Kamis, 21 Oktober 1965
Presiden/Pangti/ABRI/Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno mengeluarkan sebuah komando tentang pengamanan revolusi. komando yng ditunjukan kepada segenap aparatur seluruh rakyat Indonesia berisi:
1. Membina kesatuan dan persatuan seluruh kekuatan progresif revolusioner atas dasar Panca Azimat Revolusi;
2. Menyigkirkan jauh-jauh tindakan destruktif seperti rasialisme, pembakaran-pembakaran dan perusakan-perusakan;
3. Menyingkirkan jauh-jauh fitnah-fitnah dan tindakan atas dasar balas dendam;
4. Melarang semua demonstrasi yang tidak terkebih dahulu mendapat izin yang berwajib;
5. Terus meningkatkan aksi-aksi massa yang revolusioner secara konstruktif dan dengan disiplin nasional yang tinggi dalam menghadapi Nekolim dan segala siasat subversinya.
Sabtu, 21 Oktober 1967
Penjabat Presiden Jenderal Soeharto telah diingatkan oleh pimpinan DPR-GR untuk melaksanakan Ketetapan MPRS No. XIX/1966 tentang peninjauan kembali produk-produk legislatif di luar produk MPRS yang tidak sampai dengan UUD 1945. Demikian nota pimpinan DPR-GR kepada penjabat presiden hari ini.
Senin, 21 Oktober 1968
Hari ini Presiden Soeharto dielu-elukan rakyat Kalimantan Selatan yang memadati Lapangan Merdeka Banjarmasin. Kepada rakyat yang menyambutnya itu, Presiden Soeharto mengatakan bahwa berhasil dan tidaknya pembangunan tidak semata-mata terganting pada Presiden sendiri ataupun kabinetpembangunan saja, melainkan juga ada seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu Presiden mengajak seluruh rakyat Kalimantan Selatan agar bersama-sama menyukseskan Replita yang akan dimulai pelaksanaanya tahun depan.
Senin, 21 Oktober 1974
Raja Boudewijin dan Ratu Fabiola dari Belgia tiba di Jakarta hari ini memulai kunjungan kenegaraan di Indonesia. Di lapangan Udara Internasional Halimperdanakusuma, tamu negara itu disambut oleh Presiden dan Ibu Soeharto, Para menteri, pimpinan lembaga-lembaga tertinggi negara, dan korps diplomatik. Tamu negara itu akan berada di Indonesia selama 13 hari.
Untuk menghormati kunjungan Raja Boudwejin dan Ratu Fabiola, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara. Dalam amanatnya presiden Soeharto antara lain mengemukakan bahwa kunjugan Raja dan Ratu Belgia ini akan menambah eratnya hubungan persahabatan, saling pengertian, dan kerjasama antar kedua bangsa dan negara. Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto juga mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak melupakan peranan belgia dalam rangka komisi jasa baik PBB yang meratakan jalan kearah pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia yang ketika itu baru diproklamasikan. Dikemukakan pula oleh Kepala Negara bahwa pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia sekarang ini juga mendapat bantuan dari Belgia melalui IGGI, bantuan teknis, bantuan pangan., penanaman modal dan lain-lain, yang kesemuanya mencermikan kesediaan pemerintah dan rakyat Belgia untuk menyertai bangsa Indonesia dalam membangun masa depanya.
Sementara itu dalam pidato balasanya, Raja Boudwejin mengatakan bahwa dalam rangka kerjasama pembangunan melalui lembaga internasional, terutama MEE, Belgia sedang berusaha keras untuk memberikan kesempatan yang wajar bagi produk-produk Indonesia melalui perlakuanya yang tidak berat sebelah. Ia juga menyambut dengan gembira adanya politik yang erat antara Indonesia dan Belgia, baik dalam bidang politik, ekomnomi, maupun kebudayaan. Pada kesempatan itu ia memuji Presiden Soeharto yang dinilainya sangat berhasil dalam memimpin negara sesuai dengan Pancasila menuju arah kemajuan.
Selasa, 21 Oktober 1975
Sidang Dewan Stabilitasi politik dan keamanan Nasional berlangsung pagi ini di Bina Graha dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Sidang yang berlangsung sejak jam 10.00 itu telah mendengar laporan Menteri Luar Negeri Adam Malik mengenai persiapan KTT ASEAN yang akan datang , disamping menyambut masalah-masalah sosial, dalam pembangunan. Menyangkut penyelenggaraan KTT ASEAN itu, Kepala Negara menekan agar dalam kertas-kertas kerja nanti ditonjolkan pula masalah dalam bidang sosial dan budaya. Hal ini ditekannya mengingat selama ini telah terbukti bahwa kerjasama dalam bidang sosial dan budaya dapat meningkatkan hubungan batin antara bangsa-bangsa ASEAN.
Mengenai Aspek sosial dari pembangunan, Kepala Negara telah meminta perhatian peserta rapat akan keadaan para nelayan. Menurutnya, untuk memanfatkan pembangunan, terutama dalam meningkatkan produk perikanan, kita perlu mengadakan motorisai perahu-perahu nelayan dan memperbaiki cara-cara penagkapan ikan. Akan tetapi dikonstartir oleh Presiden bahwa perahu-perahu yang sudah dimotorisasi itu sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dengan jalan memasuki wilayah nelayan tradisional. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto mengistruksikan Menteri Dalam Negeri., Menteri Pertanian, Menteri Kehakiman, dan Menteri Negara Ekuin guna mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Selesai sidang, Kepala Negara meinta kunjungan lima orang delegasi Kamar Dagang Singapura yang dipimpin oleh Ketuanya, KC Tan. Dalam pertemuan yang didampingi oleh Ketua Kadin, Suwoto Sukendar, Ketua Kamar Dagang Singapura telah menyerahkan sumbagan sebesar Rp32 juta kepada Presiden Soeharto selaku Ketua yayasan Supersemar. Ketika menerima sumbangan tersebut, melainkan rasa persahabatan yang telah diperliratkan oleh pengusaha singapura terhadap bangsa Indonesia Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden. Anggota Kamar Dagang Singapura lang telah hadir dalam pertemuan tersebut adalah Chew Teng Hoo, Thio Keng Soei, Tong Djoe, dan CM Wong.
