Kamis, 28 Juli 1966.
Pimpinan rakyat dan diharapkan rakyat membantunya dalam melaksanakan tugasnya. Rakyat diminta oleh Jenderal Soeharto untuk menuntut PB Partai NU untuk menarik diri dari keanggotaan dalam Kabinet Ampera. Alasannya ialah bahwa mereka tidak yakin bahwa komposisi personalia Kabinet Ampera telah sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/1966. Akan tetapi reaksi NU adalah bahwa walaupun tidak merasa puas terhadap komposisi personalia Kabinet Ampera, partai akan memberikan kesempatan kerja bagi kabnet.
Presiden Soekarno telah menaikan pangkat keempat Panglima Angkatan Bersenjatan. Yaitu Letjen.Soeharto menjadi Jenderal ; Laksamana Presiden Soekarno telah menaikkan Muda (L) Muliadi menjadi Laksmana Madya (L); Laksamana Muda (U) Rusmin Nuryadin menjadi Laksamana Madya (U); dan Komisaris Jenderal (pol) Soetjipto menjadi Jenderal (Pol).
Senin, 28 Juli 1969.
Presiden Richard Nixon siang ini meninggalkan Jakarta menuju Bangkok. Dalam pidato selamat tinggal dilapanan udara kemayoran, Nixon mengatakan bahwa setelah mendapat penjelasan-penjelasan mengenai Pelita dan politik yang dianut Inonesia,maka ia yakin bahwa masa depan ekonomi Indonesia akan sangatbaik. Juga dikatakannya bahwa ia mencari kerjasama yang baik dengan Indonesia atas dasar “ Indonesia dapat memilih jalan dan kerjanya sendiri tanpa sesuatu dominasi”.
Dalam pidato pelepasan tamunya itu, Presiden Soeharto antara lain sekali lagi menyampaikan penghargaan kepada AS yang selalu bersedia membantu Indonesia dalam membangun masa depan sesuai dengan prinsip-prinsip aspirasi-aspirasi , dan cara-cara bangsa Indonesia sendiri. Ia juga mengungkapkan bahwa kunjungan Presiden Nixon ke Indonesia telah memperkokoh persahabatan diantara kedua negara.
Rabu, 28 Juli 1976.
Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini berangkat menuju Balkpapan dan terus ke Samarinda dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari di Kalimantan Timur. Di Samarinda sore ini Presiden Soeharto meninjau kompleks pabrik Intahuni yang terletak di daerah Karang Asam. Kompleks ini merupakan suatu daerah hutan yang telah dimanfaatkan.
MTQ ke -9 malam ini dibuka dengan resmi oleh amanat Presiden Soeharto di Samarinda olaraga Segiri ini memeriahkan pula denan pagelaran tarian massal. Dan sebagimana MTQ sebelumnya, MTQ ini diikuti oleh qori dan qoriah dari semua provinsi, kecuali Provinsi Timor-Timur.
Jum,at, 28 Juli 1978.
Presiden Soeharto dan Presiden Ziaur Rahman pagi ini di Istana Merdeka mengadakan pembicaraan empat mata selama dua jam. Pembicaraan itu mengenai berbagai masalah, baik menyangkut hubungan bilateral maupun regional dan internasional. Sesudah pertemuan, Prsiden Ziaur Rahman mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan-pembicaraan itu meliputi peningkatan kerjasama ekonomi antara kedua negara dalam waktuu dekat ini.
Kamis, 28 Juli 1983.
Pabrik Kelapa sawit PT Perkebunan IV yang terletak di Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu ,Sumatera Utara, hari ini diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pabrik ini dibangun oleh PT Perkebunan IV. Menyambut kehadiran pabrik tersebut,Kepala Negara mengatakan bahwa sejalan dengan usaha mengadakan perluasan kebun-kebun kelapa sawit,kita juga harus memperbanyak pabrik-pabrik minyak kelapa sawit kita. Mengingat besarnya perluasan kebun yang kita bangun. Untuk membangun pabrk-pabrik minyak kelapa sawit yang jumlahnya tidak sedikit itu, Pemerintah tentu tidak akan dapat membangunnya sendiri.oleh sebab itu, pemerintah memberi kesempatan kepada pihak swasta untuk bekerjasama dengan perkebunan guna membangun pabrik-pabrik minyak kelapa sawit.
Sabtu, 28 Juli 1984.
