KAMIS, 26 MEI 1966
Dalam rangka serah terima jabatan di lingkungan Departemen Angkatan Darat hari ini, Letjen. Soeharto mengatakan bahwa menghadapi situasi dewasa ini, kekompakan, kesatuan di lingkungan kita sendiri harus lebih diintensifikan. Hal ini diperlukan untuk menjadikannya suatu benteng yang kuat untuk menanggulangi segala kemungkinan, baik rongrongan dari sisa kaum G-30-S/PKI maupun dari musuh-musuh yang sengaja hendak memecah-belah. Sementara itu ketika menjawab pertanyaan wartawan sekitar tidak dapatnya sidang MPRS diselanggarakan pada tanggal 1 Juni 1966. Jenderal Soeharto mengatakan bahwa MPRS dapat saja bersidang setiap saat. Akan tetapi, diingatkannya, apakah sidang MPRS yang diselenggarakan secara tergesa-gesa itu dapat dijamin berlangsung dengan baik. Letjen. Soeharto mengingatkan pula bahwa mendatangkan para anggota MPRS ke ibukota tidaklah mudah sebab sebab tempat tinggal mereka tersebar si seluruh pelosok nusantara. Disamping itu para anggota MPRS tentu membutuhkan waktu yang cukup untuk mempelajari bahan-bahan sidang, sedangkan dari segi keamanan juga dibutuhkan waktu untuk menyiapkan pengamanan jalannya persidangan.
JUMAT, 26 MEI 1967
Perjuangan mewujudkan Orde Baru merupakan suatu proses yang harus berkembang kearah kemajuan, dan ruang lingkupnya meliputi seluruh peri kehidupan negara dan bangsa. Agar proses kemajuan itu terarah, maka harus ada konsensus mengenai pengertian-pengertian pokok serta sasaran-sasaran yang harus dicapai. Oleh karena itu masalah pokok kita dewasa ini adalah penegasan aspek-aspek konsepsionalnya dan perincian pelaksanaan-pelaksanaan operasionalnya. Dalam hubungan ini ada beberapa sasaran yang harus dicapai Orde Baru. Pertama, dipertahannya Pancasila dan UUD 1945. Kedua, terciptanya stabilitas nasional, terutama dalam bidang politik dan ekonomi; stabilitas ini merupakan stabilitas yang dinamis sehingga dapat menjadi prasyarat tahap pembangunan selanjutnya. Ketiga, suksesnya pemilihan umum yang akan datang, dimana hasilnya mencerminkan representasi kekuatan Orde Baru. Demikian dikatan Pejabat Presiden Jenderal Soeharto dalam sambutan tertulisnya pada dies natalis PMKRI di Surabaya.
SELASA, 26 MEI 1970
Presiden dan Ibu Tien Soeharto kemarin tiba di Williamburg, Virginia, kurang lebih 230 kilometer dari Washington. Pagi ini Presiden Soeharto dan rombongan dijemput dengan helikopter kepresidenan menuju Washington dan selanjutnya disambut secara resmi oleh Presiden Niso di halaman Gedung Putih. Dalam upacara penyambutan itu Presiden Soeharto mengatakan bahwa persahabatan antara Indonesia dan Amerika Serikat yang telah lama terjalin itu tidaklah didasarkan pada perhitungan untung atau rugi, melainkan persahabatan yang berlandaskan pada kesamaan orientasi dan keserasian dalam tujuan-tujuan pokok. Meskipun demikian tidak berarti bahwa di antara kedua negara tidak ada perbedaan pandangan terhadap berbagai masalah dunia. lebih jauh dikatakan oleh Presiden bahwa saat kunjungannya ini bertepatan dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan usaha-usaha yang sungguh-sungguh serta realistis ke arah perdamaian dunia, khususnya di Asia Tenggara. Dalam hubungan ini dikatakan oleh Presiden bahwa stabilitas di Asia tidak saja memerlukan usaha bersama dari negara-negara di luarnya, karena kita semua bertanggungjawab untuk perdamaian dunia.
Sementara itu dalam pidato selamat datangnya, Presiden Nixon mengatakan bahwa ia menyambut baik kedatangan Presiden Soeharto di Washington karena Presiden Soeharto dan pemerintahannya telah memainkan peranan penting untuk mencari perdamaian di Pasifik. Selain itu juga karena peranannya didalam penciptaan kemajuan yang dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya dirasakan oleh para pemimpinnya saja. Kepala Negara AS juga menggambarkan bahwa konferensi 11 menteri luar negeri yang diadakan di Jakarta baru-baru ini atas inisiatif Presiden Soeharto merupakan suatu teladan yang baik bagi negara-negara Asia untuk menyelesaikan persoalan mereka sendiri.
Selesai acara penyambutan resmi, kedua kepala negara mengadakan pembicaraan resmi yang pertama, dari dua kali pembicaraan resmi yang dijadwalkan dalam kunjungan Presiden Soeharto di Amerika Serikat.
Dalam pertemuan pagi ini Presiden Nixon mengharapkan agar Indonesia tetap menjaga sikap netralnya dalam Perang Vietnam. Ia menyatakan menyambut baik gagasan Presiden Soeharto, yang disampaikan dalam konferensi para menlu di Jakarta baru-baru ini, untuk mencari penyelesaian diplomatik atas konflik tersebut.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menegaskan sikap Indonesia yang menentang persekutuan militer di Asia Tenggara. Menurut Presiden, maslah Asia Tenggara adalah masalah subversi dan bukan masalah agresi, sehingga masalahnya dapat diatasi dengan memperkokoh kerjasama ekonomi, bukan persekutuan militer.
Siang ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto dijamu makan siang oleh Wakil Presiden AS, Spiro Agnew, di Departemen Luar Negeri. sore harinya Presiden Soeharto menuju makam pahlawan Arlington dan meletakkan karangan bungan di dana. Malam harinya Presiden Nixon mengadakan jamuan makan malam di Gedung Putih untuk menghormati kunjungan Presiden dan Ibu Tien Soeharto di Amerika Serikat.
SENIN, 26 MEI 1975
Philp Habib, Pembantu Menteri Luar Negeri AS dan Penasihat Utama Urusan Pasifik, Asia Timur dan Asia Tenggara, diterima oleh Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan berbagai masalah internasional, termasuk rencana pertemuan Presiden Soeharto dengan Presiden Gerald Ford.
RABU, 26 MEI 1976
Di Bali hari ini Presiden Soeharto meresmikan proyek air minum yang terletak di Belusung, Denpasar. Dalam sambutannya, Presiden membenarkan bahwa wujud kesejahteraan yang kita cita-citakan masih jauh. Akan tetapi ditandaskannya, jangan kita menyangka bahwa pembangunan yang kita kerjakan sampai sekarang ini tidak membawa kemajuan apa-apa. Lebih-lebih jangan dikira bahwa pembangunan kita telah gagal atau malahan membuat rakyat lebih melarat. Sangkalan seperti itu sungguh berbahaya, karena tidak berdasarkan kenyataan. Demikian Presiden.
Bicara tentang proyek ini merupakan salah satu bukti bahwa pembangunan yang sedang berlangsung bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat. Diungkapkannya bahwa disampin proyek ini, sedang disiapkan pula pembangunan proyek-proyek air minum dipelbagai tempat di Bali.
Proyek air yang pembangunannya dimulai pada tahun 1971 ini dibangun dengan dana yang berasal dari hibah Australia dalam rangka Colombo Plan. Mempunyai kapasitas 450 liter/detik, proyek ini menghabiskan biaya A$4,5 juta dari Pemerintah Australia dan Rp 600 juta dari Pemerintah Indonesia.
Setelah meresmikan proyek air minum itu, secara berturut-turut siang ini Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Perminyakan dari empat negara anggota OPEC. Mereka adalah Menteri Perminyakan Iran, Yahmshidt Amuzegar, Menteri Perminyakan Kuwait, Abdul Muthalib al Khazami, Menteri Perminyakan Venezuela, A Costa, dan Menteri Perminyakan Arab Saudi, Sheikh Ahmed Zaki Yamani. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut Kepala Negara didampingi oleh Menteri Pertambangan Mohammad Sadli dan Direktur Utama Pertamina, Piet Haryono.
KAMIS, 26 MEI 1977
Pengurus Besar PWRI telah mengirim kawat kepada Presiden Soeharto sehubungan dengan adanya sisa anggaran sebesar Rp5,5 milyar dalam APBN tahun 1976/1977. Dalam kawat tersebut PWRI memohon kepada Presiden untuk mempertimbangkan agar tunjangan para penerima pensiun yang berusia 70 tahun keatas disesuaikan sehingga dapat memperoleh penyesuaian pensiunan sesuai dengan perbaikan gaji baru tahun 1977, sebagaimana yang telah dinikmati oleh para pensiunan yang berusia 80 tahun keatas.
