Senin, 1 Agustus 1966.
Menteri Luar Negeri Mangthai, Thanat Khoman, menyatakan keyakinannya bahwa konfirmasi Indonesia akan segera berakhir. Namun demikian diakuinya juga bahwa pidato Presiden Soekarno pada peantikan Kabinet Ampera di Jakarta baru-baru ini teah menyebabkan kemunduran dalam usaha memulihkan hubungan antara kedua negara bertetangga yang sedang bertikai itu. Tetapi kemunduran itu hanya bersifat sementar. Dalam pada itu kalangan pemerintahan di Malaysia berpendapat bahwa pernyataan Presiden Soekarno tentang konfirmasi hanya tanda ketidak sepakatannya terhadap orang kuat Indonesia, Jenderal Soeharto.
Menteri Luar Negeri Mangthai, Thanat Khoman, menyatakan keyakinannya bahwa konfirmasi Indonesia akan segera berakhir. Namun demikian diakuinya juga bahwa pidato Presiden Soekarno pada peantikan Kabinet Ampera di Jakarta baru-baru ini teah menyebabkan kemunduran dalam usaha memulihkan hubungan antara kedua negara bertetangga yang sedang bertikai itu. Tetapi kemunduran itu hanya bersifat sementar. Dalam pada itu kalangan pemerintahan di Malaysia berpendapat bahwa pernyataan Presiden Soekarno tentang konfirmasi hanya tanda ketidak sepakatannya terhadap orang kuat Indonesia, Jenderal Soeharto.
Selasa. 1 Agustus 1967
Menhankam Jenderal Soeharto dalam amanat tertulis pada upacara peresmian pilot projeck Walawa ( wajib latih mahasiswa) di parkir Timur Senayan, Jakarta, mengatakanbahwa militer bukanlah gejala militerilisme yang mendorong para mahasiswa untuk militermiliteran. Sebagai suatu program latihan, Walawa mempunyai fungsi dalam pertahanan-keamanan rakyat semesta demokratis.
Menhankam Jenderal Soeharto dalam amanat tertulis pada upacara peresmian pilot projeck Walawa ( wajib latih mahasiswa) di parkir Timur Senayan, Jakarta, mengatakanbahwa militer bukanlah gejala militerilisme yang mendorong para mahasiswa untuk militermiliteran. Sebagai suatu program latihan, Walawa mempunyai fungsi dalam pertahanan-keamanan rakyat semesta demokratis.
Jum.at, 1 Agustus 1969.
Presiden Soeharto meresmikanpelabuhan udara internasional Ngurah Rai di Bali hari ini. Dalam kata sambutannya Presiden antara lain mengatakan bahwa dengan dibukanya bandar udara Ngurah Rai,Indonesia memperlihatkan kemmpuannya untuk menyediakan fasilitas penerbangan internasional yang memenuhi syarat. Dengan demikian telah tercapai pula kemajuan dalam salah satu apek penting di bidang fasilitas kepariwisataan di Bali.
Presiden Soeharto meresmikanpelabuhan udara internasional Ngurah Rai di Bali hari ini. Dalam kata sambutannya Presiden antara lain mengatakan bahwa dengan dibukanya bandar udara Ngurah Rai,Indonesia memperlihatkan kemmpuannya untuk menyediakan fasilitas penerbangan internasional yang memenuhi syarat. Dengan demikian telah tercapai pula kemajuan dalam salah satu apek penting di bidang fasilitas kepariwisataan di Bali.
Sabtu, 1 Agustus 1970.
Presiden Soeharto memutuskan dalam surat keputusannya NO.51/1970,telah membentuk Dewan Pertahanan Keamanan Nasional 9 wanhankamnas). Dewan ini membantu Presiden dalam menentukan kebijaksanaan tertinggi di bidang pertahanan keamanan dan nasional.
Presiden Soeharto memutuskan dalam surat keputusannya NO.51/1970,telah membentuk Dewan Pertahanan Keamanan Nasional 9 wanhankamnas). Dewan ini membantu Presiden dalam menentukan kebijaksanaan tertinggi di bidang pertahanan keamanan dan nasional.