Sabtu, 21 Oktober 1978
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Wakil PM Kamboja, Ieng Sarikunjungan yang berlangsung selama lebih kurang 40 menit itu merupakan suatu kunjungan kehormatan. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto didampingi oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja.
Rabu, 21 Oktober 1981
Kepala Biro Data dan Laporan Bina Graha, Brigjen Drh. Aryo Darmoko, hari ini di Jayapura mengatakan bahwa Presiden Soeharto secara bertahap tahun ini membantu usaha pengembangan ternak besar yang dilakukan oleh masyarakat di provinsi ini. Dalam tahun ini, tiga kabupaten Irian Jaya telah memperoleh bantuan sapi dan kerbau sebanyak 1.900 ekor.
Jum'at 21 Oktober 1983
Wakil Ketua DPP PPP, H Nuddin Lubis, menanggapi dengan baik pidato Presiden soeharto pada pembukaan Musyawarah Nasional Golkar ke- 3 Golkar kemarin. Dalam pandanganya, amanat Kepala Negara itu merupakan pokok-pokok pikiran yang berguna bukan hanya bagi Golkar, melainkan juga kedua partai politik.
Sambutan yang bernada sama juga datang dari DPP PDI. Yusuf Merukh menilai pidato tersebut sebagai menekan pengertian, terutama kepada kekuatan sosial politik, bahwa pemantapan dan konsoldasi merupakan pra syarat bagi terciptanya kerangka landasan bagi kita ntuk mewujudkan masyarakat yang kita cita-citakan.
Jum'at 21 Oktober 1988
Pukul 10.00 pagi ini Presiden soeharto mengadakan pembicaraan dengan PM Chatichai choonhvan di Isatana Merdeka. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama satu setengah jam itu, telah di bahas bebagai masalah bilateral, regional, dan Internasional. Kedua pemimpin itu bersepakat untuk lebih meningkatkan lagi kerjasama yang telah berkembang antara kedua negara selama ini. Dalam hubugan ini PM Chatichai antara lain telah mengajukan permintaan untuk dapat membeli pesawat helikopter buatan IPTN.
Keduanya juga menyambut baik hasil pertemuan para menteri ekonomi ASEAN yang dicapai dalam pertemuan mereka di Thailand belum lama ini. Presiden soeharto menekan agar pentingnya kerjasama antara negara-negara anggota ASEAN lebih dikembangkan lagi. Diharapkannya negara-negara ASEAN dapat saling mengisi dan tidak saling bersaing satu dengan yang lainya. Misalnya tidak mendirikan lagi pabrik pupuk di negaranya, karena Indonesia telah benyak menghasilkan pupuk.
Kedua pimpinan juga sepakat bahwa dasar-dasar pembentikan ASEAN dan persetujuan yang telah dicapai dalam ketiga KTT ASEAN merupakan dasar yang kuat bagi perkembangan ASEAN di masa datang.
Bertempat di Istana Negara, Presiden dan Ibu Tien Soeharto malam ini menyelenggarakan jamuan santap malam resmi untuk menghormat Predana Menteri dan Nyonya Chatichai Choonhavan. Dalam kata sambutanya, Kepela Negara menyatakan bahwa kerjasama dan saling pengertian yang selama ini terjalin antara Indonesia dan Thailand akan terus bergerak maju dan berkembang di berbagai bidang kegiatan. Hubungan antara rakyat Thailand dan rakyat Indonesia yang telah berabad-abad lamanya merupakan landasan yang kukuh bagi terjalinya hubungan persaudaraan yang akrab antara kedua bangsa dan negara selama ini dan di masa-masa yang akan datang.
Sabtu, 21 Oktober 1989
Wakil Perdana Menteri Hongaria, Peter Medgyessy, pukul 09.00 pagi ini di terima Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia bersama 30 orang pengusaha sedang mengadakan kunjungan resmi di Indonesia sejak tanggal 18 sampai 21 Oktober dalam rangka peningkatan hubungan ekonomi antar kedua negara. Dalam pertemuan dengan Kpela Negara ia telah menjelaskan tentang perubahan yang terjadi di Hongaria. Dikatakanya Hongaria yang sedang berubah menjadi negara komunis menjadi negara sosialis ingin menjadi negara yang netral, namaun hal itu memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada jam 10.15 pagi ini, ditempat yang sama, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Palestina, Farouk Kaddoumi. Penjabat tinggi Palestina berada di jakarta dalam rangka pembukaan Kedutaan Besar Palestina di Indonesia.
Kepada Farouk Kaddoumi, Kepala Negara kembali menegaskan bahwa Indonesia akan terus memberi dukungan kepada rakyat Palestina agar dapat memperoleh hak-hak dan tanah airnya kembali.
Sementara itu Kaddoumi, atas nama pimpinan Palestina mengucapkan terimakasih kepada Presiden Soeharto atas dibukanya Kedutaan Besar Palestina di Jakarta. Ia juga menyampaikan terimaksih atas dukungan rakyat Indonesia terhadap usaha-usaha Internasional untuk mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan di Timur Tengah.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1 - 6
Penyusun : Oval Andrianto