JUM’AT, 14 JUNI 1968
Presiden Soeharto pagi ini mengadakan perundingan resmi dengan PM Australia, John Gorton, bertempat di Istana Merdeka. Hasil perundingan resmi ini telah diumumkan sore ini dalam bentuk komunike bersama. Dalam komunike itu, kedua kepala pemerintahhan menyatakan bahwa stabilisasi dan kemajuan di Asia dan Pasifikk merupakan prasyarat bagi perdamaian dunia. kedua pemimpin itu sepakat bahwa Australia dan Indonesia hendaknnya mengadakan kerjasama erat untuk mencapai tujuan-tujuan stabilisasi dan kemajuan kedua negara. mereka juga mengakui pentingnya kerjasama regional di bidang-bidang yang luas bagi kehidupan nasional masing-masing.
Malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri jamuan makan malam yang diakan PM dan Nyonya Gorton untuk Presiden dan Ibu Soeharto di Hotel Indonesia. Dalam pidato balasannya, Presiden Soeharto menyatakan penghargaannya kepada PM Gorton yang dalam kunjungan ke Indonesia telah dapat lebih memahami masalah-masalah yang dihadapi lndonesia. Pengertian itu tampak jelas dalam pembicaraan-pembicaraan yang diadakan tadi pagi, khususnya mengenai hubungan kedua negara dan usaha-usaha Indonesia untuk memperbaiki prasarana ekonomi.
SABTU, 14 JUNI 1969
Presiden Soeharto dengan didampingi oleh Gubernur DKI Ali Sadikin dan Ketua Penyelenggara, Ir. Oemar Tusin, sore ini membuka Jakarta Fair 1969, dengan menekan tombol yang menyalakan penerangan listrik diseluruh kompleks pamren itu. Dalam amanatnya Presiden menyatakan dukungan penuh terhadap rencana DKI Jaya untuk menjadikan Jakarta sebagai “Kota Metro Politan”. Presiden menilai Jakarta Fair 1969 sebagai “cermin daripada keadaan umum perekonomian lndonesia, cermin daripada kemampuan pemimpin serta berorganisasi dan cermin dari semangat kerja, serta bukti hasil kerja”. Dalam pandangannya, Jakarta Fair merupakan “Lambang kemajuan dan sekaligus penggerak semangat kemajuan’.
SENIN, 14 JUNI 1971
Presiden Soeharto menerima medali emas dari UNESCO sebagai penghargaan atas karya-karyanya. Tanda penghargaan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal UNESCO Dr. Rene Maheu, ketika diterima Presiden Soeharto di lstana Merdeka hari ini.
RABU, 14 JUNI 1972
Didampingi lbu Tien, Presiden Soeharto pagi ini tiba di Bengkulu untuk suatu kunjungan kerja selama dua hari.
Sore ini Presiden Soeharto bertatap muka dengan masyarakat Bengkulu dalam suatu rapat umum. Pada kesempatan ini Presiden menyerukan agar rakyat Bengkulu tidak khawatir akan tugas-tugas berat sekarang, meskipun kita belum mengenyam hasil pembangunan sekarang ini. Berkaitan dengan pembangunan itu, Presiden menyatakan bahwa utang-utang luar negeri kita peroleh dengan syarat yang ringan sekali, dan kesemuanya dipergunakan untuk pembangunan pada zaman Orde Lama, sebab Repelita berpatokan pada rencana-rencana yang tepat sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada serta memenuhi keperluan hidup.
KAMIS, 14 JUNI 1973
Presiden dan Nyonya Ne Win pukul 09.00 pagi ini meninggalkan Indonesia menuju Kuala Lumpur Malaysia. Di Lapangan Udara Kemayoran pemimpin Birma itu dilepas oleh Presiden dan Ibu Soeharto dan para pejabat tinggi Indonesia lainnya.
