Senin, 20 Oktober 1986 --- Presiden
Soeharto pagi ini membuka secara resmi pertemuan ke-6 Menteri-Menteri
Luar Negeri ASEAN dan ME. Ini adalah pertama kalinya Indonesia menjadi
tuan rumah pertemuan inii Pertemuan itu sendiri dihadiri oleh para
menteri luar negeri ASEAN dan wakil-wakil ME, yaitu Ketua Delegasi
Prancis/Ketua Komisi ME untuk urusan Asian Tenggara, Claude Chaysson,
Mentri Luar Negeri Belanda, Menteri Luar Negeri Spanyol, Fransisco
Fernandes Ordenez, dan Menteri Luar Negeri Luxembourg, Robert Goebbls.
Pada
kesempatan itu Presiden mengharapkan agar kerjasama anatar negara ME
dan ASEAN dapat menjadi contoh yang baik kerja sama Utara-Selatan. Dan
selanjutnya merupakan awal dari sumbangan kita bersama bagi terwujudnya
tata ekonomi internasional beru yang menjamin kemajuan, kesejahteraan,
dan keadilan bagi semua bangsa dan semua negara.
Dikatakannya
bahwa Indonesia menyambut baik kesepakatan-kesepakatan yang telah
tercapai antara ASEAN dan ME dalam menggalang kerjasama baru maupun
dalam mempergiat kerjasama yang sudah terjalin, antara lain kerjasama
dalam sumber daya manusia, ilmu pengetahuan, ahli teknologi, penanaman
modal dan pariwisata. Dalam bidang perdagangan diharapkannya agar secara
bersama-sama dapat diatasi hambatan-hambatan yang masih ada, disamping
usaha-usaha untuk menyehatka neraca perdagangan bilateral antara
negara-negara ME dan anggota-anggota ASEAN.
Demikian antara lain Presiden.
Malam
ini Presiden menghadiri perayaan hari ulang tahun Golkar ke-22 yang
berlangsung di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Dalam perayaan ulang tahun
ini. Ketua Umum Golkar, Sudharmono, mengeluarkan pernyataan politik
yang secara resmi mencalonkan kembali Jenderal (Purn.) Soeharto sebagai
Presiden untuk masa bakti yang akan datang.
Menanggapi
pencalonan itu, dalam pidato tanpa teks, Presiden menyatakan menerima
pencalonan itu. Akan tetapi, bilamana penacalonan itu menjadi kenyataan,
ia meminta agar segara diganti jika di tengah jalan ia dipandang tidak
mampu; penggantian itu dapat dilakukan oleh MPR secara konstitusional ,
tidak perlu secara ribut-ribut.
Menurut
Kepala Negara, ia mengatakan demikian karena ia menyadari betapa
beratnya tugas ini. Dalam kaitan ini ia mengatakan: "Sebagai Tuhan
pencipta alam semesta ini, tentu saya harus memanjakan rasa syukur atas
ramhat yang diberikan kepada saya. Tetapi, sebagaimana manusia biasa,
saudara-saudara pun harus mengetahui, setiap saya mendengar
pernyataan-pernyataan itu, terus terang saja saya merasa miris. Miris
buka karena takut menghadapi tantangan, tidak. Akan tetapi miris karena
mengetahui tugas yang berat di depan kita itu. Begitu pula, saya merasa
miris karena mengetahui harapan yang demikian besar daripada rakyat
Indonesia mengenai suksesnya pembangunan, sedangkan yang mengetahui diri
saya adalah saya sendiri".
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Publikasi : Oval Andrianto