Presiden Soeharto mengharapkan para transmigran dan pekerja yang bertugas di luar kampung halamannya agar tidak sering-sering pulang “mudik “, supaya hasil jerih payah mereka tidak habis untuk membiayai perjalanan tersebut. Untuk melepas rasa rindu kepada sanak keluarga di kampung halaman, para transmigran dan pekerja sebaiknya memanfaatkan secara maksimal sarana pos dan telekomunikasi.
Harapan tersebut disampaikan Kepala Negara melalui Gubernur Bengkulu, Surapto, yang menghadapnya di Istana Merdeka pagi ini. Pengangkatannya kembali sebagai Gubernur Bengkulu. Ia juga melaporkan tentang ujicoba pelabuhan Pulau Baai yang dinilai sangat berhasil.
Kepada Gubernur Suprapto, Presiden juga berpesan agar tidak sampai menjaga hutan lindung yang ada di daerahnya, sehingga tidak sampai rusak, termasuk binatang-binatang ada didalamnya. Presiden merasa perlu mengingatkan hal ini, sebab jumlah penduduk Bengkulu terus bertambah dengan adanya perpindahan orang ke daerah itu.
Presiden Soeharto menegaskan bahwa pemantapan Pancasila merupakan perampungan tugas historis para veteran pejuang kemerdekaan, karena makin hari makin dekat peralihan generasi secara menyeluruh. Dikatakannya bahwa peralihan generasi ini adalah kodrat yang tidak mungkin kita hindari. Dalam rangka babak-babak terakhir perampungan tugas dan kewajiban bangsa dan negara dimana Pancasila sebagai ideologi nasional masih belum mantap. Ditegaskannya , kita tidak ingin generasi mendatang menanggung beban sejarah ketidakmantapann ideologi , seperti kita alami dengan segala kepahitannya.
Penegasan ini disampaikan Kepala Negara pada acara pengukuhan Dewan Paripurna Pusat dan Pimpinan Pusat LVRI masa bakti 1984-1988 yang berlangsung pagi ini di Istana Negara. Ketua Umum Legium Veteran yang dikukuhkan itu ialah Letjen. (Purn) Achmad Tahir. Anggota Dewan Paripurna Pusat yang dikukuhkan antara lain adalah Sultan Hamengkubuwono IX, Ali Said SH, Sumitro M Kharis Suhud, Sudiro, Nyonya Aruji Kartawinata, TB Simatupang, dan OB Syaaf.
Senin, 28 Juli 1986
Menteri Luar Negeri Mochtar Kususmaatmadja menghadap Kepala Negara di Bina Graha siang ini. Setelah bertemu presiden Soeharto ia menyatakan bahwa Pemerintah Indoneisa menyesalkan pernyataan Presiden portugal di depan Parlemen Eropa di Starsbourg, Preancis, baru-baru ini menyangkut masalah Timor-Timur. Dikatakan oleh Menteri Mochtar bahwa kita Pemerintah Indonesia menyesalkan pernyataan mencari penyelesaian melalui forum PBB.
Sabtu, Juli 1990.
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima para menteri luar negeri yang mengikuti Post – Ministerial Meeting di Jakarta. Mereka adalah enam menteri luar negeri ASEAN dan para menteri luar negeri Amerika Serikat,Kanada, Jepang, Austrlia, Selandia Baru, dan Masyarakat Eropa.
Kepada para tamunya Kepala Negara menegaskan kembali bahwa penyelesaian masalah kamboja tergantung kepada rakyat kamboja sendiri, sedangkan negara-negara lain hanya ikut memecahan masalah, memberikan konstribusi untuk mencari penyelesaian secara menyeluruh. Presiden menyatakan keyakinannya bahwa itulah yang menjadi tujuan bersama ASEAN dengan mitra dialognyya .Oleh karena itu, demikian Kepala Negara ,walaupun tujuan kita sama, namun cara untuk mencapai tujuan itu boleh saja berbeda. Kemudian ia juga menyinggung mengenai masalah pengungsi vietnam yang memerlukan penyelesin secara koordinatif .
Menyangkut hubungan ASEAN dengan mitra- dialognya, Presiden Soeharto menilai bahwa sekalipun didalam pembicaraan antara keduanya terdapat perbedaan pendapat, namun hal itu adalah lumrah. Dan selama masih berdialog, bertukar pikiran serta dapat mengemukakan posisi masing-masing dalam suasana kerjasama yang baik, maka tujuan bersama tetap dapat dicapai.