Jum,at 1 Agustus 1975
Hari ini di Tapos, Bogor, Presiden Soeharto menyerahkan masing-masing sepuluh ekor domba Australia kepada enam kabupaten di Jawa Barat. Keenampuluh domba tersebut diserahkan secara langsung oleh Kepala Negara kepada bupati-bupati Bandung, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Kuningan,dan sumedang, dengan disaksikan oleh Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi. Ketika menyerahkan domba-domba tersebut, Presiden mengharapkan agar daerah-daerah yang bersangkutan dapat mengembangkan domba-domba Australia itu shingga memberikan manfaat bagi rakyat dalam usaha meningkatkan hasil peternakan.
Hari ini di Tapos, Bogor, Presiden Soeharto menyerahkan masing-masing sepuluh ekor domba Australia kepada enam kabupaten di Jawa Barat. Keenampuluh domba tersebut diserahkan secara langsung oleh Kepala Negara kepada bupati-bupati Bandung, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Kuningan,dan sumedang, dengan disaksikan oleh Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi. Ketika menyerahkan domba-domba tersebut, Presiden mengharapkan agar daerah-daerah yang bersangkutan dapat mengembangkan domba-domba Australia itu shingga memberikan manfaat bagi rakyat dalam usaha meningkatkan hasil peternakan.
Senin, 1 Agustus 1977.
Ketika meresmikan Kilang Gas Alam Cair ( LNG) Prtamina “Badak “ di Bontang Selatan, Kalimantan Timur, Presiden Soeharto hari ini mengatakan bahwa meskipun biaya pembangunan proyek inidiperoleh dari pinjaman Pemerintah Jepang, namun sama sekali tidak berarti bahwa kita menjual diri atau menggadaikan negeri ini kepada orang luar. Pinjaman ini kita terima untuk mempercepat jalannya pembangunan kita.
Presiden meminta kepada para pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH) agar selalu memperhaikan dan melaksanakan dan melaksanakan berbagai persyaratan antara lain cara eksploitasi hutan yang benar, tenaga yang makin banyak, kesejateraan karyawan yang bik, dan membangun pabrik pengolahan hasil hutan. Pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap pengusaha/ pemegang HPH yang ternyata tidak melaksanakan persyaratan tersebut.
Pompa bantuan Presiden Soeharto sebanyak enam unit yang digunakan sejak tahun 1974 sampai tahun 1977 di desa-desa Kabupaten Sragen telah menaikan produksi pertanian setiap hektar dari 35 kwintal menjadi 70 kwintal. Ini dikemukakan hari ini oleh Bupati Sragen Sayid Alatas.
Ketika meresmikan Kilang Gas Alam Cair ( LNG) Prtamina “Badak “ di Bontang Selatan, Kalimantan Timur, Presiden Soeharto hari ini mengatakan bahwa meskipun biaya pembangunan proyek inidiperoleh dari pinjaman Pemerintah Jepang, namun sama sekali tidak berarti bahwa kita menjual diri atau menggadaikan negeri ini kepada orang luar. Pinjaman ini kita terima untuk mempercepat jalannya pembangunan kita.
Presiden meminta kepada para pengusaha Hak Pengusahaan Hutan (HPH) agar selalu memperhaikan dan melaksanakan dan melaksanakan berbagai persyaratan antara lain cara eksploitasi hutan yang benar, tenaga yang makin banyak, kesejateraan karyawan yang bik, dan membangun pabrik pengolahan hasil hutan. Pemerintah akan mengambil tindakan tegas terhadap pengusaha/ pemegang HPH yang ternyata tidak melaksanakan persyaratan tersebut.
Pompa bantuan Presiden Soeharto sebanyak enam unit yang digunakan sejak tahun 1974 sampai tahun 1977 di desa-desa Kabupaten Sragen telah menaikan produksi pertanian setiap hektar dari 35 kwintal menjadi 70 kwintal. Ini dikemukakan hari ini oleh Bupati Sragen Sayid Alatas.
Rabu, 1 Agustus 1979.
Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet bidang Ekuin. Dalam sidang yang berlangsung selama lebih kurang dua jam itu telah dibicarakan berbagai masalah yang menyangkut penyediaan dan penyaluran barang. Trutama dalamrangka menyambut lebaran.
