KAMIS, 16 AGUSTUS 1984 --- Dalam rangka peringatan hari Kemerdekaan RI, Pagi ini menyampaikan
amanat kenegaraanya di depan sidang DPR. Dalam pidatonya, antara lain
Presiden mengatakan bahwa dari sekarang kita telah dapat melihat jalan
sejarah yang akan kita tempuh dihadapan kita. Jalan itu adalah jalan
yang berat, walaupun jalan yang tidak mungkin kita lalui. karena itu
kita bertekaduntuk melanjutkan perjalanan dengan penuh harapan namun
tetap dalam suasana keprihatinan dan kewaspadaan. Kita lanjutkan
perjalan itu dengan tekad agar harapan kita dapat menjadi kenyataan dan
dengan tekad agar kita dapat mengatasi segala masalah dan tantangan yang
menghadang.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa jalan didepan kita juga itu diliputi
oleh pengaruh perkembngan internasional, yang pada umumnya diluar
jangkauan kita untuk mengatasinya. pada satu pihak, perkembangan
internasional itu mempunyai pengaruh terhadap perkembngan di tanah air,
baik pengaruh yang menguntungkan maupun pengaruh yang merugikan. Pada
pihak lain, kita ikut memikul tnggungjawab agar perkembangan
internasional tadi mempunyai pengaruh yang positif bagi terwujudnya
dunia yang tertib, damai, dan adil.
Selnjutnya Kepala Negara mengajak kita semua untuk memberi jawaban
sampai dimana kita saat ini berada dalam perjalanan sejarah membangun
diri dan membangun masa depan kita. Dikatakannya bahwa untuk menjawab
pertanyaan pokok itu, kita perlu mempunyai tolak ukur bersama yang telah
kita sepakati secara nasional. Tolak ukur itu tidak lain adalah tujuan
pembangunan kita yang telah ditegaskan didalam GBHN. Pertama,
meningkatnya taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat
yang makin merata dan adil. Kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk
tahap pembangunan berikutnya. Disamping Itu tolak ukur lainnya adalah
pelaksanaan Trilogi Pembangunan yang meliputi pemerataan, pertumbuhan
dan stabilitas.
Dengan tolak ukur itu marilah kita teliti keadaan kita dewasa ini
setelah kita bekerja keras selama tiga Repelita, Demikian ajakan
Presiden. Dikatannya bahwa dengan laju pertumbuhan ekonomi yang memadai
dan dengan keberhasilan kita dalam mengendalikan pertambahan penduduk,
maka tampak jelas bahwa pendapatan rata-rata telah naik. Kemudian
ditegaskan bahwa perbaiakn tingkat kesejahteraan rakyat dan pemerataan
pembangunan hanya bisa terjadi karena selama ini kita telah membangun
banyak sekali prasarana dan sarana ekonomi yang juga menyebar kesemua
daerah.
Lebih jauh dikatakan Kepala Negara bahwa pembangunan prasarana dan
sarana ekonomi itu telah menaikkan berbagai jenis produksi kita. Di
bidang pertanian misalnya, pada tahun terakhir Repelita III, produksi
beras mencapai hampir 24 juta ton, yang berarti jauh melebihi sasaran
yang ditetapkan dalam Repelita III, sebesar 20,6 juta ton. Selama lima
tahun terakhir produksiberas rata-rata naik sekitar 6,5% setiap tahun.
Dengan produksi beras sebesar hampir 24 juta ton itu, berarti kita telah
memasuki tungkat swasembada beras.Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Soeharto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan Lesilolo