Hari ini Presiden membuka Rapat Kerja Departemen Sosial di Bina Graha. Dalam sambutannya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa pembangunan yang dikerjakan bertujuan untuk memanusiakan manusia. Ia juga mengatakan bahwa cita-cita yang besar itu bukan impian, akan tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan agar lambat laun menjadi kenyataan. Perjuangan itu tentu akan panjang, mungkin sangat panjang, dan mungkin juga berat. Ia menjelaskan bahwa setiap tahap pembangunan harus selalu mencapai tujuan kembar, yaitu memperbaiki taraf kehidupan lahir batin rakyat dan meletakkan dasar yang kokoh untuk melanjutkan tahap pembangunan berikutnya. Lebih jauh dikatakan bahwa pembangunan hanyaakan berhasil apabila seluruh lapisan masyrakat, semua golongan dan segenap kekuatan bangsa Indonesia iktu berperan didalamnya.
Kepala Negara mengakui bahwa kita memang masih menghadapi masalah-masalah sosial yang besar, dan memang kita telah berusaha untuk menanggulangi masalah-masalah sosial itu, namun kemampuan kita masih membatasi hasil yang kita capai. Presiden Soeharto berpendapat bahwa telah tiba saatnya bagi warga negara yang bekerja di Indonesia untuk memperoleh santunan pensiun dan jaminan hari tua, baik pegawai negeri, karyawan perusahaan swasta atau penjual rokok yang berada di kaki lima. Presiden Soeharto juga menjelaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi kita untuk mulai memikirkan tentang jaminan sosial.
Pemerintah mempersiapkan pelaksanaan tataniaga cengkeh yang akan memberikan penghasilan yang lebih baik kepada petani cengkeh. Hal ini dikatakan oleh Menteri Perdagangan Radius Prawiro setela ia diterima Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. pelaksanaan ini sesuai dengan SK Presiden No. 50/1976. Untuk itu Pemerintah telah menginstruksikan semua daerah penghasil cengkeh untuk menyiapkan BUUD sehingga mampu menampung cengkeh hasil petani.
JUMAT, 26 MEI 1978
Presiden Soeharto memutuskan untuk memberikan bantuan selama enam bulan kepada rakyat Aceh Barat yang dilanda banjir baru-baru ini. Bantuan tersebut terutama berupa pangan dan obat-obatan. Dalam hubungan ini Presiden telah menugaskan Bulog untuk melakukan dropping beras didaerah itu, sementara Departemen Pertanian diperintahkan untuk dengan segera menyediakan bibit padi. Dalam pada itu Departemen Pertambangan telah diinstruksikan Kepala Negara untuk mengerahkan sejumlah helikopter Pertamina guna memberikan pertolongan.
Demikian diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum, Purnomosidi Hajisarosa, setelah menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Ia menghadap Kepala Negara untuk melaporkan hasil peninjauannya di Aceh Barat yang diamuk banjir.
SENIN, 26 MEI 1980
Presiden Soeharto menyatakan bahwa tidak ada orang yang sempurna dan bebas dari kekhilafan danmerupakan kewajiban semua pihak untuk saling mengisi dan mengkokohkan, saling mengingatkan dan membenarkan. Hal tersebut dikemukakan oleh Presiden Soeharto dalam pidatonya pada pembukaan Musyarawah Nasional ke-2 MUI di Istana Negaranya hari ini.
Labih jauh dikatakan oleh Presiden bahwa para ulama mempunyai peranan penting dalam masyarakat bangsa Indonesia yang kuat rasa keagamaannya. Oleh karena para ulama merupakan pemuka masyarakat, maka mereka mempunyai peranan dan pengaruh yang tidak kecil dalam pembinaan umat dan bangsa.
Setelah membuka masyarakat nasional MUI, pagi ini selama setengah jam, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Datuk Haji Mohamed bi Nasir, Menteri tanpa portofolio yang diperbantukan pada kantor Perdana Menteri Malaysia. Dalam pertemuan itu, Kepala Negara menjelaskan tentang perkembangan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila serta masalah-masalah yang dihadapinya.
SELASA, 26 MEI 1981
Melalui Kepala Biro Proyek-proyek Bantuan Presiden, Kepala Negara hari ini menyerahkan bantuan 300 sepeda motor kepada Kepolisian Republik Indonesia, dan 14 organisasi pemuda dan mahasiswa tingkat pusat. Dalam penyerahan yang berlangsung di Bina Graha itu, bantuan untuk Kepolisian Republik Indonesia telah diterima oleh Wakil Asisten Logistik Kapolri, Brigjen. (Pol.) H Budi Juwono, sedangkan untuk organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan diterima oleh Sekretaris Menteri Muda Urusan Pemuda, Drs. Sunaryo MSc.
