SENIN, 9 MEI 1966
Dalam menanggapi Pernyataan ABRI tanggal 5 Mei 1966, Front Pancasila menyatakan bahwa dikaitkan dengan situasi dan issue-issue politik dewasa ini maka pernyataan ABRI dan amanat Letjen. Soeharto adalah jawaban yang tepat untuk suara hati nurani rakyat yang menuntut pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
SABTU, 9 MEI 1970
Presiden Soeharto pagi ini di Istana Merdeka menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Republik FederalJerman (Jerman Barat), Walter Scheele. Dalam pertemuan yang berlangsung selama lebih-kurang satu jam itu antara lain dibicarakan masalah hubungan kedua negara, kerjasama ekonomi dan masalah-masalah internasional. Presiden Soeharto menjelaskan mengenai kegiatan-kegiatan yang sedang dilakukan Indonesia serta sikap Indonesia mengenai berbagai masalah internasional. Sementara itu Menteri Luar Negeri Scheele mengungkapkan dukungan Jerman Barat terhadap pertemuan Asia dan Pasifik tentang Kamboja yang akan berlangsung di Jakarta. sheele juga menyampaikan undangan pemerintah Jerman Barat kepada Presiden Soeharto untuk berkunjung ke negerinya.
SELASA, 9 MEI 1972
Presiden dan Ibu Tien Soeharto serta rombongan tiba di Tokyo pukul 17.45 waktu setempat. Di lapangan terbang, rombongan disambut oleh Menteri Luar Negeri Fukuda dan Kepala Protokol tamu negara Harumi Takeuchi, serta Duta Besar RI untuk Jepang, Yusuf Ramli. Presiden dan rombongan meninggalkan tanah air pagi ini dan akan berada di Jepang selama enam hari untuk suatu kunjungan kenegaraan. Selama di Negeri Matahari Terbit ini Presiden akan mengadakan pembicaraan dengan pejabat-pejabat Jepang mengenai hubungan bilateral.
Malam ini, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan team teknis, yang diketuai oleh Gubernur Bank Indonesia, Radius Prawiro, yang sudah berada di Jepang sejak dua minggu lalu. Pertemuan yang juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik, Menteri Negera/Ketua Bappenas Widjojo Nitisastro, dan Sekretaris Negara Sudharmono, membahas pokok-pokokpersoalan yang akan dibicarakan dengan pihak Jepang.
SENIN, 9 MEI 1977
Menteri Luar Negeri Filipina, Carlos P Romulo, pagi ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Usai diterima Kepala Negara, ia menyatakan pada para wartawan bahwa ia merasa sangat terharu atas penerimaan Presiden Soeharto. Dalam pertemuan itu ia menyampaikan ucapan selamat kepada Kepala Negara atas keberhasilan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia.ia menilainya sebagai contoh yang baik dari pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung dengan aman, teratur, dan hampir tanpa sesuatu insiden yang serius.
Menteri Luar Negeri Filipina itu mengadakan kunjungan mendadak yang singkat di Jakarta bersama-sama dengan Menteri Pertahanan Ponche Enrille. Ia tiba kemarin dan di Jakarta pagi ini. Romulo mengadakan serangkaian pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Adam Malik hari minggu petang sampai malam harinya. Tidak diketahui apa yang mereka bahas, akan tetapi dalam pernyataan tertulis yang disampaikan Romulo kepada pers hari ini dinyatakan bahwa selalu menjadi usaha dari negara-negara anggota ASEAN untuk berada sedekat mungkin satu sama lain dan saling memberitahukan masalah dan kekuatiran masing-masing yang ada pengaruhnya terhadap kawasan ini.
SELASA, 9 MEI 1978
Sehubungan dengan akan dilaksanakannya dialog tingkat menteri ASEAN-AS di Washington DC pada tanggal 3 dan 4 Agustus yang akan datang, Presiden Soeharto berpendapat apabila Amerika Serikat menganggap ASEAN memang penting, maka Negara itu harus memperhatikan semua masalah yang diajukan didalam dialog tersebut. Demikian diungkapkan oleh Duta Besar Indonesia Amerika Serikat, Ashari Danudirdjo, setelah menghadap Kepala Negara pagi ini di Cendana. Selain itu Ashari juga mengungkapkan bahwa Indonesia kini masih mempertimbangkan tawaran Amerika Serikat berupa satu paket persenjataan, termasuk pabrik senjata M-16.
RABU, 9 MEI 1979
Jam 10.00 pagi ini bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto menerima Sekretaris Jenderal PBB dan Nyonya Kurt Waldheim. Setelah acara penerimaan di ruangan Credential Istana Merdeka, Presiden mengadakan pembicaraan dengan Sekretaris Jenderal PBB. Dalam pembicaraan itu Kepala Negara telah menjelaskan secara panjang lebar pandangan Indonesia mengenai perkembangan di kawasan Asia Tenggara. “Penjelasan itu sangat panjang lebar dan saya sangat berterima kasih sebab penjelasan itu membuat saya semakin mengerti keadaan di Asia Tenggara. Pada kesempatan itu Kurt Waldheim menyatakan menyambut baik tawaran Indonesia kepada Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengurusan (UNHCR) untuk menyediakan dua pulaunya sebagai pusat pemrosesan bagi pengungsi-pengungsi Vietnam sebelum dikirimkan ke Negara ketiga.