Setelah mengantarkan keberangkatan Presiden Birma dan Nyoya Ne Win di Kemayoran, Presiden Soeharto memberikan keterangan persnya mengenai kunjungan Ne Win. Dalam hubungan ini Kepala Negara menilai bahwa pembicaraan yang dilakukannya dengan Jenderal Ne Win sangat bermanfaat. Menurutnya, kunjungan ini akan memberikan sumbangan bagi eratnya persahabatan dan kerjasama antara kedua negara dimasa depan.
SABTU, 14 JUNI 1975
Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, Ir. AR Soehoed menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka siang ini. Dalam pertemuan itu telah dibahas tentang masalah pembangunan proyek Asahan di Sumatera Utara. Pada kesempatan itu Kepala Negara mengharapkan agar pihak Jepang dapat memberikan ketegasan partisipasi modalnya dalam pembangunan proyek listrik tenaga air itu.
SENIN, 14 JUNI 1976
Bertempat di Bina Graha, pukul 09.45 pagi ini, selama lebih kurang satu jam, Kepala Negara membahas masalah produksi angkutan umum dan produksi barang-barang industri dengan Menteri Perindustrian M Jusuf. Pada kesempatan itu Presiden menggariskan agar Departemen Perindustrian meningkatkan produksi alat transpotasi, seperti bis, truk dan pick up, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Mengenai barang-barang industri, Kepala Negara mengharapkan agar produksi barang-barang diarahkan untuk meningkatkan kegairahan pembangunan dalam bidang pertanian, sepertipupuk, pompa air, pacul dan traktor.
Presiden Soeharto hari ini menerima baik permintaan berhenti Gubernur Sumeru. Gubernur Maluku ini mengajukan permohonan mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Sebagai penggantinya, Presiden mengangkat Mayjen. Hasan Slamet sebagai Pejabat Gubernur, yang bersangkutan hingga saat ini masih menjabat sebagai Wakil Panglima Kowilihan IV. Keptusan ini disampaikan Kepala Negara kepada Menteri dalam Negeri Amirmachmud yang menghadapnya siang ini di Bina Graha.
SENIN, 14 JUNI 1982
Dalam amanat tertulisnya menyambut pembukaan Rapat Kerja Departemen Agama di Jakarta, hari ini Presiden Soeharto mengatakan bahwa pembangunan kehidupan agama di negeri ini adalah bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional Indonesia. Selanjutnya dikatakan bahwa salah satu segi yang penting dalam pembangunan kehidupan agama ini adalah masalah pembinaan kerukunan hidup beragama. Dalam hubungan ini, Presiden menegaskan bahwa negara kita menjamin terlaksananya kemerdekaan melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
Sementara itu, dalam sambutan tertulisnya pada upacara pembukaan Lokakarya Nasional Riset dan Teknologi ke-3 di Jakarta hari ini, Kepala Negara mengatakan bahwa pendekatan dan pemcahan masalah manusia dari satu sudut saja tidak akan pernah memuaskan, lebih-lebih lagi karena yang ingin kita bangun adalah masalah Indonesia seutuhnya. Karena itu jika dalam menggerakkan pembangunan itu kita memerlukan manfaat riset dan teknologi, maka pendekatannya juga harus dilakukan dari berbagai sudut. Disamping itu agar dapat mendorong pembangunan sebaik-baiknya, maka arah dan bidang-bidang riset yang ditangani perlu secara berkala disempurnakan agar sesuai dengan kebutuhan setiap tahun pembangunan. demikian antara lain dikemukakan Kepala Negara.
KAMIS, 14 JUNI 1984
Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, secara bersama-sama Presiden Soeharto menerima Ketua Mahkama Agung, Ali Said SH, Menteri Kehakiman Ismail Saleh SH, dan Jaksa Agung Hari Suharto SH. Kepada ketiga pejabat hukum ini, Kepala Negara menegaskan bahwa penegakan hukum harus dapat memenuhi pemerataan keadilan, memenuhi sasaran pertumbuhan ekonomi serta ikut mendukung dan menciptakan stabilitas ekonomi mengharapkan ketiga unsur penegak hukum ini dalam menjalankan tugas kewajibannya dapat memenuhi amanat rakyat seperti yang intinya ialah pengamalan Pancasila UUD 1945
Secara khusus Presiden Soeharto meminta perhatian mereka tentang perlunya penyesuaian pendidikan hakim dan jaksa, karena sampai kini sebagian para penegak hukum kita masih merupakan hasil pendidikan mas Belanda. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa masalah pendidikan ini sangat perlu diperhatikan, sebab biar bagaimanapun juga para penegak hukum perlu menyesuaikan diri dengan semangat pembangunan sekarang ini.
