Kamis, 31 Oktober 1974
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima utusan khusus Presiden Aljazair, Dr.Omar Charbie, di Istana merdeka. Charbie datang untuk menyampaikan pesan tertulis Presiden Houari Boumedienne kepada Presiden Soeharto. Menurutnya, pesan tersebut mengenai masalah-masalah yang dihadapi dunia dewasa ini sehubungan dengan krisis energi dan sumber-sumber alam.
Pagi ini, pada jam 10.00, Presiden Soeharto menerima kurban Ali Ogly Halilov, Ketua Presidium Soviet Tertinggi, di Istana Merdeka. Halilov yang memimpin delegasi parlemen Uni Soviet yang sedang mengunjungi Indonesia, juga menyampaikan pesan pribadi Presiden Uni Soviet, Podgorny. Dalam pertemuan itu telah dibahas pula masalah-masalah yang menyangkut hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Usai pertemuan delegasi Uni Soviet menjelaskan bahwa kerjasama ekonomi dan perdangangan telah menjadi fokus perhatian dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto.
Sesudah pertemuan dengan tamu dari Uni Soviet, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Menteri Negara Ekuin/ketua Bappenas, Widjojo Nitisastro, Menteri Pertanian, Thojib hadiwidjaya, Menteri Keuangan, Ali Wardhana, Ketua BKPM, Barli Halim, dan Direktur Jendral Kehutanan, Sudjarwo. Dalam pertemuan itu telah dibahas soal kebijaksanaan tentang hak Pengusahaan hutan.
Senin, 31 Oktober 1977
Presiden Soeharto hari ini di Bina Graha menerima Pangkowilhan II, Letjen, Widodo, yang melaporkan tentang situasi keamanan daerah, terutama di Pulau Jawa. Pangkowilhan menjelaskan kepada wartawan bahwa keamanan di daerah Pulau Jawa cukup dinamis dalam arti dinamika dalam masyarakat bisa tertampung dan diberi kesempatan untuk menyalurkan aspirasi-aspirasinya.
Selain itu, dikatakannya bahwa tokoh Organisasi “Songgobuono” yang ada di Jawa Timur telah ditangkap; orang tersebut telah di bina oleh tokoh PKI di Lamongan. Bahkan pengurus Organisasi yang terdiri 20 orang itu, diantaranya 12 orang sudah ditangkap, dan dari 12 tersebut, ada 7 orang aktivis PKI. Dijelaskan pula bahwa Organisasi ini dalam gerakannya memperlihatkan permainan Hipnotis dan telepati guna menarik orang agar masuk kedalam organisasi itu. Juga Organisasi Sapu Angin yang berada di Jawa Tengah telah berhasil dibongkar. Dari hasil penyidikan ternyata 7 orang pengurusnya adalah orang-orang PKI yang dicari sejak tahun 1966.
Presiden soeharto menetapkan pemberian bantuan pangan dan benih Padi serta proyek padat karya secara cuma-cuma bagi daerah paceklik dan kekeringan didaerah Jawa Tengah. Bantuan Presiden berupa Beras yang dibagikan cuma-cuma sebanyak 1.190 ton dan 2.000 ton lainnya untuk persediaan dilumbang paceklik yang ada di 100 desa yang tersebar di Jawa Tengah. Bantuan lain berupa 60 buah proyek padat karya, permodalan kepada 28 KUD untuk kredit candak kulak, 248 ton bibit padi dan 8 ton benih jangung.
Jum’at, 31 Oktober 1980
Raja Spanyol Juan Carlos I dan Ratu Sophia, sore ini tiba dibandara Internasional Halim Perdanakusuma dibawah siraman Hujan lebat. Karena hujan yang begitu lebat, rangkaian Upacara penghormatan terpaksa dibatalkan, dan Presiden beserta Ibu Soeharto dan para penjemput lainnya menyambut tamu agung itu di ruang tunggu VIP. Raja Spanyol yang disertai oleh Menteri Luar Negeri Jose Padro Perez Llorea dan beberapa pejabat tinggi lainnya itu akan berada di Indonesia sampai tanggal 3 November.
Senin, 31 Oktober 1983
Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto hari ini meninggalkan Jakarta menuju Kalimantan Timur. Disana, selama dua hari ini, Presiden meresmikan perluasan kilang pencairan Gas alam di Bontang,membuka Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Samarinda, dan Meresmikan perluasan kilang bahan bakar minyak di Balikpapan.
