Kamis, 10 Agustus 1989 --- Pada jam
09.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima
140 peserta Rapim ABRI. Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan
bahwa Indonesia tidak boleh mengabaikan pembangunan kekuatan pertahanan
dan keamanan untuk untuk membela diri terhadap setiap ancaman dari
manapun datangnya. Namun pembangunan kekuatan itu terbatas untuk tujuan
defensif, dan hanya sepanjang diperlukan untuk menghadapi kemungkinan
ancaman yang bisa timbul.
Kita membangun kekuatan pertahanan keamanan ini dalam rangka wawasan
ketahanan nasional, yang tidak hanya dilandaskan kepada kekuatan militer
saja, tetapi juga kepada kekuatan ideologi, kekuatan politik, kekuatan
ekonomi dan kekuatan sosial budaya. Selain itu kita sadar bahwa kekuatan
militer belaka tiaklah mampu menyelesaikan seluruh masalah pertahanan
keamanan.
Lebih jauh dikemukakan Kepala Negara bahwa ABRI perlu mengembangkan dan
menigkatkan kemampuan profesionalnya, baik dalam bidang pertahanan
keamanan maupun dalam bidang sosial politik. ABRI yang sekarang terdiri
dari generasi penerus jangan sampai berkurang kemampuannya dalam
menagani masalah-masalah nasional yang semakin kompleks, dibanding
dengan ABRI dari generasi pembebas. Tantangan yang dihadapi oleh ABRI di
masa datang akan berbeda dari yang pernah dihadapi Generasi 45. Dan hal
itu haruslah dihadapi secara kreatif dan dinamis.
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto meresmikan penggunaan gedung baru
Mahkamah Agung yang terletak di Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Gedung
tersebut dibangun dengan biaya sekitar Rp16,9 miliar. Upacara peresmian
itu ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pembukaan selubung
patung Ketua Mahkamah Agung pertama, Prof Mr Dr Soeleman Effendi
Koesoema Atmadja, oleh Kepala Negara.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak harto Jilid 1-6
Publikasi : Rayvan lesilolo
Publikasi : Rayvan lesilolo