Setelah menerima ketiga pajabat tinggi hukum itu, pagi ini Presiden menerima Menteri Pertambangan, Prof Dr. Subroto. Menteri Subroto menghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang rencana serah terima pimpinan Pertamina. Selain itu dilaporkannya pula tentang perkembangan harga minyak bumi di pasaran tunai (spot) internasional sehubungan dengan menghangatnya situasi di Teluk Parsi yang merupakan sumber minyak bumi terbesar di dunia. Prof. Subroto ‘juga melaporkan tentang konsumsi bahan bakar minyak di dalam negeri. menyangkut hal yang terakhir ini, dilaporkannya bahwa terjadi peningkatannya lebih kecil dari pada tahun sebelumnya.
Pejabat-pejabat Berdikari Group yang dipimpin oleh Bustanil Arifin SH, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha siang ini. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menugaskan PT Berdikari untuk mempelajari pembuatan serat kapas dari bahan baku kayu putih yang terdapat di daerah NTT. Selain itu diharapkannya juga agar perusahaan negara ini dapat membudidayakan dan teripang laut yang banyak terdapat di NTB. Menyangkut bidang peternakan, Kepala Negara mengharapkan PT Berdikari dapat mengembangkan makanan ternak ini dapat kita hasilkan sendiri, maka produk daging dalam negeri akan meningkat, sehingga kita dapat mengurangi impor daging.
Para pejabat Berdikari Group yang hadir dalam pertemuan dengan Kepala Negara tersebut adalah pimpinan dari perusahaan-perusahaan yang bernaung dalam Berdikari Group. perusahaan-perusahaan itu adalah PT PP Berdikari, PT Bank Duta Ekonomi, PT Wotraco, PT Ujung Lima, PT Asuransi Timur Jauh, PT Berdikari United Livestock, PT Kapas Indah Indonesia, PT Berdikari Sari Utama FM.
MINGGU, 14 JUNI 1987
Dari jam 11.00 hingga 13.00 hari Presiden dan lbu Soeharto menghadiri upacara peresmian pengoperasian Hotel Clib Mediterranee di Bali Nusa Dua. Dalam sambutannya, Kepala Negara menyatakan kegembiraannya karena hari ini bertambah lagi sarana kepariwisataan di Bali yang merupakan salah satu pusat kepariwisataan kita.
Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa seluruh tanah air terdapat banyak daerah yang sangat menarik, menyenangkan dan mempesona, misalnya pantai yang indah, dan matahari yang terus bersinar. Kesemuanya itu merupakan keadaan yang sangat sesuai bagi wisatawan luar negeri, khususnya di negeri dingin. Oleh karena itu Kepala Negara mengajak semua pihak yang bergerak di bidang kepariwisataan hedaknya bekerjasama erat dalam menarik wisatawan untuk datang ke daerah-daerah lain diluar Bali.
Dijelaskan oleh Presiden bahwa pemerintah sekarang ini sedang berusaha keras mendorong kegiatan bidang-bidang lainnya seperti kegiatan kerajinan rakyat dan industri kecil. Menurut Presiden hal ini telah dibuktikan oleh Bali dimana kerajinan rakyat dan industri kecil menjadi maju karena majunya bidang pariwisata.
Presiden Soeharto memberikan bantuan sebesar Rp. 558 juta kepada pemerintah daerah Bali guna membiayai pembangunan pengaman/pencegah erosi di obyek wisata Pura Tanah Lot. Bantuan ini diperlukan untuk menghindarkan pura tersebut dari kikisan ombbak Samudera Hindia. Bantuan tersebut diserahkan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono kepada Gubernur Bali.