Ketika meresmikan perluasan kilang pencairan Gas alam di Bontang hari ini, dalam sambutannya Presiden mengingatkan bahwa walaupun ia meresmikan Proyek-proyek pembangunan yang memakan biaya yang tidak kecil, namun pengetatan ikat pinggang sama sekali tidak boleh dikendorkan. Dikatakannya bahwa Usaha memperbesar dana disatu pihak, harus tetap disertai oleh usaha penghematan dan efisiensi dilain pihak. Kepala Negara mengingatkan bahwa saat ini dan tahun-tahun mendatang sungguh-sungguh harus kita lampaui dengan bekerja keras, semangat tinggi, kewaspadaan, dan keperhatinan. Hanya dengan itulah kita dapat memelihara momentum pembangunan yang kini berada ditangan kita demikian Presiden.
Kamis, 31 Oktober 1985
Presiden menegaskan bahwa Indonesia tetap mengutamakan produk-produk dalam negeri, walaupun produk-produk luar negeri lebih murah. Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Hartarto setelah menghadap Kepala Negara di Cendana pagi ini. Dikatakan oleh menteri Hartarto bahwa Presiden telah mengingatkan kembali bahwa dalam menghadapi situasi ekonomi dunia yang memprihatinkan sekarang ini, Indonesia tetap berpijak pada strategi pembangunan sesuai dengan yang ditetapkan MPR dalam GBHN.
Senin, 31 Oktober 1988
Pukul 09.00 pagi ini Presiden dan ibu soeharto menyambut kunjungan resmi perdana Menteri Belanda
Dan Nyonya Lubers di Istana Merdeka. PM Ruud van lubers yang disertai oleh sejumlah besar pengusaha Belanda, selain oleh pejabat-pejabat tinggi Negara itu, secara resmi akan berada diindonesia sampai tanggal 3 November.
Sebelum mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Ruud van lubers, Kepala Negara mengadakan pertemuan dengan para pengusaha Belanda yang turut serta dalam rombongan Perdana Menteri Belanda itu. Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit itu Presiden menguraikan secara panjang lebar mengenai Strategi pembangunan Indonesia dan peluang-peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha Belanda di negeri ini. Presiden juga menjelaskan tentang pengaruh dari perubahan nilai sejumlah mata uang asing terhadap pembayaran utang luar negeri Indonesia.
Pukul 10.45, setelah pertemuan para pengusaha Belanda, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Ruud van lubers di Ruang Jepang, Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut kepala Negara didampingi oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri/sekretaris Negara Moerdiono, sementara Perdana Menteri Belanda didampingi oleh Menteri Luar Negeri H van den Broek.
Pembicaraan antara kedua Pemimpin itu tidak hanya terbatas pada hubungan dan kerjasama Bilateral, tetapi juga mencakup persoalan-persoalan regional dan internasional. Menyangkut masalah bilateral, keduanya menyatakan keyakinan mereka bahwa hubungan antara kedua Negara telah berjalan dengan baik selama ini dan masih banyak hal yang dapat ditingkatkan kepada tamunya, Presiden Soeharto menjelaskan tentang Pancasila dalam kaitan Stabilitas. Atas pernyataan PM Ruud van lubers, Presiden juga menguraikan tentang PKI, sebagai bahaya laten bagi bangsa Indonesia, dan tahanan-tahanan PKI.
PM Ruud van lubers Menilai terbukannya Peluang untuk meningkatkan hubungan dalam bidang industry dan perdangangan antara kedua negara. Namun demikian, dalam pembicaraan pagi ini, belum ada hasil konkrit yang memperinci peningkatan tersebut. PM Ruud van lubers juga menawarkan bantuan apa yang dapat dilakukannya dalam hubungan dengan pameran Indonesia di Amerika Serikat.
Untuk menghormat kunjungan PM dan nyonya van Lubers, mala mini Presiden dan ibu soeharto menyelegarakan jamuan makan kenegaraan diistana Negara. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa peluang dan kemampuan bangsa-bangsa di dunia untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tidak sama. Negara-negara yang tengah membangun telah mengerahkan segala kemauan dan kemampuannya untuk memajukan dirinya, membuat sejahtera kehidupannya, sekaligus mencoba mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara industri maju. Namun ada sejumlah factor yang saling menjalin yang mengakibatkan ketimpangan antara Negara industri maju dengan Negara yang sedang membangun, bukannya menyempit melainkan tambah lebar. Inilah gambaran umum keadaan dunia kita sekarang, demikian ditandaskan Presiden, yang jika tidak segera diatasi secara global akan membuat dunia kita terasa resah.
