Sabtu, 25 September 1971
Jam 9.00 pagi
ini di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima 475 petani yang mengikuti
Pekan Nasional Pertemuan Petani, yang diselenggarakan dalam rangka Hari Tani
Nasional tanggal 24 September. Diantaranya terdapat 227 petani teladan dan 66
orang mantri tani kecamatan yang berhasil dari 14 provinsi di Indonesia. Pekan
Nasional Pertemuan Petani tahun ini diadakan di desa Cihiea, dekat Cianjur,
Jawa Barat.
Dalam amanatnya,
Presiden Soeharto mengatakan bahwa pemerintah akan terus mengadakan peningkatan
di bidang pertanian. Peningkatan itu tidak hanya pada Pelita pertama ini saja,
akan tetapi juga pada Pelita-Pelita berikutnya. Dalam rangka
peningkatan-peningkatan itu, maka kemajuan teknologi akan diterapkan, sehingga
tercapai suatu keseimbangan antara bidang industri dan agraria. Ia mengatakan
bahwa keseimbangan tersebut akan tercapai dalam waktu 20 sampai 25 tahun. Untuk
menghadapi peningkatan ini, ia mengharapakan agar para petani padi mengarahkan
produksinya tidak semata-mata pada usaha-usaha untuk mempertinggi produksi
saja, tetapi juga pada usaha untuk mendapatkan pasaran yang baik. Oleh sebab
itu kita harus menentukan sekian hektar dari sawah kita untuk ditanami tanaman
pertanian lainnya, seperti jagung, tebu dan kacang-kacangan. Dijelaskan oleh
Kepala Negara bahwa kita mungkin kurang memerlukan jagung dan kacang-kacangan
itu, akan tetapi hasil-hasil pertanian ini banyak dibutuhkan oleh pasaran di
luar negeri.
Senin, 25
September 1972
Presiden Soeharto
menyatakan kegembiraannya atas jaminan Kelompok Persatuan Pembangunan (NU,
Parmusi, PSIIdan Perti) untuk tidak mempersoalkan Piagam Jakarta dan Pancasila
dalam sidang umum yang akan datang. Demikian dikatakan oleh wakil Persatuan
Pembangunan, HMS Mintaredja, seusai pertemuannya dengan Jenderal Soeharto.
Rabu, 25
September 1974
Wakil Presiden
Masyarakat Ekonomi Eropa, Sir Christopher Saomes, diterima oleh Presiden
Soeharto pagi ini di Istana Merdeka. Masalah-masalah yang menyangkut hubungan
antara MEE dengan Indonesia telah dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Kepada
Wakil Presiden MEE itu Kepala Negara telah mengemukaka persoalan-persoalan yang
dihadapi Indonesia dalam melaksanakan pembangunan dewasa ini. Selain itu telah
disinggung masalah-masalah internasional yang menonjol sekarang ini.
Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Pangab, Jenderal Maraden Panggabean, menghadap Kepala
Negara siang ini di Istana Merdeka. Dalam pertemuan yang berlangsung selama
satu jam itu, Jenderal Panggabean telah melaporkan dan memohon petunjuk kepada
Presiden sehubungan dengan dilaksanakannya Rapim ABRI yang akan dimulai hari
ini. Presiden Soeharto telsh memberikan tekanan pada asas-asas integrasi,
prioritas dan kontinuitas dalam pembinaan Hankam/ABRI.
Senin, 25
September 1978
Presiden
Soeharto pagi ini di Istana Negara, melantik Kapolri yang baru, Letjen. Polisi
Dr. Awaluddin Djamin. Jenderal Awaluddin Djamin menggantikan Jendral Polisi
Drs. Widodo Budidarmo yang masa jabatannya telah habis.
Sabtu, 25
September 1982
Bertemapat di
Istana Negara, pukul 11.00 pagi ini Presiden Soeharto menyerahkan hadiah dan
piala Presiden RI kepada para pemenang Perlombaan Intensifikasi Khusus Musim
Tanam 1981/1982. Keluar sebagai juara nasional untuk perlombaan kali ini adalah
Kelompok Tani Rahayu dari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, dan Kelompok Tani Bina
Karya dari Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
Dalam amanatnya,
Presiden mengatakan bahwa upaya peningkatan produksi pangan dengan cara
menerapakan intensiifikasi secara lengkap yang disertai dengan kerjasama
berkelompok sehamparan, adanya musyawarah dan mufakat antara sesama anggota
kelompok, adanya disiplin diri, selalu melaksanakan anjuran yang diberikan para
penyuluh pertanian, membuktikan bahwa hasil produksi pertanian masih dapat
ditingkatkan, bahkan hasil-hasil hamparan kelompok tani yang berlomba ada yang
melebihi rata-rata hasil dari lembaga penelitian.
