SELASA, 5 JUNI 1979.
Di Port Moresby, Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini melakukan kehormatan kepada Perdana Menteri dan Nyonya Michael Somare di kediamanan resmi Perdana Menteri Papua Nugini itu Selanjutnya, pada pukul 10.00 pagi ini Presiden mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Somare, Pembicaraan yang berlangsung di Pineaple House, kantor Perdana Menteri, telah meyentuh beberapa masalah bilateral. Kedua pemimpin itu antara lain menyepakati untuk mengambil tindakan tegas terhadap imigran gelap yang memasuki wilayah masing-masing negara, terutama yamg melalui perbatasan. Selain itu telah pula dibahas rencana pembangunan di sepanjang tapal batas kedua negara.
Usai pembicaraan resmi, siang ini Presiden Soeharto dan PM Somare menyaksikan penandatanganan persetujuan kerjasama teknik Indonesia-PNG. Persetujuan yang terdiri dari atas sembilan pasal itu mengemukakan kesepakatan kedua pemerintah untuk meningkatkan kerjasama teknik dalam batas kemampuan masing-masing. Bertindak sebagai wakil Indonesia dalam acara penandatanganan ini adalah Menteri Koordinator Bidang Polkam, M Panggabean dan pihak Papua Nugini diwakili oleh Perdana/Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Olewale.
Untuk menghormat kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto di Papua Nugini, malam ini Perdana Menteri dan Nyonya Michael Somare mengadakan jamuan santap malam di Hotel Travelodge, Port Moresby. Dalam pidato balasannya, Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa sebagai sesama bangsa yang sedang membangun tentulah kedua negara tentu mempunyai banyak masalah. Sebagai bangsa yang berdaulat kedua negara tentu mempunyai jawaban masing-masing atas masalah yang dihadapi. Namun, sebagai tetangga satu pagar dan sebagai sahabat yang saling percaya, kita ingin saling memahami persoalan masing-masing dan saling ingin bertukar pengalaman. Dikatakan oleh Presiden bahwa semangat itulah yang dibawanya ke Papua Nugini dan semangat itu pulalah yang dibawanya dalam pertemuan dengan PM Somare.
Selanjutnya dikatakan Kepala Negara bahwa sejarah dan alam menakdirkan kedua bangsa menjadi tetangga yang sangat dekat. Kemauan dan tekad keduanya makin mendekatkannya dengan semangat dan tekad yang demikian itu ia yakin kedua negara akan dapat membina hubungan persahabatan yang semakin mantap dan mampu memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyat masing-masing. Demikian Presiden.
Publikasi, Lita.SH