SELASA, 7 JUNI 1988
Acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia berlangsung di Istana Negara mulai pukul 10.00 pagi ini. Tampak hadir dalam acara ini antara lain Presiden Soeharto dan sejumlah menteri Kabinet Pembangunan V.
Dalam amanatnya Kepala Negara antara lain mengingatkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus sekaligus mengamankan kemampuan untuk menunjang langkah yang berikutnya. Dikatakannya bahwa kemampuan, modal, dan sumber daya yang ada tidak boleh dipakai habis pada kurun waktu, tetapi dikembangkan untuk dapat melakukan pembangunan yang lebih meningkat lagi pada kurun waktu berikutnya. Dengan demikian, pembangunan pada hakekatnya harus menjamin kelanjutan dirinya sendiri. Alam lingkungan yang menjadi milik semua generasi bangsa Indonesia sepanjang zaman, harus juga dapat menghidupi dan meningkatkan harkat hidup generasi-generasi yang akan datang.
Ditegaskan oleh Presiden bahwa pandangan ini harus kita pegang teguh, karena tujuan pembangunan kita bukanlah semata-mata untuk mencapai pertumbuhan dan kenikmatan hidup dari segi fisik dan materi. Yang ingin kita capai pada hakekatnya adalah pembangunan Indonesia yang utuh dan pembangunan masyarakat Pancasila, yang serba seimbang dan selaras.
Pada kesempatan itu Presiden telah menyerahkan tanda penghargaan Kalpataru kepada dua orang perintis lingkungan, dua orang penyelamat lingkungan, dan dua orang pengabdi lingkungan. Sementara itu penghargaan Adipura tahun 1988 diberikan kepada Walikota Surabaya, Surakarta, Padang, Jambi, Bogor, BukitTinggi, dan Magelang. Penghargaan Adipura diberikan karena kota-kota tersebut dinilai bersih, sehat dan indah.
Publikasi, Lita.SH