Sabtu, 23 September 1967
Pejabat Presiden
Jenderal Soeharto, dalam amanatnya dihadapan peserta peringatan Hari Bahari,
mengatakan bahwa wawasan nusantara adalah integrasi yang bulat dan serasi
daripada wawasan pertiwi, wawasan bahari, dan wawasan dirgantara.
Senin, 23
September 1968
Presiden
Soeharto mengadakan pertemuan dengan pimpinan MPRS, DPR-GR, dan DPA yang
didampingi oleh Menteri Negara Penghubung Lembaga-Lembaga dan Pemerintah,
Mintaredja SH, di Istana Merdeka. Pada pertemuan ini, Presiden telah meminta pertimbangan para pimpinan lembaga
tersebut tentang pelaksanaan hukuman mati dan seumur hidup yang telah
dijatuhkan oleh Mahkamah Militer Luar Biasa atas diri 26 orang terhukum. Presiden
Soeharto menyatakan bahwa dalam meminta pertimbangan ini bukanlah hendak
mengelak tanggungjawab, karena Presiden mempunyai hak prerogatif, melainkan
untuk memantapkan keputusan yang telah diambil oleh Mahkamah dan di samping itu
untuk mempercepat proses pelaksanaanya. Seluruh pembicara mempercayakan
sepenuhnya kepada Presiden dan menyatakan bahwa hal itu seluruhnya adalah
tanggungjawab Presiden dan tergantung pada Presiden, sesuai dengan UUD 1945.
Kamis, 23
September 1971
Ketika menerima
Gubernur Asnawi Mangkualam di Bina Graha pagi ini, Presiden Soeharto
menganjurkan agar segera menghidupkan kembali pertanian tebu rakyat di daerah
Sumatera Selatan. Presiden meminta agar usaha pertanian tebu rakyat ini dapat
diusahakan secara intensif dan mendapat bimbingan dari tenaga-tenaga ahli
pertanian yang berpengalaman. Menurut Jenderal Soeharto, hasil pertanian tebu
ini akan dapat di olah rakyat menjadi gula merah, sedangkan sisanya
ditampung oleh pabrik gula. Gubernur
Sumatera Selatan menghadap Presiden untuk melaporkan tentang penyelenggaraan
PON IX baru-baru ini di Palembang. Disamping itu ia juga melaporkan tentang
rencana pembangunan sebuah pelabuhan samudera di muara Sungai Musi.
Selasa, 23
September 1975
Presiden
Soeharto pagi ini di Bina Graha memimpin sidang kabinet terbatas bidang Kesra.
Dalam sidang tersebut Kepala Negara antara lain telah menginstruksikan Menteri
Sosial untuk meneliti lembaga-lembaga sosial swasta yang bergerah di bidang
pengelolaan panti-panti asuhan dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dari
penelitian itu diharapkan adanya masukan yang berguna untuk meningkatkan
pelayanan sosial, selain berguna untuk penyusunan aturan-aturan hukum. Pada
kesempatan itu pula Presiden memberitahukan tentang pembentukan Yayasan Dharma
Bakti Sosial, yang disingkat Yayasan Dharmais, yang bertujuan untuk membantu
meringankan beban golongan yang lemah.
Jum’at, 23
September 1977
Presiden
Soeharto hari ini mengadakan kunjungan dan peninjauan ke proyek perumahan murah
untuk pengawal Presiden di daerah Kelapa Gading, Jakarta. Peninjauan ini
diikuti pula oleh para pengurus Pepabri. Dalam peninjauan itu Presiden
mengemukakan bahwa Yayasan Dharmais yang dipimpinnya sendiri telah siap
membangun 442 buah rumah di daerah Bekasi yang direncanakan untuk menampung
anak-anak yatim-piatu, termasuk anak-anak yatim dari Timor Timur. Pengurusan
perumahan tersebut akan ditangani Pepabri, khususnya Warakawuri. Ia mengatakan
bahwa biaya makan bagi anak yatim-piatu yang akan ditampung itu nantinya
berasal dari Yayasan Dharmais, yakni sebesar Rp150 per anak setiap harinya.