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima utusan khusus Presiden Aljazair, Dr.Omar Charbie, di Istana merdeka. Charbie datang untuk menyampaikan pesan tertulis Presiden Houari Boumedienne kepada Presiden Soeharto. Menurutnya, pesan tersebut mengenai masalah-masalah yang dihadapi dunia dewasa ini sehubungan dengan krisis energi dan sumber-sumber alam.
Pagi ini, pada jam 10.00, Presiden Soeharto menerima kurban Ali Ogly Halilov, Ketua Presidium Soviet Tertinggi, di Istana Merdeka. Halilov yang memimpin delegasi parlemen Uni Soviet yang sedang mengunjungi Indonesia, juga menyampaikan pesan pribadi Presiden Uni Soviet, Podgorny. Dalam pertemuan itu telah dibahas pula masalah-masalah yang menyangkut hubungan Indonesia dengan Uni Soviet. Usai pertemuan delegasi Uni Soviet menjelaskan bahwa kerjasama ekonomi dan perdangangan telah menjadi fokus perhatian dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto.
Sesudah pertemuan dengan tamu dari Uni Soviet, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Menteri Negara Ekuin/ketua Bappenas, Widjojo Nitisastro, Menteri Pertanian, Thojib hadiwidjaya, Menteri Keuangan, Ali Wardhana, Ketua BKPM, Barli Halim, dan Direktur Jendral Kehutanan, Sudjarwo. Dalam pertemuan itu telah dibahas soal kebijaksanaan tentang hak Pengusahaan hutan.
Senin, 31 Oktober 1977
Presiden Soeharto hari ini di Bina Graha menerima Pangkowilhan II, Letjen, Widodo, yang melaporkan tentang situasi keamanan daerah, terutama di Pulau Jawa. Pangkowilhan menjelaskan kepada wartawan bahwa keamanan di daerah Pulau Jawa cukup dinamis dalam arti dinamika dalam masyarakat bisa tertampung dan diberi kesempatan untuk menyalurkan aspirasi-aspirasinya.
Selain itu, dikatakannya bahwa tokoh Organisasi “Songgobuono” yang ada di Jawa Timur telah ditangkap; orang tersebut telah di bina oleh tokoh PKI di Lamongan. Bahkan pengurus Organisasi yang terdiri 20 orang itu, diantaranya 12 orang sudah ditangkap, dan dari 12 tersebut, ada 7 orang aktivis PKI. Dijelaskan pula bahwa Organisasi ini dalam gerakannya memperlihatkan permainan Hipnotis dan telepati guna menarik orang agar masuk kedalam organisasi itu. Juga Organisasi Sapu Angin yang berada di Jawa Tengah telah berhasil dibongkar. Dari hasil penyidikan ternyata 7 orang pengurusnya adalah orang-orang PKI yang dicari sejak tahun 1966.
Presiden soeharto menetapkan pemberian bantuan pangan dan benih Padi serta proyek padat karya secara cuma-cuma bagi daerah paceklik dan kekeringan didaerah Jawa Tengah. Bantuan Presiden berupa Beras yang dibagikan cuma-cuma sebanyak 1.190 ton dan 2.000 ton lainnya untuk persediaan dilumbang paceklik yang ada di 100 desa yang tersebar di Jawa Tengah. Bantuan lain berupa 60 buah proyek padat karya, permodalan kepada 28 KUD untuk kredit candak kulak, 248 ton bibit padi dan 8 ton benih jangung.
Jum’at, 31 Oktober 1980
Raja Spanyol Juan Carlos I dan Ratu Sophia, sore ini tiba dibandara Internasional Halim Perdanakusuma dibawah siraman Hujan lebat. Karena hujan yang begitu lebat, rangkaian Upacara penghormatan terpaksa dibatalkan, dan Presiden beserta Ibu Soeharto dan para penjemput lainnya menyambut tamu agung itu di ruang tunggu VIP. Raja Spanyol yang disertai oleh Menteri Luar Negeri Jose Padro Perez Llorea dan beberapa pejabat tinggi lainnya itu akan berada di Indonesia sampai tanggal 3 November.
Senin, 31 Oktober 1983
Hari ini Presiden dan Ibu Soeharto hari ini meninggalkan Jakarta menuju Kalimantan Timur. Disana, selama dua hari ini, Presiden meresmikan perluasan kilang pencairan Gas alam di Bontang,membuka Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka di Samarinda, dan Meresmikan perluasan kilang bahan bakar minyak di Balikpapan.
