan lindung. Mereka menggunduli hutan dan menanam kopi, sehingga menyebabkan banjir seperti sekarang. Untuk mengatasi bencana banjir semacam itu, menurut Martono, Presiden Soeharto memberi petunjuk supaya diadakan pertemuan khusus antar Departemen yang bersangkutan, dalam rangka mengambil langkah-langkah perbaikan.
Jum'at, 4 November 1988
Malam ini Presiden dan Ibu Soeharto, didampingi oleh wakil Presiden dan Ibu Sudharmono serta para menteri dan undangan lainnya menyaksikan pertunjukan perdana film ‘’Jakarta 1966’’di Istana Negara. film yang menggambarkan awal sejarah kelahiran Orde baru itu mempunyai masa putar selama 200 menit. Film ini diproduksi oleh film Negara (PPFN) dibawah pengarahan sutradara Arifin C Noer, sedangkan penanggung jawab produksinya G Dwipayana.
Memberikan kata sambutan sebelum pemutaran film tersebut, Presiden Soeharto mengatakan bahwa kejatuhan Bung Karno pada tahun 1966 itu berlangsung secara konstitusional dan sama sekali bukan oleh kup militer terselubung yang dilakukan TNI. Dikatakannya pula bahwa sama sekali tidak pernah dan tidak akan terjadi TNI melakukan kup untuk merebut kekuatan dalam pemerintahan. Dengan demikian lahirnya Supersemar pun tidak ada kaitannya sama sekali dengan usaha untuk menjatuhkan Bung karno oleh MPRS karena majelis menilai pertanggungjawaban Bung karno saat itu tidak bisa diterima. Jadi, demikian kepala Negara, tidak benar kalau ada yang mengatakan bahwa lahirnya Supersemar Karena ada paksaan terhadap Bung Karno untuk menandatanganinya.
Sabtu, 4 November 1989
Selama lebih dari satu jam, mulai pukul 11.00, pagi ini Presiden Soeharto mengatakan pembicaraan Charles di Istana Merdeka. Dalam pembicaraan tersebut Presiden meyakinkan Pangeran Charles bahwa dunia tidak perlu risau kalau fungsi hutan di Indonesia sebagai paru-paru dunia akan berkurang akibat pemamfaatannya untuk keperluan pembangunan. Presiden memberi jaminan bahwa sedari awal Indonesia sudah menyadari tanggung jawabnya untuk ikut menjaga keselamatan umat manusia. Akan tetapi, untuk memelihara fungsi hutan Indonesia sebagai paru-paru dunia itu, Presiden juga mengharapkan bersama masyarakat dunia dapat memberikan bantuannya demi kepentingan bersama seluruh umat manusia.
Presiden memamfaatkan pertemuan itu untuk menguraikan secara panjang lebar mengenai pelestarian hutan dalam kaitannya dengan pembangunan di Indonesia. Selain masalah ini, Presiden dan Pangeran Charles telah membicarakan berbagai masalah yang dihadapi Indonesia sekarang ini, seperti politik, pertanian, KB serta kebijaksanaan pembangunan di bidang-bidang lainnya.
Untuk menghormat kunjungan Pangeran dan Puteri Wales, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan santap malam di Istana Negara. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kunjungan pasangan pewaris tahta Inggris itu akan makin mempererat tali persahabatan dan saling pengertian antara kedua negara.
Menurut Presiden dewasa ini hubungan bilateral antara Indonesia dan Inggris berkembang bertambah erat dan dalam. Hubungan yang demikian ditandai oleh eratnya kerjasama diberbagai bidang. Seperti ekonomi, perdagangan, sosial budaya, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hubungan ini kepala Negara mengharapkan agar kerjasama tersebut dapat makin berkembang dan memberikan manfaat bagi kepentingan kedua belah pihak.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo
Editor : Sukur Patakondo