Sebagai hasil sidang, Presiden memberikan instruksi kepada para menteri bidang Ekuin untuk mengambil langkah-langkah sehingga para pedagang tidak berspekulasi dengan menimbun barang ataupun menaikan harganya. Kepala Negara juga menginstruksikan agar aparat pemerintah memperlancar distribusi kebutuhan pko, angkutan sayurmayur di daerah-daerah produksi ke kota-kota. Presiden dengan sangat menekankan agar dicegah terjadinya kelangkaan sesuatu barang kebutuhn di daerah-daerah.
Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet bidang Ekuin. Dalam sidang yang berlangsung selama lebih kurang dua jam itu telah dibicarakan berbagai masalah yang menyangkut penyediaan dan penyaluran barang. Trutama dalamrangka menyambut lebaran.
Sebagai hasil sidang, Presiden memberikan instruksi kepada para menteri bidang Ekuin untuk mengambil langkah-langkah sehingga para pedagang tidak berspekulasi dengan menimbun barang ataupun menaikan harganya. Kepala Negara juga menginstruksikan agar aparat pemerintah memperlancar distribusi kebutuhan pko, angkutan sayurmayur di daerah-daerah produksi ke kota-kota. Presiden dengan sangat menekankan agar dicegah terjadinya kelangkaan sesuatu barang kebutuhn di daerah-daerah.
Jum,at 1 Agustus 1980.
Atas nama negara, pagi ini Presiden Soeharto pagi ini menyerahkan sebuah rumah yang terletak di kompleks perumahan Kuningan, Jakarta,kepada Nyonya Rahmi Hatta, isteri Ko- Proklamator Kemerdekaan RI dan Wakil Presiden RI yang pertama. Bangunan rumah tersebut teretak diatas seluas 2.00 meter peregi dengan luas bangunan indu 615 meter persegi. Biaya pembngunan termasuk perabotan berjumlah Rp 14,7 juta.
Presiden yang didampingi Ibu Soeharto, dan Menteri. Sekertaris Negara Sudharmono, dan pejabat teras Sekertariat Negara, ketika menyerahkan rumah itu mengatakan bahwa pemberian rumah oleh pemerintah kepada isteri Wakil Presiden pertama RI itu didasarkan pada Undang-undang NO. 6 Tahun 1978. Undang-undang tersebut yang mengatur hak-hak administrasif Presiden dan wakil presiden baru diundangkan pada thun 1978, sehingga penyerahan rumah ini baru dapat dilaksanakan hari ini. Presiden mengharapkan agar pemberian rumah ini oleh Pemrintah dapat diteria dengan baik oleh Ibu Rahmi Hatta beserta keluarganya. Diharapkan pula semoga rumah ini bermanfaat bagi anak-anak dan cucu Bung Hatta dalam melanjutkan perjuangan dan cita-cita almarhum.
Ibu Rahmi yang didampingi putera-puterinya dan wangsa widjaya, sekertaris pribadi almarhu Bung Hatta, menyampaikan terima kasih kepada Presiden dan pemerintah yang telah menganugerhkan rumah tersebut. Dikataknnya bahwa perhatian pemerintah dan Presiden ini merupakan suatu surprise bagi keluarganya.
Ketua DPR, Daryatmo, pagi ini membacakan surat Presiden Soeharto yang merupakan tanggapan atas pertanyaan 19 anggota DPR mengenai isi amanatnya didepan rapim ABRI 27 Maret 1980 di Pekan Baru dan pada peringatan ulang tahun ke- 28 Kopasandha tanggal 19 april 1980 di Cijantung. Dalam jawabannya Presiden menganjurkan ke-19 orang anggota DPR tersebut membaca baik-baik pidato-pidato tersebut, mereka akan dapat memahami isi dan maksudnya, sehingga dengan demikian dapat merupakan jawaban yang memadai atas hal-hal yang mereka pertanyakan tersebut.
Ditambahkan oleh Presiden bahwa seandainya para penanya masih merasa bahwa bahan-bahan yang disampaikan itu kurang memadai, maka ia menyarankan agar para penanya yang menyalurkan pertanyaan mereka melalui rapat-rapat Komisi DPR sesuai dengan peraturan tata tertib DPR.