Selasa, 25
September 1984
Bertempat di
Bina Graha, pada jam 10.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima para Ketua PWI
dan pemimpin redaksi seluruh Indonesia. Mereka baru saja menghadiri pertemuan
koordinasi antara PWI dengan para pemimpin redaksi suratkabar dan majalah.
Diantara 165 tokoh wartawan yang menghadiri pertemuan dengan Kepala Negara pagi
ini tampak Ketua Umum PWI Pusat, Zulharmans.
Dalam amanatnya,
Presiden antara lain menegaskan bahwa bahaya terhadap Pancasila bukan saja
datang dari rongrongan dari luar, tetapi juga dari dalam, yaitu jika kita tidak
sungguh-sungguh mengamalkan Pancasila dan jika kita tidak melaksanakan
pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Karena itu sangat tepat petunjuk GBHN
1983, bahwa penerangan dan media massa sebagai sarana pembangunan bangsa harus
dapat membudayakan Pancasila dan UUD 1945 dalam segala segi kehidupan rakyat
Indonesia. Disamping itu pers khususnya perlu meningkatkan fungsinya sebagai
penyebar informasi yang obyektif, melakukan kontrol sosial yang konstruktif,
menyalurkan aspirasi rakyat dan
meluaskan komunikas dan partisipasi masyarakat.
Kamis, 25
September 1986
Menteri Muda
Urusan Peningkatan Produksi Pangan, Ir Wardoyo, menghadap Presiden Soeharto di
Bina Graha pagi ini. Usai menghadap Kepala Negara ia mengatakan bahwa ia telah
diinstruksikan untuk memusnahkan seluruh bawang putih seludupan dan jangan
dilelang seperti yang dilakukan selama ini. Menurut Presiden, pemusnahan
tersebut perlu dilakukan untuk menjaga kestabilan harga di dalam negeri dan
mrlindungi para petani bawang putih sekaligus merangsang para petani untuk
menanam bawang putih.
Selasa, 25
September 1990
Pukul 15.30 sore
ini Presiden Soeharto meresmikan “Indo Tourism” ‘90” yang merupakan sebuah
pameran kepariwisataan Indonesia. Dalam upacara yang berlangsung di Arena Pekan
Rya Jakarta itu, Kepala Negara mengatakan bahwa kecenderungan meningkatnya kegitan
kepariwisataan di dunia ini perlu kita manfaatkan sebaik-baiknya bagi kemajuan
sektor dan kepariwisataan Indonesia.
Untuk itu kita harus mempermudah dan memperlancar kedtangan wisatawan ke dalam
negeri kita dan sekaligus meningkatkan mutu pelayanan kita kepada mereka.
Dikatakannya pula bahwa wisatawan harus dapat merasakan pelayanan yang baik
sejak mereka mulai mengurus keberangkatan ke negeri kita, selama mereka berada
disini dan sampai mereka meninggalkan Indonesia. Kita harus dapat menunjukkan
bahwa kita adalah tuan rumahyang baik.
Lebih jauh
Kepala Negara mengatakan bahwa untuk memanfaatkan keunggulan-keunggulan yang
kita miliki di sektor kepariwisataan, maka peran swasta perlu lebih digalakkan
lagi. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh kalangan dunia usaha swasta dalam
mengembangkan sektor ini hampir menyentuh semua bidang kehidupan. Karena itu
Kepala Negara mengajak seluruh jajaran yang berkecimpung di bidang industri
kepariwisataan agar bekerjasama seerat-eratnya dan bahu membahu dalam memperluas
dan meningkatkan kegiatan kepariwisataan.
Jum’at, 25
September 1992
Sore ini waktu
New York, Presiden Soeharto menghadiri pertemuan dengan kalangan pengusaha
Amerika Serikat. Pertemuan ini diadakan atas pertemuan inisiatif US-ASEAN
Council, Asia Society dan American-Indonesian Chamber of Commerce. Pada
kesempatan itu Kepala negara mengatakan bahwa tanpa adanya pembagian
tanggungjawab dalam pembangunan antara Utara dan Selatan, maka ekonomi dunia
tidak akan bisa keluar dari stagnasi sekarang ini. Kami tidak bisa membayangkan
suatu kemitraan global, kecuali kalau kita bertekad untuk membagi secara
merata, bukan saja hasil tetapi juga tanggungjawab pembangunan ekonomi pada
tingkat global, kata Presiden.
Kepada para
pengusaha Amerika itu, Presiden juga menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi
mIndonesia. Dikatakannya bahwa dalam tahun 1980-an, pertumbuhan hanya mencapai
rata-rata 5,8%; dalam tiga tahun
terakhir tingkat pertumbuhan itu telah meningkat menjadi diatas 7%. apabila
laju pertumbuhan dapat dipertahankan dalam waktu kurang dari satu dasawarsa,
maka Indonesia akanm enduduki secara mantap
posisinya sebagai negara penghasilan menengah.
Sumber
: Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun
: Rayvan Lesilolo