Senin, 29 Agustus 1966
Memberikan sambutan pada Mubes ke-3 Angkatan ’45, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa faktor historis dari pada Angkatan 45 ialah tidak pernah absen dalam perjuangan sejak revolusi 17 Agustus 1945 hingga sekarang. Jenderal Soeharto mengharapkan agar dalam menumpas pertualangan kontra-revolusi G-30-S/PKI, Angkatan ’45 tetap menjaga nama baik, jiwa dan semangat Angkatan ’45. Dalam kesempatan tersebut Jenderal Soeharto, menggambarkan tugas-tugas dari Angkatan ’45 yang antara lain ialah pertama, mewariskan jiwa dan semangat Angkatan ’45 kepada generasi yang akan atang. Kedua, mengamankan, mengamalkan, menyebarkan dan memperjuangkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945.
Kamis, 29 Agustus 1974
Sebelum meninggalkan Birma hari ini, Presiden Soeharto dan Presiden Ne Win telah mengeluarkan suatu pernyataan bersama. Dalam pernyataan bersama itu antara lain menyatakan bahwa Birma mendukung konsep Wawasan Nusantara yang sedang diperjuangkan Indonesia.
Presiden Soeharto dan rombongan hari ini tiba di Singapura dalam rangka kunjungan kenegaraan selama dua hari. Ini merupakan kunjungan pertama dari seorang Kepala Negara Indonesia setelah Singapura mengurus kemerdekaannya.
Pada hari pertama kunjungan Presiden Soeharto, telah ditandatanganisuatu persetujuan dasar tentang kerjasama ekonomi dan teknik antara kedua negara, disamping dipertukarkan naskah ratifikasi perjanjian batas laut teritoriala antara kedua negara di Selat Singapura. Persetujuan dasar tentang kerjasama ekonomi dan teknik itu ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Menteri Luar Negeri Rajaratnam. Persetujuan ini menyangkut peningkatan kerjasama di bidang perdagangan, investasi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi.
Selasa, 29 Agustus 1978
Setelah melapor hasil kunjungannya ke Sulawesi Utara kepada Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini, Sesdalopbang, Solichin GP, mengatakan bahwa hama wareng jenis biotipe II di luar dugaan telah di temukan di Kabupaten Minahasa baru-baru ini. Dalam hubungan ini Presiden telah menginsteruksikan agar hama ini segera diberantas; untuk itu Pemerintah akan mengirim 50 penyemperot ke Sulawesi Utara. Sementara itu, di daerah-daerah yang belum di serang akan diusahakan pencegahan antara lain dengan menggunakan VUTW (Varitas Unggul Tahan Wareng). Presiden juga menginsteruksikan agar pemberantasan hama sexava yang menyerang pohon kelapa ini Kepulauan Sangir Talaud dibasmi secara tuntas dengan memutuskan siklus hidupnya.
Rabu, 29 Agustus 1979
Presiden Soeharto hari ini di Geresik, Jawa Timur, meresmikan pabrik Fosfat miliki PT Petrokimia Gresik. Pabrik ini akan menghasilkan pupuk TSP, DAP dan NPK dengan kapasitas keseluruhan sekitar 460.000 ton setahun. Dengan pembangunan pabrik pupuk ini, maka dalam sepuluh tahun terakhir ini Indonesia telah membangun enam buah pabrik pupuk. Keenam pabrik itu ialah perluasan pabrik pupuk urea Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang, pabrik pupuk ure dan ZA di Gresik, pabrik pupuk urea Kujang di Jawa Barat, dan pabrik pupuk fosfat Gresik ini. Selain itu juga sedang dibangun masing-masing sebuah pabrik pupuk urea di Aceh dan Kalimantan Timur. Dengan memiliki pabrik-pabrik tersebut, maka dalam Pelita III nanti produksi pupuk Indonesia akan mencapai sekitar empat juta ton, padahal selama Pelita II tingkat produksi pupuk Indonesia baru dua juta ton saja.
Jum’at, 29 Agustus 1987
Salah satu tantangan yang harus kita jawab adalah bagaimana kita dapat meningkatkan mutu barang-barang kearajinan, sehingga dapat memberikan sumbangan pada kegiatan pembangunan. Malahan kita harus berusaha sekuat tenaga agar barang-barang kerajinan kita itu menarik minat wisatawan yang datang kemari dan juga harus kita usahakan agar dapat kita tingkatkan, maka hal itu merupakan langkah penting dalam keseluruhan usaha kita untuk memperbesar ekspor non-migas yang dalam tahun-tahun yang akan datang harus mendapat perhatian kita yang sebenar-benarnya.
Demikian dikatakan Presiden Soeharto ketika pagi ini membuka Pekan Kerajinan Indonesia 1987 di Sasono Langen Budoyo, TMII.
Senin, 29 Agustus 1988
Selama lebih kurang dua jam, mulai pukul 09.30 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan dan Energi, Ginandajar kartasamita, Direktur Utama Pertamina yang baru, Faisal Abda’oe, Menko Ekuin, Radius Prawiro, Menteri Keuangan, JB Sumarlin, dan Menteri/Sekretaris Kabinet, Moerdiono, di Cendana. Usai pertemuan, Ginandjar mengatakan bahwa Presiden telah member insteruksi untuk meningkatkan pemasaran minyak mentah serta berbagai produksi minyak lainnya ke luar negeri dan juga meningkatkan efisiensi dalam segala bidang, terutama dalam bidang operasi.
Presiden mengingatkan bahwa efisien itu perlu dilakukan agar Indonesia nis memperoleh semaksimal mungkin dari sector migas ini. Sebagai contok, disebutkan oleh Presiden bahwa kilang-kilang minyak yang ada sekarang ini belum dimanfaatkan sepenuhnya, karena kilang-kilang tersebut baru beroperasi 80% dari kapasitas terpasang. Dengan kenyataan yang demikian, Presiden mengharapkan pimpinan Pertamina yang baru memikirkan peningkatan efisiensi itu. Dalam hubungan ini Kepala Negara emngingatkan bahwa kita sekarang menghadapi tantangan yang cukup berat sehubungan dengan turunnya harga minyak si pasar luar negeri.
Selasa, 29 Agustus 1989
Presiden Soeharto hari ini menyetujui rencana induk baru pengembangan Gelora Senayan Jakarta, yang penyusunannya dirangkaikan dengan kerangka rencana Induk Pengembangan DKI Jakarta sampai tahun 2005. Persetujuan itu dikemukakan Presiden sewakru menerima laporan tentang rencana tersebut dari Badan Penglola Gelora Senayan.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo