Jum’at, 2 September 1966
Mendpangat Jenderal Soeharto di dalam
rapat dengan para panglima Kodam seluruh Indonesia di Markas Besar Ganefo,
Jakarta, menyatakan bahwa Angkatan Darat, dan juga ABRI bukanlah ahli politik
dan ekonomi. Politik ABRI hanyalah politik pengabdian kepada negara, rakyat dan
agama, demikian Jenderal Soeharto.
Dalam pada itu
hari Menpangat Jenderal Soeharto juga menghadiri dan sekaligus membuka Kongres
Persit Kartika Chandra Kirana di aula Mabad, Jakarta. Di dalam ceramahnya,
Jenderal Soeharto menjelaskan bahwa suksesnya Kabinet Ampera tidaklah terlepas
dri kepercayaan yang diberikan rakyat terhadap ABRI. Oleh sebab itu diingatkan
oleh Menpangat agar ABRI berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjaga
kepercayaan rakyat tersebut, Sebab, demikian Jenderal Soeharto memepertanyakan,
apa yang terjadi bilamana ABRI tidak berhasi menyukseskan Kabinet Ampera.
Senin, 2
September 1968
Pada hari kedua
kunjungannya di Sumatera Utara, Presiden Soeharto beserta rombongan meninjau
Permina Unit I di Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu. Dalam amanatnya di
hadapan para karyawan. Presiden antara lain menyatakan kebanggaannya atas hail
yang telah dicapai PN Permina dewasa ini bila dibandingkan dengan masa lalu.
Menurut Presiden kenyataan ini dengan sendirinya membanta issue-issue dan penilaian negatif yang ditujukan terhadap Permina
selama ini.
Rabu, 2
September 1970
Setelah tertunda
selama 48 jam, pukul 20.55 malam ini Presiden Soeharto beserta rombongan
berangkat ke Negeri Belanda dengan menggunakan pesawat DC 8 Garuda.
Kamis, 2
September 1971
Jam 9.00 pagi
hari ini Presiden Soeharto menerima Menteri Pertambangan Prof. Dr. Sumantri
Brodjonegoro di Bina Graha usaha peningkatan ekspor hasil tambangn dan pengaruh
krisis moneter internasional terhadapnya merupakan fokus pembahasan dalam
pertemuan yang singkat ini.
Presien
Soeharto meminta kepada Bulok untuk dengan sungguh-sungguh menjaga stabilitas
harga sembilan bahan pokok dan barang-barang strategis lainnya agar tidak
bergerak naik. Jenderal Soeharto menekankan bahwa stabilitas harga tersebut
diperlukan terutama dalam menghadapi masa paceklik dan penyesuaian kurs
rupiah terhadap dolar. Itulah
pokok-pokok yang ditegaskan oleh Presiden ketika Kepala Bulok, Ltjen. Achmad Tirtosudiro,
menghadapnya pagi ini di Bina Graha.
Kamis, 2 September
1976
Siang ini,
bertempat di Jalan Cendana, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan
Menteri Negara Ekuin/ Ketua Bappenas WidjojoNitisastro, Menetri Perdagangan
Radius Prawiro, Menetri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Subroto.
Didalam pertemuan ini telah dibahas berbagai langkah yang perlu diambil untuk
menghadapi musim kemarau yang luar biasa tahun ini, yang hampir sama dengan
musim kemarau tahun 1972.
Sehubungan
dengan itu,Kepala Negara menginstruksikan agar daerah-daerah yang terkena
akibat kemarau berat ini meningkatkan pelaksanaan proyek-proyek padat karya,
sehingga petani setempat mempunyai penghasilan untuk membeli bahan pangan yang
disalurkan oleh Pemerintah. Juga diinstruksikan untuk meningkatkan kegiatan
lumbung paceklik yang ada di daerah-daerah tersebut. Sementara itu, dalam
rangka musim tanam yang akan bermula pada 1 Oktober mendatang, ditetapkan
perlunya mempersiapkan penyediaan benih secukupnya.
Sabtu, 2
September 1978
Pukul 10.00 pagi
in,i bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan
Duta Besar yang baru Republik Cili, Enrique carvallo Diaz. Menyambut pidato
Duta Besar Diaz, Kepala Negara mengatakan bahwa sekarang sudah tiba masanya
untuk meningkatkan kerjasama, khusunya di bidang ekonomi dan tekni, antara
negar-negara berkembang. Oleh karena itu, demikian Presiden, Indonesia
menyambut baik dan turur berusaha untuk mensukseskan Konferensi PBB tentang
Kerjasama teknik diantara Negara-negara Berkembang yang dewasa ini sedang
diselenggrakan di Argentina.