Pimpinan rakyat dan diharapkan rakyat membantunya dalam melaksanakan tugasnya. Rakyat diminta oleh Jenderal Soeharto untuk menuntut PB Partai NU untuk menarik diri dari keanggotaan dalam Kabinet Ampera. Alasannya ialah bahwa mereka tidak yakin bahwa komposisi personalia Kabinet Ampera telah sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/1966. Akan tetapi reaksi NU adalah bahwa walaupun tidak merasa puas terhadap komposisi personalia Kabinet Ampera, partai akan memberikan kesempatan kerja bagi kabnet.
Presiden Soekarno telah menaikan pangkat keempat Panglima Angkatan Bersenjatan. Yaitu Letjen.Soeharto menjadi Jenderal ; Laksamana Presiden Soekarno telah menaikkan Muda (L) Muliadi menjadi Laksmana Madya (L); Laksamana Muda (U) Rusmin Nuryadin menjadi Laksamana Madya (U); dan Komisaris Jenderal (pol) Soetjipto menjadi Jenderal (Pol).
Senin, 28 Juli 1969.
Presiden Richard Nixon siang ini meninggalkan Jakarta menuju Bangkok. Dalam pidato selamat tinggal dilapanan udara kemayoran, Nixon mengatakan bahwa setelah mendapat penjelasan-penjelasan mengenai Pelita dan politik yang dianut Inonesia,maka ia yakin bahwa masa depan ekonomi Indonesia akan sangatbaik. Juga dikatakannya bahwa ia mencari kerjasama yang baik dengan Indonesia atas dasar “ Indonesia dapat memilih jalan dan kerjanya sendiri tanpa sesuatu dominasi”.
Dalam pidato pelepasan tamunya itu, Presiden Soeharto antara lain sekali lagi menyampaikan penghargaan kepada AS yang selalu bersedia membantu Indonesia dalam membangun masa depan sesuai dengan prinsip-prinsip aspirasi-aspirasi , dan cara-cara bangsa Indonesia sendiri. Ia juga mengungkapkan bahwa kunjungan Presiden Nixon ke Indonesia telah memperkokoh persahabatan diantara kedua negara.
Rabu, 28 Juli 1976.
Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini berangkat menuju Balkpapan dan terus ke Samarinda dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari di Kalimantan Timur. Di Samarinda sore ini Presiden Soeharto meninjau kompleks pabrik Intahuni yang terletak di daerah Karang Asam. Kompleks ini merupakan suatu daerah hutan yang telah dimanfaatkan.
MTQ ke -9 malam ini dibuka dengan resmi oleh amanat Presiden Soeharto di Samarinda olaraga Segiri ini memeriahkan pula denan pagelaran tarian massal. Dan sebagimana MTQ sebelumnya, MTQ ini diikuti oleh qori dan qoriah dari semua provinsi, kecuali Provinsi Timor-Timur.
Jum,at, 28 Juli 1978.
Presiden Soeharto dan Presiden Ziaur Rahman pagi ini di Istana Merdeka mengadakan pembicaraan empat mata selama dua jam. Pembicaraan itu mengenai berbagai masalah, baik menyangkut hubungan bilateral maupun regional dan internasional. Sesudah pertemuan, Prsiden Ziaur Rahman mengatakan kepada wartawan bahwa pembicaraan-pembicaraan itu meliputi peningkatan kerjasama ekonomi antara kedua negara dalam waktuu dekat ini.
Kamis, 28 Juli 1983.
Pabrik Kelapa sawit PT Perkebunan IV yang terletak di Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu ,Sumatera Utara, hari ini diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pabrik ini dibangun oleh PT Perkebunan IV. Menyambut kehadiran pabrik tersebut,Kepala Negara mengatakan bahwa sejalan dengan usaha mengadakan perluasan kebun-kebun kelapa sawit,kita juga harus memperbanyak pabrik-pabrik minyak kelapa sawit kita. Mengingat besarnya perluasan kebun yang kita bangun. Untuk membangun pabrk-pabrik minyak kelapa sawit yang jumlahnya tidak sedikit itu, Pemerintah tentu tidak akan dapat membangunnya sendiri.oleh sebab itu, pemerintah memberi kesempatan kepada pihak swasta untuk bekerjasama dengan perkebunan guna membangun pabrik-pabrik minyak kelapa sawit.
Sabtu, 28 Juli 1984.