Sabtu, 23
September 1978
Selama
seperempat jam, mulai pukul 09.45, bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan
Ibu Soeharto menerima PM Pham Van Dong, yang datang untuk berpamitan. Kemudian,
Presiden Soeharto mnegantarkan tamunya ke bandar udara internasional Halim
Perdanakusuma. Setelah upacara pelepasan, tamu negara dan Vietnam itu
meninggalkan Indonesia, tepat pukul 11.00 pagi.
Rabu, 23
September 1981
Perdana Menteri
India, Nyonya Indira Gandhi, pukul 16.00 sore ini tiba di lapangan udara Halim
Perdanakusuma, untuk suatu kunjunga resmi selama sehari semalam. Sebagaimana
biasa, Presiden Soeharto menyambut tamunya di tangga pesawat.
Pukul 16.35 sore
ini, Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan kehormatan PM Indira Gandhi
di Istana Merdeka. Kemudian, pada jam 20.00 malam ini, Presiden dan Ibu
Soeharto menyelenggarakan jamuan makan di Istana Negara, untuk meghormat
kunjungan Perdana Menteri India. Selesai santap malam, acara dilanjutkan dengan
malam kesenian.
Rabu,23
September 1987
Presiden
Soeharto meminta kepada Menteri Penerangan Harmoko agar mengembangkan
peningkatan hubungan penerangan Indonesia-Uni Soviet. Menurut Kepala Negara,
pengembangan hubungan bidang
penerangan itu enting mengingat bahwa upaya yang dilakukan Indonesia sekarang
ini untuk meningkatkanekspor non-migas memerlukan dukungan informasi mengenai
ekonomi dan perdagangan.
Demikian
dikatakan Menteri Harmoko seusai ia melapor kepada Kepala Negara di Cendana
tentang hasil kunjungannyake Uni Soviet baru-baru ini. Ditambahkannya bahwa
dalam peningktan hubungan informasi bidang ekonomi dan perdagangan itu, Kepala
Negara juga memberi petinjuk supaya dikembangkan terobosan-terobosan baru untuk
meningkatkan ekspor hasil pertanian Indonesia seterti kelapa sawit, karet alam,
teh dan kopi.
Senin, 23
September 1991
Pukul 10.00 pagi
ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto membuka Konferensi Regional
IX Asosiasi Lembaga-lembaga Jamianan Sosial Internasional (ISSA, International Social Security Association) Kawasan
Asia-Pasifik. Konferensi ini diikuti oleh 120 peserta dari 40 organisasi
jaminan sosial yang berasal dari 27 negara.
Dalam kesempatan
itu Presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia menyadari bahwa di bidang
jaminan sosial, Indonesia harus berusaha keras untuk meningkatkan pengetahuan,
menyempurnakan manajemen, memperbaiki administrasi dan seterusnya. Untuk itu
kami memandang sangat bermanfaat adanya kerjasama sekawasan. Dalam bidang
apapun kerjasama dan tukar pengalaman selalu mendatangkan manfaat yang besar
antara semua pihak.
Dalam hubungan ini, Presiden berharap agar
Konperensi Regional IX ISSA Kawasan Asia-Pasifik ini dapat berkembang menjadi
salah satu wadah kerjasama bagi lembaga-lembaga jaminan sosial di kawasan ini.
Presiden juga berharap agar melalui koperensi ini dapat dikembangkan
gagasan-gagasan baru yang positif untuk meningkatkan penyelenggaran jaminan
sosial di kawasan ini.
Rabu, 23
September 1992
Hari ini di New
York, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan Presiden Roh Tae Woo. Pada
kesempatan itu, Presiden Soeharto meminta Korea Selatan sebagai salah satu
negara yang termaju di antara negara-negara yang berkembang agar memberika
perannya yang penting dalam kerjasama Selatan-Selatan. Permintaan ini disambut
baik oleh Presiden Roh yang segera akan mengatur pertemuan pejabat kedua negara
untuk menjabarkan langkah nyata bantuan kerjasama Selatan-Selatan.
Sumber
: Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun
: Rayvan Lesilolo