Atas nama negara, pagi ini Presiden Soeharto pagi ini menyerahkan sebuah rumah yang terletak di kompleks perumahan Kuningan, Jakarta,kepada Nyonya Rahmi Hatta, isteri Ko- Proklamator Kemerdekaan RI dan Wakil Presiden RI yang pertama. Bangunan rumah tersebut teretak diatas seluas 2.00 meter peregi dengan luas bangunan indu 615 meter persegi. Biaya pembngunan termasuk perabotan berjumlah Rp 14,7 juta.
Presiden yang didampingi Ibu Soeharto, dan Menteri. Sekertaris Negara Sudharmono, dan pejabat teras Sekertariat Negara, ketika menyerahkan rumah itu mengatakan bahwa pemberian rumah oleh pemerintah kepada isteri Wakil Presiden pertama RI itu didasarkan pada Undang-undang NO. 6 Tahun 1978. Undang-undang tersebut yang mengatur hak-hak administrasif Presiden dan wakil presiden baru diundangkan pada thun 1978, sehingga penyerahan rumah ini baru dapat dilaksanakan hari ini. Presiden mengharapkan agar pemberian rumah ini oleh Pemrintah dapat diteria dengan baik oleh Ibu Rahmi Hatta beserta keluarganya. Diharapkan pula semoga rumah ini bermanfaat bagi anak-anak dan cucu Bung Hatta dalam melanjutkan perjuangan dan cita-cita almarhum.
Ibu Rahmi yang didampingi putera-puterinya dan wangsa widjaya, sekertaris pribadi almarhu Bung Hatta, menyampaikan terima kasih kepada Presiden dan pemerintah yang telah menganugerhkan rumah tersebut. Dikataknnya bahwa perhatian pemerintah dan Presiden ini merupakan suatu surprise bagi keluarganya.
Ketua DPR, Daryatmo, pagi ini membacakan surat Presiden Soeharto yang merupakan tanggapan atas pertanyaan 19 anggota DPR mengenai isi amanatnya didepan rapim ABRI 27 Maret 1980 di Pekan Baru dan pada peringatan ulang tahun ke- 28 Kopasandha tanggal 19 april 1980 di Cijantung. Dalam jawabannya Presiden menganjurkan ke-19 orang anggota DPR tersebut membaca baik-baik pidato-pidato tersebut, mereka akan dapat memahami isi dan maksudnya, sehingga dengan demikian dapat merupakan jawaban yang memadai atas hal-hal yang mereka pertanyakan tersebut.
Ditambahkan oleh Presiden bahwa seandainya para penanya masih merasa bahwa bahan-bahan yang disampaikan itu kurang memadai, maka ia menyarankan agar para penanya yang menyalurkan pertanyaan mereka melalui rapat-rapat Komisi DPR sesuai dengan peraturan tata tertib DPR.
Sabtu, 1 Agustus 1981.
Bersama sebahgian kaum muslimin ibukoa. Presiden Soeharto pagi ini melakukan shalat Ied di Masjid Istiqlal. Mulai pukul 10.00 pagi sampai 13.00 siang, bertempat di Cendana, Presiden dan Ibu Soeharto menerima ucapan Selamat Idul Fitri dari para pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara,para menteri dan pejabat tinggi pemerintahan, serta korps diplomatik. Anggota masyarakat umum diberi kesempatan untuk bersilatuhrahmi dengan Presiden dan Ibu Soeharto malam ini mulai 19.00 dampai pukul 20.00.
Bersama sebahgian kaum muslimin ibukoa. Presiden Soeharto pagi ini melakukan shalat Ied di Masjid Istiqlal. Mulai pukul 10.00 pagi sampai 13.00 siang, bertempat di Cendana, Presiden dan Ibu Soeharto menerima ucapan Selamat Idul Fitri dari para pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara,para menteri dan pejabat tinggi pemerintahan, serta korps diplomatik. Anggota masyarakat umum diberi kesempatan untuk bersilatuhrahmi dengan Presiden dan Ibu Soeharto malam ini mulai 19.00 dampai pukul 20.00.
Senin, 1 Agustus 1983.
Jam 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara Presiden Soeharto membuka rapat kerja Bulog. Dalam pengarahannya, Kepala Negara mengatakan bahwa tugas Bulog dalam pembangunan kita ini cukup penting dan berat. Untuk mensukseskan tugas yang berat itu, Presiden meminta aparat Bulog untuk memadukan tiga syarat kerja yang penting, yaitu; kemampuan , tekad yang kuat untuk bekerja keras dan tekun, dan kejujuran. Sebelumnya , Kepala Negara telah menegaskan bahwa tugas, utama Bulog adalah memelihara stabilitas bahan pokok kebutuhan rakyat, khususnya harga beras. Usaha memelihara stabilitas harga tersebut dilaksanakan sejajar dan bersama –sama dengan usaha meningkatkan produksi padi memperlancar pemasarannya.
Pada kesempatan itu Presiden juga menggambarkan bagaimana pesatnya, perkembangan produksi pangan nasional. Diungkapkan oleh Kepala Negara bahwa jika pada masa-masa yang laluu komposisi stok nasional terdiri atas 80% dari impor dan 20% pengadaan dalam negeri , maka sejak tahun 1980/ 1981 yang lalu, komposisi stok nasional kita terdiri dari 20% impor dan 80% pengadaan dalam negeri. Dengan demikian fungsi impor pangan telah dapat kita ubah dari sarana untuk menutupi jurang yang lebar antara kemampuan berproduksi yang sekedar sarana untuk menambah stok nasional saja. Hal ini menunjukan keberhasilan kita dalam melaksanakan pembangunan di bidang pertanian. Demikian Presiden.
Jam 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Negara Presiden Soeharto membuka rapat kerja Bulog. Dalam pengarahannya, Kepala Negara mengatakan bahwa tugas Bulog dalam pembangunan kita ini cukup penting dan berat. Untuk mensukseskan tugas yang berat itu, Presiden meminta aparat Bulog untuk memadukan tiga syarat kerja yang penting, yaitu; kemampuan , tekad yang kuat untuk bekerja keras dan tekun, dan kejujuran. Sebelumnya , Kepala Negara telah menegaskan bahwa tugas, utama Bulog adalah memelihara stabilitas bahan pokok kebutuhan rakyat, khususnya harga beras. Usaha memelihara stabilitas harga tersebut dilaksanakan sejajar dan bersama –sama dengan usaha meningkatkan produksi padi memperlancar pemasarannya.
Pada kesempatan itu Presiden juga menggambarkan bagaimana pesatnya, perkembangan produksi pangan nasional. Diungkapkan oleh Kepala Negara bahwa jika pada masa-masa yang laluu komposisi stok nasional terdiri atas 80% dari impor dan 20% pengadaan dalam negeri , maka sejak tahun 1980/ 1981 yang lalu, komposisi stok nasional kita terdiri dari 20% impor dan 80% pengadaan dalam negeri. Dengan demikian fungsi impor pangan telah dapat kita ubah dari sarana untuk menutupi jurang yang lebar antara kemampuan berproduksi yang sekedar sarana untuk menambah stok nasional saja. Hal ini menunjukan keberhasilan kita dalam melaksanakan pembangunan di bidang pertanian. Demikian Presiden.
Rabu, 1 Agustus 1984.
Pukul 10.00 pagi ini Prsiden Soeharto memimpin kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Dalam sidang hari ini Presiden meminta para menteri terkait untukmemikirkan dan meneliti kemungkinan penghapusan program Bimbingan Massal(Bimas) tahun depan. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa pada saat ini program Bimas hanya mencapai 10 persen dari aseluruh areal pertanaian. Menurut Presiden ini membuktikan bahwa para petani sudah memiliki sarana produksi sendiri.
Selain itu Kepala Negara juga meminta agar para menteri dan inspektur jenderal melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke daerah-daerah seperti yang dilakukan oleh Wakil Presiden Umar wirahadikusumah. Akan tetapi diingatkannya agar hasil laporan wakil presiden mengenai sidak yag Sehubungan dengan laporan wakil Presiden mengenai sidak yang dilakukannya ke Sulawesi Selatan dan Aceh belum lama ini, Presiden meminta supaya hasil sidak itu segera diserahkan kepada para menteri bersangkutan untuk ditindak – lanjuti dalam rangka mengatasi masalah yang ada. Untuk itu Presiden mengingatkan pentingnya pengawasan sebagai unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Diantara laporan yang disampaikan kepada Kepala Negara didalam sidang hari ini adalah laporan Menteri Pertanin tentang pelaksnaan” Hari Krida Pertanian” tahun ini. Laporan tersebut menilai bahwa temuwicara yang banyak diadakan dalam rangka memperingati hari itu, membuka kesempatan kerja para petani dapat menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi
Kepada Presiden juga dilaporkan menengenai keadaan moneter ; antara lain jumlah Rp, 448 miliar. Sementara itu neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei ialah ekspor senilai U$$ 1, 557,9 juta dan impor sebesar U$$ 1,450 juta, sehingga dalam Bulan Mei Indonesia mendapat surplus sebesar U$$ 107, 8 juta.
Pukul 10.00 pagi ini Prsiden Soeharto memimpin kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Dalam sidang hari ini Presiden meminta para menteri terkait untukmemikirkan dan meneliti kemungkinan penghapusan program Bimbingan Massal(Bimas) tahun depan. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa pada saat ini program Bimas hanya mencapai 10 persen dari aseluruh areal pertanaian. Menurut Presiden ini membuktikan bahwa para petani sudah memiliki sarana produksi sendiri.
Selain itu Kepala Negara juga meminta agar para menteri dan inspektur jenderal melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke daerah-daerah seperti yang dilakukan oleh Wakil Presiden Umar wirahadikusumah. Akan tetapi diingatkannya agar hasil laporan wakil presiden mengenai sidak yag Sehubungan dengan laporan wakil Presiden mengenai sidak yang dilakukannya ke Sulawesi Selatan dan Aceh belum lama ini, Presiden meminta supaya hasil sidak itu segera diserahkan kepada para menteri bersangkutan untuk ditindak – lanjuti dalam rangka mengatasi masalah yang ada. Untuk itu Presiden mengingatkan pentingnya pengawasan sebagai unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Diantara laporan yang disampaikan kepada Kepala Negara didalam sidang hari ini adalah laporan Menteri Pertanin tentang pelaksnaan” Hari Krida Pertanian” tahun ini. Laporan tersebut menilai bahwa temuwicara yang banyak diadakan dalam rangka memperingati hari itu, membuka kesempatan kerja para petani dapat menyampaikan masalah-masalah yang mereka hadapi
Kepada Presiden juga dilaporkan menengenai keadaan moneter ; antara lain jumlah Rp, 448 miliar. Sementara itu neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei ialah ekspor senilai U$$ 1, 557,9 juta dan impor sebesar U$$ 1,450 juta, sehingga dalam Bulan Mei Indonesia mendapat surplus sebesar U$$ 107, 8 juta.
Kamis, 1 Agustus 1985.
Dahulu banyak orang yang menangsikan apakah Indonesia dapat merdeka. Kesangsian ini sengaja ditiup-tiupkan oleh kaum penjajah untuk memadamkan semangat kemerdekaan kita. Kesangsian itu juga ada pada sebagian masyarakat kita sendiri. Namun sejarah membuktikan bahwa kesangsian tadi bukan saja tidak beralasan, melalui sala sama sekali. Dengan segala pengorbanan dan penderitaan, melalui perang dan revolusi yang penuh kepahlawanan bangsa kita yang sangat panjang akhirnya melahirkan Indoneisia Merdeka 40 tahun yang lalu.
Setelah Indonesia Merdeka, orang juga meniup-niupkan kesangsian, apakah kita mampu berdiri tegak sebagai bangsa Yang merdeka dan apakah kita mampu mengurus diri sendiri. Namun sejarah juga membuktikan bahwa kita sebagai bangsa bukan saja dapat membangun Orde baru, kia dapatmengurus kehidupan bangsa dan negara kita secara tertib dan teraur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam zaman pembangunan sekarang pun, masih juga ditiup-tiupkan kesangsian, apakah kita dapat membangun masyarakat modern dengan mengerahkan pikiran, tenaga, kemampuan dan kemauan kita sendiri. Untuk kesekian kalinya, sejarah juga membuktikan bahwa kita dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti sejak kita melaksanakan pembangunan mulai dari Repelita 1 sampai Repelita IV sekarang ini.