SABTU, 9 MEI 1981
Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara peresmian kantor Sekretariat ASEAN yang terletak di Jalan Sisingamaradja, Jakarta Selatan. Acara ini berlangsung dengan khidmat, dan dihadiri oleh tiga dari lima penandatangan Deklarasi ASEAN hampir 14 tahun yang lalu: Adam Malik , S Rajaratnam, dan Thanat Khoman. Seperti diketahui dua penandatangan lainnya adalah Narciso Ramos (tidak bisa hadir karena sedang sakit), dan Tun Abdul Razak (sudah meninggal dunia).
Menandai acara peresmian itu, Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa belum pernah terjadi dalam sejarahnya yang panjang, kelima Negara ini menikmati persaudaraan, saling percaya dan kerjasama demikian erat seperti yang sedang terus berkembang. Ini merupakan kemajuan dan hasil terbesar ASEAN. Ini merupakan nikmat ASEAN. Kerjasama di bidang ekonomi menghasilkan berbagai proyek bersama ASEAN. Kerjasama di bidang sosial dan kebudayaan juga terus bertambah meluas. Lambat laun ASEAN makin dapat menyatukan sikap politik terhadap masalah-masalah regional dan internasional, suatu sikap politik yang dengan tegas kita nyatakan untuk memantapkan suasana damai di kawasan kita dan suasana damai di dunia.
Selanjutnya dikatakan oleh Kepala Negara bahwa perkembangan lain yang sangat membesarkan hati adalah bahwa ASEAN telah makin dalam dan makin luas akar-akarnya di tengah-tengah masyarakat kita. Disamping kerjasama di tingkat Pemerintahan, makin hari makin kita saksikan tumbuhnya kerjasama di kalangan masyarakat. Ini merupakan tanda-tanda yang memberi arti penting bahwa ASEAN telah makin memasyarakat. Dikatakannya, memasyarakatkan ASEAN adalah mutlak, karena ini merupakan jaminan bagi pertumbuhan yang kokoh dari perhimpunan ini.
RABU, 9 MEI 1984
Presiden Soeharto menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia akan menerima setiap gagasan kerjasama di bidang sosial budaya dengan Papua Nugini. Hal ini karena, menurut Presiden, kerjasama tersebut mempunyai ruang lingkup dan kaitan yang luas didalam pemeliharaan hubungan kedua Negara. Demikian dikatakan Duta Besar RI untuk Papua Nugini, Imam Soepomo, setelah menghadap Kepala Negara pada jam 09.00 pagi ini di Bina Graha.
Duta Besar Soepomo menghadap Presiden untuk menyampaikan laporan mengenai akan ditempuhnya langkah-langkah peningkatan hubungan antara RI dan PNG, terutama menyangkut masalah perbatasan. Kedua Negara akan bertemu untuk membicarakan maslah penyempurnaan perjanjian perbatasan tahun 1979, yang memang ditinjau kembali setiap lima tahun.
Kepala BKKBN, Dr. Haryono Suyono, pukul 10.30 pagi ini menghadap Kepala Negara di Bina Graha. Ia datang guna melaporkan tentang persiapan pelaksanaan program KB untuk Pelita IV serts masalah donor internasional dalam rangka menunjang program KB di Indonesia.
Kepada Kepala BKKBN, Presiden menegaskan bahwa pelaksanaan program KB tidak boleh dianggap sebagai soal rutin atau pekerjaan biasa yang hanya dilakukan secara apa adanya saja. Presiden meminta agar para petugas KB hendaknya mengadakan berbagai cara untuk menarik peserta baru dan memelihara pasangan yang sudah ikut KB. Dalam hal ini BKKBN perlu mencari cara-cara yang sudah diterima oleh masyarakat, termasuk bahasa, dan cara yang merakyat lainnya, sehingga tidak timbul kesenjangan antara petugas dengan masyarakat.
KAMIS, 9 MEI 1985
Pagi ini di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima petinju Ellyas Pical. Dalam kunjungan ini Ellyas Pical didampingi Wakil Ketua Komisi Tinju Indonesia, Mohammad Anwar, promoter Boy Bolang, pelatih Simson Tambunan dan ibu Ellyas Pical.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden telah memberikan nasihat-nasihat kepada petinju Indonesia yang baru saja menggondol sabuk kejuaraan dunia kelas super terbang versi IBF. Antara lain Presiden mengharapkan agar ia tetap rendah hati. Dipesankannya agar Pical mengamalkan ilmu padi, yaitu makin berisi makin merunduk.
Pada akhir pertemuan, Presiden menghadiahkan kepada Ellyas Pical sebuah arloji berlapis emas yang didalamnya terdapat foto Presiden dan Ibu Tien Soeharto.
JUMAT, 9 MEI 1986
Sejak didirikan pada tahun 1982 hingga sekarang ini, Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP) yang diketuai Presiden Soeharto telah membangun lebih dari seratus masjid yang tersebar di seluruh Indonesia. Empat buah diantaranya dibangun di wilayah Kabupaten Bogor, dan semua dirancang oleh Presiden Soeharto. Hal ini dikemukakan oleh Ginandjar Kartasasmita, Sekretaris YAMP pada acara serah terima masjid Al Kautsar di desa Cipaku, Kecamatan Ciamis, Kabupaten Bogor hari ini.
Penyusun Intarti, S,Pd