Selasa, 2
September 1980
Bertempar di
Istana Negara, Presiden Soeharto pagi ini membuka Sidang Umum ke-3 Organisasi
Parlemen-parlemen ASEAN. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara menilai sangat
pennting peranan yang dimainkan oleh Organisasi Parlemen-parlemen ASEAN dalam
usaha bersama untuk memasyarakatkan ASEAN demi kekokohan dan keefektifannya.
Lebih jauh dikatakannya bahwa kekuatan pokok ASEAN pada akhirnya ditentukan
oleh kesadaran rakyat-rakyatnya akan tujuan –tujuan bersama yang bermanfaat dari
ASEAN. Pada kesempatan Kepala Negara juga mengingatkan bahwa ASEAN sekarang
telah menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan dunia, namun kekuatan ASEAN
tidak disiapkan untuk tujuan menghadapi negara lain yang manapun. Demikian
antara lain amanat Presiden.
Rabu, 2
September 1981
Pukul 09.00 pagi
ini, Presiden Soeharto membuka Kongres Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia,
bertempat di Istana Negara. Menyambut kedua Kongres itu, Presiden mengatakan
bahwa peningkatan populasi ternak tidak saja diperlukan karena meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan bahan pangan dari bidang peternakan, tetapi juga
mempunyai kaitan erat dengan usaha intensifikasi tanaman pangan serta perluasan
areal tanaman pangan. Sebab ternak merupakan tenaga kerja yang penting bagi
pertanian kita. Lebih jauh dikatakan Kepala Negara bahwa dalam rangka
meningkatkan populasi ternak tersebut, Pemerintah melalui berbagai program
telah menyebarkan bibit ternak jenis unggul kepada para petani, khususnya
petani kecil.
Dikatakan oleh
Presiden bahwa usaha tersebut tentu akan kurang dapat mencapai sasaran apabila
tidak didukung oleh penyuluhan dan pelayanan kesehatannya. Disinilah peranan
pelayanan profesi dokter hewan sangat diperlukan, khususnya untuk melayani dan
membantu rakyat petani kecil, peternak yang kecil-kecil, disamping melayani
peternak yang besar. Kepala Negara menegaskan bahwa memang kehadiran dokter
hewan di daerah pertanian di pedesaan sangat diperlukan.
Kamis, 2
September 1982
Pukul 07.55 pagi
ini Presiden dan Ibu Soeharto terbang ke Medan dalam rangka menghadiri Dies
Natalis Universitas Sumatera Utara ke-25. Dalam amanatnya menyambut seperempat
universitas abad tersebut, Kepala Negara mengatakan bahwa perguruan tinggi di
Indonesia tidak hanya harus memberiakn perhatian didlam mengejar ketinggalannya
dalam hal-hal yang menjadi kewajiban pokoknya di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perguruan tinggi kita harus menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang cocok bagi pelaksanaan pembangunan nasional, dan bersamaan
dengan itu harus pula berusaha sedapat mungkin mengadakan penelitian-penelitian
demi penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang baru di bidang apapun,
yang berguna bagi kelanjutan pembangunan di masa-masa yang akan datang.
Untuk itu
bangunlah kampus menjadi masyarakat
ilmiah yaitu lingkungan yang memungkinkan perguruan tinggi sebagai pusat
pemeliharaan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan kebutuhan masa sekarang dan masa mendatang. Didiklah mahasiswa agar
berjiwa penuh pengabdian serta memiliki rasa tanggungjawab yang besar terhadap
masa depan bangsa dan negara Indonesia. Giatkanlah mahasiswa sehingga
bermanfaat bagi usaha-usaha pembangunan nasional dan pembangunan daerah.
Demikian harapan-harapan Presiden.
Senin, 2 September
1985
Ketika diterima
Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini, Menteri Muda Urusan Peningkatan
Produksi Pangan, Ir Wardoyo, melaporkan mengenai meningkatnya serangan hama
tikus tahun ini. Areal sawah yang diserang tercatat seluas 22.963 hektar.
Selain itu, kepada Presiden dilaporkannya juga mengenai pelaksanaan
intensifikasi dalam musim kemarau sekarang ini. Diinformasikannya bahwa sampai
sampai bulan Agustus yang baru lewat, areal intensifikasi mencapai 2.371.741
hektar tanaman padi. Dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 4%.