Ketika meresmikan perluasan kilang pencairan Gas alam di Bontang hari ini, dalam sambutannya Presiden mengingatkan bahwa walaupun ia meresmikan Proyek-proyek pembangunan yang memakan biaya yang tidak kecil, namun pengetatan ikat pinggang sama sekali tidak boleh dikendorkan. Dikatakannya bahwa Usaha memperbesar dana disatu pihak, harus tetap disertai oleh usaha penghematan dan efisiensi dilain pihak. Kepala Negara mengingatkan bahwa saat ini dan tahun-tahun mendatang sungguh-sungguh harus kita lampaui dengan bekerja keras, semangat tinggi, kewaspadaan, dan keperhatinan. Hanya dengan itulah kita dapat memelihara momentum pembangunan yang kini berada ditangan kita demikian Presiden.
Kamis, 31 Oktober 1985
Presiden menegaskan bahwa Indonesia tetap mengutamakan produk-produk dalam negeri, walaupun produk-produk luar negeri lebih murah. Demikian diungkapkan Menteri Perindustrian Hartarto setelah menghadap Kepala Negara di Cendana pagi ini. Dikatakan oleh menteri Hartarto bahwa Presiden telah mengingatkan kembali bahwa dalam menghadapi situasi ekonomi dunia yang memprihatinkan sekarang ini, Indonesia tetap berpijak pada strategi pembangunan sesuai dengan yang ditetapkan MPR dalam GBHN.
Senin, 31 Oktober 1988
Pukul 09.00 pagi ini Presiden dan ibu soeharto menyambut kunjungan resmi perdana Menteri Belanda
Dan Nyonya Lubers di Istana Merdeka. PM Ruud van lubers yang disertai oleh sejumlah besar pengusaha Belanda, selain oleh pejabat-pejabat tinggi Negara itu, secara resmi akan berada diindonesia sampai tanggal 3 November.
Sebelum mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Ruud van lubers, Kepala Negara mengadakan pertemuan dengan para pengusaha Belanda yang turut serta dalam rombongan Perdana Menteri Belanda itu. Dalam pertemuan yang berlangsung selama 45 menit itu Presiden menguraikan secara panjang lebar mengenai Strategi pembangunan Indonesia dan peluang-peluang apa yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha Belanda di negeri ini. Presiden juga menjelaskan tentang pengaruh dari perubahan nilai sejumlah mata uang asing terhadap pembayaran utang luar negeri Indonesia.
Pukul 10.45, setelah pertemuan para pengusaha Belanda, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Ruud van lubers di Ruang Jepang, Istana Merdeka. Dalam pertemuan tersebut kepala Negara didampingi oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri/sekretaris Negara Moerdiono, sementara Perdana Menteri Belanda didampingi oleh Menteri Luar Negeri H van den Broek.
Pembicaraan antara kedua Pemimpin itu tidak hanya terbatas pada hubungan dan kerjasama Bilateral, tetapi juga mencakup persoalan-persoalan regional dan internasional. Menyangkut masalah bilateral, keduanya menyatakan keyakinan mereka bahwa hubungan antara kedua Negara telah berjalan dengan baik selama ini dan masih banyak hal yang dapat ditingkatkan kepada tamunya, Presiden Soeharto menjelaskan tentang Pancasila dalam kaitan Stabilitas. Atas pernyataan PM Ruud van lubers, Presiden juga menguraikan tentang PKI, sebagai bahaya laten bagi bangsa Indonesia, dan tahanan-tahanan PKI.
PM Ruud van lubers Menilai terbukannya Peluang untuk meningkatkan hubungan dalam bidang industry dan perdangangan antara kedua negara. Namun demikian, dalam pembicaraan pagi ini, belum ada hasil konkrit yang memperinci peningkatan tersebut. PM Ruud van lubers juga menawarkan bantuan apa yang dapat dilakukannya dalam hubungan dengan pameran Indonesia di Amerika Serikat.
Untuk menghormat kunjungan PM dan nyonya van Lubers, mala mini Presiden dan ibu soeharto menyelegarakan jamuan makan kenegaraan diistana Negara. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa peluang dan kemampuan bangsa-bangsa di dunia untuk mengejar pertumbuhan ekonomi tidak sama. Negara-negara yang tengah membangun telah mengerahkan segala kemauan dan kemampuannya untuk memajukan dirinya, membuat sejahtera kehidupannya, sekaligus mencoba mengejar ketertinggalannya dari Negara-negara industri maju. Namun ada sejumlah factor yang saling menjalin yang mengakibatkan ketimpangan antara Negara industri maju dengan Negara yang sedang membangun, bukannya menyempit melainkan tambah lebar. Inilah gambaran umum keadaan dunia kita sekarang, demikian ditandaskan Presiden, yang jika tidak segera diatasi secara global akan membuat dunia kita terasa resah.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo
Editor : Sukur Patakondo