SELASA, 14 JUNI 1988
Pertemuan antara Presiden Soeharto dan PM Mahatir Mohamad dilanjutkan kembali selama satu jam pagi ini. Usai pertemuan, Menteri/Sekretaris Negara, Moerdiono yang didampingi Menteri Luar Negeri Ali Alatas, mengatakan bahwa dalam pertemuan selama dua hari ini kedua pemimpin sepakat untuk lebih meningkatkan hubungan kerjasama antar kedua bangsa dalam semua tingkatan sebagai kelanjutan hubungan resmi yang telah berlangsung sejak lama. Kedua pemimpin itu juga memandang dasar-dasar persahabatan dan persaudaraan antara kedua negara yang sudah kuat dan itu perlu diperkuat lagi dan ditingkatkan dalam kegiatan-kegiatan yang lebih kongkrit. Juga disepakati untuk meningkatkan hubungan dalam bidang perdagangan disamping komunikasi dan perhubungan.
Sementara itu Menteri Alatas menjelaskan bahwa keinginan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT Non-Blok akan dibahas dala pada pertemuan para menteri luar negeri negara non-blok yang akan berlangsung di Cyprus pada bulan September mendatang. Dalam pertemuan ini, PM Mahatir Mohamad telah menyatakan bahwa Malaysia akan mendukung keinginan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT Non-Blok. sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto telah menyatakan penghargaannya kepada PM Mahatir.
KAMIS, 14 JUNI 1990
Hari ini Presiden dan lbu Soeharto berada di Riau dalam rangka peresmian 131 pabrik yang tersebar di 17 provinsi. Pabrik-pabrik tersebut terdiri dari 69 pabrik bru dan 62 buah unit perluasan dengan nilai investasi keseluruhan sebesar Rp297 miliar dari US$4,18 juta. Dengan selesainya pabrik-pabrik ini maka 23.376 tenaga kerja dapat diserap, sementara nilai ekspor mencapai US$533,5 juta setiap tahunnya. Upacara peresmian pabrik ini dipusatkan di pabrik pengolahan kelapa terpadu yang terletak di Sungai Guntung, Kabupaten Indragiri.
Untuk mewujudkan masyarakat maju, sejahtera, adil dan makmur berdasarkan Pancasila, kata Kepala Negara, kita telah bertekad untuk membangun industri yang kuat dengan didukung oleh pertanian yang tangguh. Karena itu dalam melaksanakan pembangunan selama ini, kita terus berusaha meningkatkan pembangunan industri dan pertanian. Dalam Repelita V sekarang ini kita berharap akan makin berhasil memperbaiki struktur ekonomi kita dengan titik berat kepada kukatan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat yang akan menjadi landasan untuk mencapai masyarakat yang kita cita-citakan.
Karena itu dalam Repelita V sekarang kita berusaha keras untuk meningkatkan pembangunan di bidang industri. Hasilnya pun sangat membesarkan hati. Dalam awal tahun 1990 ini saja, misalnya saya telah meresmikan lebih dari setarus buah pabrik dalam berbagai cabang industri hilir. Seperti pengolahan karet, keramik, gelas, penyamakan kulit, sepatu dan barang-barang jadi dari kulit lainnya. Dan sebentar lagi, saya akan meresmikan 131 pabrik pengolahan pangan yang terbesar di 17 provinsi.
JUM’AT 14 JUNI 1991
Malam ini, bertempat di Cendana, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Luar Negeri Jepang., Taro Nakayama. Nakayama yang tiba di Jakarta siang ini, akan berada di Indonesia selama dua hari. Dalam pertemuan itu, melalui Nakayama, Presiden Soeharto menyerukan kepada tujuh negara industri maju yang tergabung dalam G-7 untuk tetap membantu pembangunan Indonesia dan negara berkembang lainnya, walaupun G-7 harus memberikan perhatian yang lebih besar kepada negara-negara lainnya. Seruan itu dikemukakan Kepala Negara karena Nakayama mengharapkan masukan dari Indonesia; masukan itu akan disampaikan Jepang dalam pertemuan G-7 yang akan berlangsung di London bulan depan.
Penyusun, Intarti, SPd