RABU, 26 JUNI 1982
Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard hari ini memulai kunjungan mereka di Indonesia. Kedua tamu negara akan berada di Jakarta sampai tanggal 30 Mei, dan selanjutnya akan mengunjungi Surakarta. Pukul 13.30 siang ini Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka.
Untuk menghormati kunjungan Ratu Juliana dan Pangeran Bernhard di Indonesia, Presiden dan Ibu Soeharto malam ini menyelenggarakan jamuan santap malam di Istana Negara. acara ini kemudian dilanjutkan dengan malam kesenian.
SABTU, 26 MEI 1984
Bertempat di Istana Merdeka, pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Inggris, Alan Ewen Donald CMG. Menyambut pidato Duta Besar Donald ketika menyerahkan surat kepercayaannya, Kepala Negara menyatakan kegembiraannya terhadap makin bertambah eratnya hubungan persahabatan dan kerjasama antara kedua bangsa dan negara. Presiden juga menyatakan kegembiraannya atas perhatian dan pengertian yang diberikan Inggris khususnya dan negara-negara MEE umumnya terhadap perkembangan ASEAN. Dikatakannya bahwa baik secara bilateral maupun melalui MEE, Inggris selama ini telah banyak memberikan sumbangan dalam menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan antara ASEAN dan MEE.
Dalam rangka penutupan Rapat Kerja Departemen Transmigrasi, Presiden dan Ibu Soeharto menerima para peserta rapat kerja tersebut di Istana Negara pagi ini. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh isteri para peserta rapat kerja itu, Menteri Transmigrasi Martono telah menyerahkan laporan hasil rapat kerja.
Menyambut hasil-hasil tersebut, Kepala Negara meminta perhatian aparat Departemen Transmigrasi terhadap beberapa unsur pokok dalam pelaksanaan program transmigrasi. Unsur-unsur pokok tersebut adalah; pertama, adalah agar daerah penempatan transmigran disiapkan sebaik-baiknya. Dalam hal ini, pemilihan lahan yang tepat, status tanah yang jelas, prasarana, sarana-sarana minimal bagi kehidupan masyarakat setempat. Ditekankan oleh Presiden bahwa masalah lahan ini adalah penting, karena menyangkut harapan hidup setiap transmigran.
Kedua, agar pelaksanaan transmigrasi dapat menunjang pembangunan daerah baru dengan terciptanya lapangan kerja, tambahan tenaga kerja dan pertumbuhan produksi. Dan keitga ialah agar di daerah baru itu para transmigran benar-benar merasakan kehidupan baru yang lebih baik untuk hari depan mereka.
Dikatakan oleh Presiden, jika para transmigran benar-benar dapat hidup lebih ditempat yang baru, maka di satu pihak, tidak akan ada transmigran yang kembali ke daerah asal. Di lain pihak, daerah itu akan berkembang. Daerah- daerah transmigrasi yang berkembang pada gilirannya akan mengembangkan ekonomi daerah. Perkembangan seperti ini jelas akan menarik transimgrasi swakarsa. Demikian antara lain dikatakan Kepala Negara.
KAMIS, 26 MEI 1988
Selama hampir tiga jam, sore ini Presiden Soeharto dan Ibu Soeharto menyaksikan Pameran Industri Kerajinan Indonesia 1988 yang berlangsung di Balai Sidang Jakarta. Pameran yang diadakan atas prakarsa Yayasan Tiara Indah yang dipimpin oleh Ny. Siti Hardiyanti Indra Rukmana itu dibagi atas empat kelompok, yakni Kelompok Bapak-Anak Angkat, Kelompok Pelaksanaan Konsep Bapak-Anak Angkat, Kelompok Hasil Rancangan Interior, dan Kelompok Kontak Dagang/Jual Beli Barang Kerajinan. Tepat pada pukul 15.00, pamern itu dibuka oleh Presiden.
Dalam sambutannya Kepala Negara mengatakan bahwa industri besar, industri sedang dan industri kecil serta industri kerajinan harus merupakan kekuatan-kekuatan yang saling berkaitan dan saling menunjang, sehingga merupakan kesatuan yang kuat dari seluruh kekuatan industri nasional kita. Demikian juga, harus ada kaitan yang erat dan saling menunjang antara industri hulu dan industri hilir. Selanjutnya, ia mengingatkan agar pembangunan industri juga harus memperhatikan arah yang ditunjukkan sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Penyusun Intarti, S.Pd