Presiden Soeharto mengharapkan para transmigran dan pekerja yang bertugas di luar kampung halamannya agar tidak sering-sering pulang “mudik “, supaya hasil jerih payah mereka tidak habis untuk membiayai perjalanan tersebut. Untuk melepas rasa rindu kepada sanak keluarga di kampung halaman, para transmigran dan pekerja sebaiknya memanfaatkan secara maksimal sarana pos dan telekomunikasi.
Harapan tersebut disampaikan Kepala Negara melalui Gubernur Bengkulu, Surapto, yang menghadapnya di Istana Merdeka pagi ini. Pengangkatannya kembali sebagai Gubernur Bengkulu. Ia juga melaporkan tentang ujicoba pelabuhan Pulau Baai yang dinilai sangat berhasil.
Kepada Gubernur Suprapto, Presiden juga berpesan agar tidak sampai menjaga hutan lindung yang ada di daerahnya, sehingga tidak sampai rusak, termasuk binatang-binatang ada didalamnya. Presiden merasa perlu mengingatkan hal ini, sebab jumlah penduduk Bengkulu terus bertambah dengan adanya perpindahan orang ke daerah itu.
Presiden Soeharto menegaskan bahwa pemantapan Pancasila merupakan perampungan tugas historis para veteran pejuang kemerdekaan, karena makin hari makin dekat peralihan generasi secara menyeluruh. Dikatakannya bahwa peralihan generasi ini adalah kodrat yang tidak mungkin kita hindari. Dalam rangka babak-babak terakhir perampungan tugas dan kewajiban bangsa dan negara dimana Pancasila sebagai ideologi nasional masih belum mantap. Ditegaskannya , kita tidak ingin generasi mendatang menanggung beban sejarah ketidakmantapann ideologi , seperti kita alami dengan segala kepahitannya.
Penegasan ini disampaikan Kepala Negara pada acara pengukuhan Dewan Paripurna Pusat dan Pimpinan Pusat LVRI masa bakti 1984-1988 yang berlangsung pagi ini di Istana Negara. Ketua Umum Legium Veteran yang dikukuhkan itu ialah Letjen. (Purn) Achmad Tahir. Anggota Dewan Paripurna Pusat yang dikukuhkan antara lain adalah Sultan Hamengkubuwono IX, Ali Said SH, Sumitro M Kharis Suhud, Sudiro, Nyonya Aruji Kartawinata, TB Simatupang, dan OB Syaaf.
Senin, 28 Juli 1986
Menteri Luar Negeri Mochtar Kususmaatmadja menghadap Kepala Negara di Bina Graha siang ini. Setelah bertemu presiden Soeharto ia menyatakan bahwa Pemerintah Indoneisa menyesalkan pernyataan Presiden portugal di depan Parlemen Eropa di Starsbourg, Preancis, baru-baru ini menyangkut masalah Timor-Timur. Dikatakan oleh Menteri Mochtar bahwa kita Pemerintah Indonesia menyesalkan pernyataan mencari penyelesaian melalui forum PBB.
Sabtu, Juli 1990.
Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima para menteri luar negeri yang mengikuti Post – Ministerial Meeting di Jakarta. Mereka adalah enam menteri luar negeri ASEAN dan para menteri luar negeri Amerika Serikat,Kanada, Jepang, Austrlia, Selandia Baru, dan Masyarakat Eropa.
Kepada para tamunya Kepala Negara menegaskan kembali bahwa penyelesaian masalah kamboja tergantung kepada rakyat kamboja sendiri, sedangkan negara-negara lain hanya ikut memecahan masalah, memberikan konstribusi untuk mencari penyelesaian secara menyeluruh. Presiden menyatakan keyakinannya bahwa itulah yang menjadi tujuan bersama ASEAN dengan mitra dialognyya .Oleh karena itu, demikian Kepala Negara ,walaupun tujuan kita sama, namun cara untuk mencapai tujuan itu boleh saja berbeda. Kemudian ia juga menyinggung mengenai masalah pengungsi vietnam yang memerlukan penyelesin secara koordinatif .
Menyangkut hubungan ASEAN dengan mitra- dialognya, Presiden Soeharto menilai bahwa sekalipun didalam pembicaraan antara keduanya terdapat perbedaan pendapat, namun hal itu adalah lumrah. Dan selama masih berdialog, bertukar pikiran serta dapat mengemukakan posisi masing-masing dalam suasana kerjasama yang baik, maka tujuan bersama tetap dapat dicapai.
Sember : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun: EREN