Demikian dikatakan Presiden Soeharto ketika pagi ini membuka secara resmi Pameran Produksi Indonesia 1985 di lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Setelah mengucapkan pidatonya, Presiden menekan tombol sirene yang menandai pembukaan pameran. Dalam rangka pembukaan ini pula Kepala Negara menandatangani sampul pertama perangko PPI 1985. Kemudian, ketika Presiden dan rombongan akan meninjau pameran, Ibu Soeharto melakukan pengguntingan pita.
Dahulu banyak orang yang menangsikan apakah Indonesia dapat merdeka. Kesangsian ini sengaja ditiup-tiupkan oleh kaum penjajah untuk memadamkan semangat kemerdekaan kita. Kesangsian itu juga ada pada sebagian masyarakat kita sendiri. Namun sejarah membuktikan bahwa kesangsian tadi bukan saja tidak beralasan, melalui sala sama sekali. Dengan segala pengorbanan dan penderitaan, melalui perang dan revolusi yang penuh kepahlawanan bangsa kita yang sangat panjang akhirnya melahirkan Indoneisia Merdeka 40 tahun yang lalu.
Setelah Indonesia Merdeka, orang juga meniup-niupkan kesangsian, apakah kita mampu berdiri tegak sebagai bangsa Yang merdeka dan apakah kita mampu mengurus diri sendiri. Namun sejarah juga membuktikan bahwa kita sebagai bangsa bukan saja dapat membangun Orde baru, kia dapatmengurus kehidupan bangsa dan negara kita secara tertib dan teraur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam zaman pembangunan sekarang pun, masih juga ditiup-tiupkan kesangsian, apakah kita dapat membangun masyarakat modern dengan mengerahkan pikiran, tenaga, kemampuan dan kemauan kita sendiri. Untuk kesekian kalinya, sejarah juga membuktikan bahwa kita dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang berarti sejak kita melaksanakan pembangunan mulai dari Repelita 1 sampai Repelita IV sekarang ini.
Demikian dikatakan Presiden Soeharto ketika pagi ini membuka secara resmi Pameran Produksi Indonesia 1985 di lapangan Monumen Nasional, Jakarta. Setelah mengucapkan pidatonya, Presiden menekan tombol sirene yang menandai pembukaan pameran. Dalam rangka pembukaan ini pula Kepala Negara menandatangani sampul pertama perangko PPI 1985. Kemudian, ketika Presiden dan rombongan akan meninjau pameran, Ibu Soeharto melakukan pengguntingan pita.
Sabtu, 1 Agustus 1987.
Pukul 0.09.00 pagi ini Menteri Agama, Munawir Sjadzalli, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha . Ia menemui Kepala Negara untuk melaporkan tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Dilaporkannya bahwa jumlah tahun ini berjumlah 56.402 orang. Dilaporkannya dengan jumlah jemaah tahun lalu yang mencapai 57. 524 orang, tahun ini berarti terjadi penurunan jumlah jamaah sekitar 2 %.
Presiden Soeharto menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya pemboman ikan laut karena hal ini dapat merusak sumber daya kelautan. Hal itu dikatakan oleh Kepala Negara ketika menerima laporan Menteri KLH Emil Salim mengenai seminar Laut Nasional II di Bina Graha pagi ini. Salah satu hasil seminar itu menyebutkan bahwa dengan diberikanya berbagai kemudahan untuk pengembangan usaha di bidang perikanan dan pertambangan dasar laut.
Pukul 0.09.00 pagi ini Menteri Agama, Munawir Sjadzalli, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha . Ia menemui Kepala Negara untuk melaporkan tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Dilaporkannya bahwa jumlah tahun ini berjumlah 56.402 orang. Dilaporkannya dengan jumlah jemaah tahun lalu yang mencapai 57. 524 orang, tahun ini berarti terjadi penurunan jumlah jamaah sekitar 2 %.