Didalam
petunjuknya, Presiden menekankan pada pentingnya persiapan untuk menanggulangi
keluhan-keluhan mengenai kualitas hasil pertanian, terutama pada musim panen
yang akan datang. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa untuk itu perlu persiapan
dan usaha guna mengerakkan kelompok-kelompok tani serta tani andalan. Mereka
diharapkan melakukan koordinasi didalam menyusun perencanaan menghadapi masalah
kualitas yang mungkin timbul pada panen yang akan datang.
Rabu, 2
September 1987
Sidang kabinet
terbatas bidang Ekuin yang dipimpin oleh Presiden Soeharto berlangsung pagi ini
di Bina Graha. Didalm sidang hari ini Presiden Soeharto telah memerintahkan
Menteri KLH agar meningkatkan pemberantasan hama babi yang sangat merugikan
rakyat di berbagai daerah, seperti Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan. Kepada
Menteri Negara KLH diperintakhkan pula untuk menelaah cara-cara penanggulangan
serangan gajah ke lahan pertanian dan rumah penduduk di sejumlah daerah di
Sumatera.
Sementara itu di
dalam sidang hari ini Gubernur Bank Sentral melaporkan mengenai arus balik
dollar AS ke Bank Sentral yang terjadi sejak tanggal 23 Juni sampai dengan
akhir Agustus yang lalu. Gejala inimenunjukkan kepercayaan masyarakat kepada
rupiah. Dalam hubungan ini Bank Indonesia telah memberi dollar lebih dari US$1
miliar. Menurut Arifin Siregar, palinng tidak US$550 juta merupakan
pengembalian dari masyarakat baik dari hasil ekspor maupun uang yang tadinya
diparkir di luar negeri. Dikatakannya bahwa tindakan yang diambil oleh
Pemerintah membuat masyarakat percaya bahwa tidak akan ada devaluasi dan
pembatasan lalu lintas devisa sebagaimana dilontarkan oleh sementara pengusaha.
Ia juga menjelaskan bahwa cadangan devisa di bulan Mei tercatat sebesarUS$5,2
miliar dan jumlah ini meningkat menjadi US$6,251 miliar pada Juli 1987.
Sabtu, 2
September 1989
Pukul 23.30
malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto meninggalkan bandar udara Halim
Perdanakusuma menuju Beogrand Yugoslavia, untuk menghadiri KTT Negara-negara
Non-Blok akan berlangsungmulai hari Senin lusa. Dari Beogrand, Presiden akan
meneruskan perjalanan ke Uni Soviet.
Senin, 2
September 1991
Pukul 10.00 pagi
ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima para peserta
Penataran Penyelenggraan Pemerintahan di Daerah. Dihadapan sekitar 400 orang
peserta penataran tersebut, Presiden menerima mereka untuk secara khusus
memperhatikan dua hal. Yang pertama adalah koordinasi dan sinkronisasi antara
berbagai program yang atang dari pemerintah pusat ke daerah. Yang kedua adalah
masalah pembagian kerja antara pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I
dan pemerintah daerah tingkat II serta antara pemerintah dengan masyarakat di
daerah.
Selanjutnya
Presiden mengatakan bahwa tidak kalah pentingnya adalah merintis pembagia kerja
yang lebih jelas dan melembaga antara jajaran pemerintahan dan jajaran
masyarakat. Pedoman yang kita gunakan adalah paham negara persatuan dan negara
kekeluargaan yang dianut oleh UUD 1945.
Rabu, 2
September 1992
Presiden
Soeharto dan Presiden IranAli Akbar Hashemi Rafsanjani hari ini mengadakan
pertemuan di Jakarta Convention Centre. Dlam pembicaraan itu kedua Presiden
membahas berbagai upaya meningkatkan hubungan bilateral di bidang ekonomi serta
masalah internasional termasuk penyelenggraan KTT ke-10 di Jakarta. Keduannya
sependapat bahwa kepentingan dasar anggota-anggota OPEC adalah tingkat harga
mentah yang layak, yakni tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak terlalu rendah.
Presiden
Soeharto mengemukakan kepada Presiden Iran bahwa kegiatan perdagangan imbal
beli antara kedua negara bisa diperluas. Pada kesempatan itu Presiden
Rafsanjani menyatakan puas atas penyelenggaraan KTT ke-10 Gerakkan Non-Blok dan
merasa yakin dibawah kepemipinan Indonesia, Gerakan Non-Blok akan berada pada
suasana dan keadaan baru.
Sumber
: Buku Jejak Langkah Pak Harto Jili 1-6
Penyusun
: Rayvan Lesilolo