SELASA, 17 JUNI 1969
“Tidak ada hal yang mengkhawatirkan di bidang moneter pada saat ini”, demikian antara lain kesimpulan rapat Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pagi ini di Istana Merdeka. Walaupun demikian pemerintah bertekad untuk mengadakan pengawasan terhadap bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari disamping mengusahakan peningkatan hasil ekspor. Dalam rangka peningkatan produksi pangan, Presiden Soeharto menganggap perlu adanya peningkatan processing maupun marketing di bidang pertanian. Presiden meminta agar proyek pemerintah “Tani Makmur” di desa Curug Kabupaten Karawang, dapat dijadikan model di daerah-daerah lain.
SENIN, 17 JUNI 1974
Selama satu jam pagi ini Menteri Ekuin/Ketua Bappenas, Prof. Widjojo Nitisastro, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Dalam pertemuan itu Prof. Widjojo didampingi oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan duta-duta besar lndonesia yang bertugas di negara-negara Eropa Timur. Para duta besar yang hadir adalah Duta Besar Kemal Idris (Yugoslavia), Duta Besar Surjono Darusman (Uni Soviet), Duta Besar Mursalin (Rumania), Duta Besar Abdul Muis (Cekoslovakia), Duta Besar AB Lubis (Bulgaria), Duta Besar Soenadi (Polandia), dan Soeparman (Kuasa Usaha untuk Jerman Timur). Tidak diperoleh suatu keterangan mengenai pokok permasalahan yang dibahas Kepala Negara dengan pejabat-pejabat tersebut.
KAMIS, 17 JUNI 1976
Team Thomas Cup lndonesia yang baru saja berhasil mempertahankan Piala Thomas, pagi ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Pemain-pemain dalam Team Thomas Cup yang terdiri atas Rudy Hartono, Liem Swie King, lie Sumirat, Tjuntjun, Ade Chandra, Christian Gadinata, Johan Wahyudi, Amril Nurman, dan Dhani ini berhasil mempertahankan Piala Thomas setelah menang atas team Malaysia dengan angka 9-0, selama ini mereka dipersiapkan oleh tiga orang official, yaitu Tahir Djide, Willy Budiman, dan Emon Suparman.
Sebagai penghargaan terhadap para pemain dan official, Presiden telah memberikan hadiah kepada mereka masing-masing Rp2.500.000,-, kecuali Rudy Hartono yang memperoleh hadiah sebesar Rp5.000.000,-. Pada kesempatan itu Kepala Negara mengatakan hadiah yang diberikannya jangan dilihat sebagai pembayaran, melainkan sebagai penghargaan terhadap prestasi mereka.
JUM’AT, 17 JUNI 1977
Thailand dan lndonesia dalam membina ketahanan nasionalnya mempraktekkan prinsip yang sama, yakni self resillience and self reliance tanpa tergantung pada bantuan pihak asing. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Thailand Dr. Upadit Pachariyangkun dalam jumpa persnya di Hotel Indonesia pagi ini. Seseorang harus berusaha mempraktekkan apa yang telah dinasehatkan Presiden Soeharto, yakni ketahanan nasional dan kami di Thailand menyetujui apa yang dikatakannya itu.
Presiden Soeharto baru-baru ini memberikan hadiah seekor macan gembong kepada Taman Hiburan Sriwedari Solo untuk melengkapi isi kebun binatang tersebut. Demikian keterangan Kepala Dinas Penghasilan Daerah Kotamadya Surakarta.
SELASA, 17 JUNI 1980
Presiden Soeharto meminta agar dalam menentukan harga minyak ekspor, Indonesia mempelajari dengan cermat perkembangan harga minyak di pasaran dunia. kepala Negara mengemukakan hal ini ketika menerima Menteri Pertambangan dan Energi Subroto di Bina Graha pagi ini. Menteri Subroto datang untuk melaporkan hasil sidang para menteri perminyakan negara-negara anggota OPEC di Aljir (Aljazair) baru-baru ini.
JUM’AT, 17 JUNI 1983
Di Cendana malam ini, setelah berbuka puasa dan shalat magrib bersama, Presiden Soeharto selaku Ketua Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila memimpin rapat pengurus lengkap yayasan tersebut. Tampak hadir antara lain; H Alamsyah Ratu Perwiranegara(Wakil Ketua), Prof. Dr. Widjojo Nitisastro (Wakil Ketua), H Amirmachmud (Wakil Ketua), Sudharmono SH (Sekretaris), dan Bustanil Arifin (Bendahara). Diantara anggota-anggota pengurus yayasan yang hadir adalah H Adam Malik dan Umar Wirahadikusumah. Rapat pengurus lengkap yang pertama ini antara lain telah membahas/mensahkan Anggaran Rumah Tangga YAMP, dan membahas Program dan Tata Kerja YAMP.
RABU, 17 JUNI 1987
Yayasan Harapan Kita pagi ini menghibahkan seluruh kompleks TMII kepada pemerintah. Penghibahan ini ditandai dengan penandatanganan akte oleh Presiden Soeharto, atas nama pemerintah dan negara, dan Ibu Tien Soeharto selaku Ketua Umum Yayasan Harapan Kita, di hadapan notaris Koesbiono Sarmanhadi. Acara yang berlangsung di Cendana pada jam 10.00 pagi ini disaksikan pula oleh Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, serta para pengurus Yayasan Harapan Kita lainnya, yaitu Ibnu Sutowo, Nyonya Ali Murtopo, Nyonya Sudjono Humardani, Nyonya Muhono, Nyonya Widya Latief, dan Sampoerno.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menyatakan terima kasih dan penghargaannya kepada Yayasan Harapan Kita yang telah berhasil membangun TMII menjadi tempat menampilkan seni budaya berbagai daerah di Indonesia. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa sekarang ini TMII bukan saja menjadi tempat rekreasi wisata, tetapi juga telah berfungsi sebagai saran untuk menanamkan cinta tanah air, membina rasa persatuan, mengenal seni budaya dan membina kerajinan tangan. Lebih jauh dikatakan Presiden bahwa dengan adanya pengalihan hak, maka untuk inventaris seluruh kekayaan TMII akan dilakukan perubahan atas sertifikat tanahnya. Namun demikian pengelolaannya masih ditangani oleh Yayasan Harapan Kita yang akan diatur dengan Keputusan Presiden. tetapi diharapkan agar pengelolaan TMII dilakukan secara bisnis, sehingga TMII bisa mandiri dan tidak perlu disubsidi pemerintah.
Penyusun Intarti, SPd.