Presiden Soeharto menekankan pentingnya keterlibatan pemerintah daerah untuk mencegah terjadinya pemboman ikan laut karena hal ini dapat merusak sumber daya kelautan. Hal itu dikatakan oleh Kepala Negara ketika menerima laporan Menteri KLH Emil Salim mengenai seminar Laut Nasional II di Bina Graha pagi ini. Salah satu hasil seminar itu menyebutkan bahwa dengan diberikanya berbagai kemudahan untuk pengembangan usaha di bidang perikanan dan pertambangan dasar laut.
Selasa, 1 Agustus 1989.
Pukul 10.25 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Menteri Perdagangan Arifin Siregar, Menteri Pertanian Wardoyo, dan Menteri Muda perdagangan Sudrajdat Djiwandono di Bina Graha. Mereka menghadap Kepala Negara sehubungan dengan akan dilangsungkannya sidang komisi bersama Indonesia –Uni Soviet di Moskow pada akhir bulan ini. Sidang komisi bersama akan menentukan berbagai langkah bagi peningkatan hubungan perdagangan dan ekonomi diantara kedua negara.
Sehubungan dengan itu, presiden menggariskan bahwa upaya meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara, hendaknya diajaki kemungkinan bagi Indonesia untuk mensuplai komoditi yang bisa menjadi substitusi gandum. Sebagaimana diketahui gandum merupakan jenis komoditi yang selama ini cukup banyak dibeli oleh Uni Soviet.
Pukul 10.25 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Menteri Perdagangan Arifin Siregar, Menteri Pertanian Wardoyo, dan Menteri Muda perdagangan Sudrajdat Djiwandono di Bina Graha. Mereka menghadap Kepala Negara sehubungan dengan akan dilangsungkannya sidang komisi bersama Indonesia –Uni Soviet di Moskow pada akhir bulan ini. Sidang komisi bersama akan menentukan berbagai langkah bagi peningkatan hubungan perdagangan dan ekonomi diantara kedua negara.
Sehubungan dengan itu, presiden menggariskan bahwa upaya meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara, hendaknya diajaki kemungkinan bagi Indonesia untuk mensuplai komoditi yang bisa menjadi substitusi gandum. Sebagaimana diketahui gandum merupakan jenis komoditi yang selama ini cukup banyak dibeli oleh Uni Soviet.
Rabu, 1 Agustus 1990.
Pukul 10.15 pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di bina Graha. Didalam sidang tersebut kepala Negara menginstruksikan agar lau inflasi segera dapat diatasi dnan terus ditingkatkan usaha pengendalaliannya . instruksi ini dikeluarkan setelah mendengar laporan bahwa laju inflasi ini menyebabkan inflasi dalam tahun anggaran menjadi 5,50% dan inflasi tahun takwim mencapai 7,01%.
Dilaporkannya bahwa uang yang beredar pada bulan Mei yang lalu berjumlah Rp 22, 279 triliun. Neraca perdagangan pada bulan Mei mencatat surplus sebesar U$$65,1 juta, yang berasal dari selisih ekspor U$$ 1,792 miliar dan impor U$$1,727 miliar. Dari angka tersebut, mencatat ekspor migas sebesar U$$ 751, 4 juta, berarti naik sebanyak 4,5%, dan non-migas sebesar U$$1,415 miliar atau naik 5,8 % dari keadaan pada bulan yang sama tahun 1989.
Pukul 10.15 pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di bina Graha. Didalam sidang tersebut kepala Negara menginstruksikan agar lau inflasi segera dapat diatasi dnan terus ditingkatkan usaha pengendalaliannya . instruksi ini dikeluarkan setelah mendengar laporan bahwa laju inflasi ini menyebabkan inflasi dalam tahun anggaran menjadi 5,50% dan inflasi tahun takwim mencapai 7,01%.
Dilaporkannya bahwa uang yang beredar pada bulan Mei yang lalu berjumlah Rp 22, 279 triliun. Neraca perdagangan pada bulan Mei mencatat surplus sebesar U$$65,1 juta, yang berasal dari selisih ekspor U$$ 1,792 miliar dan impor U$$1,727 miliar. Dari angka tersebut, mencatat ekspor migas sebesar U$$ 751, 4 juta, berarti naik sebanyak 4,5%, dan non-migas sebesar U$$1,415 miliar atau naik 5,8 % dari keadaan pada bulan yang sama tahun 1989.
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Eren