SENIN, 2 MEI 1966
Dalam rangka menyambut masa persidangan ke-4 DPR-GR tahun 1965/1966, hari ini ribuan mahasiswa datang ke DPR-GR untuk menyampaikan nota politik KAMI. Nota politik yang disampaikan oleh Cosmas Batubara tersebut mengungkapkan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh Orde Lama terhadap Pancasila dan UUD 1945.
Dalam kunjungan resminya di Bangkok Waperdam/Menteri Luar Negeri Adam Malik mengatakan bahwa Indonesia bermaksud untuk kembali menjadi anggota PBB, namun Indonesia menghendaki adanya beberapa perubahan dalam piagam PBB. Adam Malik Juga mengungkapkan kesediaan Indonesia untuk menyelesaikan sengketa dengan Malaysia secara damai.
WNI keturunan Cina di Sulawesi Selatan mendesak kepada Pemerintah RI agar memutuskan hubungan diplomatik dengan RRC,karena campur tangan RRC dalam masalah dalam negeri Indonesia. Dalam runtutan inidinyatakan pula mendukung sepenuhnya Pepelrada/Pangdam XIV Brigjen. Solichin yang membubarkan Baperki serta menolak timbulnya neo-Baperki dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta mendukung penutupan sekolah asing Cina.
SELASA, 2 MEI 1967
Jenderal Soeharto mengatakan bahwa sikap dan tindakan yang tidak menunjukkan ciri Orde Baru dari anggota-anggota TNI-AD akan menghilangkan kepercayaan yang diberikan oleh rakyat kepada TNI-AD dalam membina Orde Baru. Dikatakan pula bahwa angota-anggota TNI-AD harus membuktikan bahwa mereka adalah pejuang Orde Baru yang gigih, serta dapat bertindak secara sistematis “tanpa menggunakan temperamen militer”. Hal ini dikatakan oleh pejabat presiden dalam amanat tertulisnya pada pembukaan rapat pleno Badan Pembina Korps Siliwangi di Bandung.
SABTU, 2 MEI 1970
Presiden telah mengucapkan selamat kepada para pengasuh, anak-anak dan pembaca majalah Si Kuntjung, sehubungan dengan ulang tahun ke-14 majalah anak-anak itu. Dalam sambutan tertulisnya, Kepala Negara mengatakan bahwa bacaan yang sehat merupakan salah satu alat pendidikan anak-anak yang penting disamping pendidikan di lingkungan keluarga, di sekolah, dann masyarakat. Sebagai alat pendidikan, Presiden meminta agar Si Kuntjung juga dapat mengarahkan anak-anak kita menjadi warga yang baik kelak, yang ber-Pancasila, yang cinta kepada tanah air dan bangsanya, serta membangkitkan jiwa yang bebas dan terbuka pikirannya, percaya kepada diri sendiri dan cinta sesamanya, mencintai kerja dan menghargai prestasi.
SELASA, 2 MEI 1972
Bendungan serbaguna Karangkates di dekat Malang, Jawa Timur, diresmikan Presiden Soeharto siang ini. Bendungan Karangkates ini dibangun untuk mengendalikan air Kali Brantas yang sering meluap, disamping untuk memanfaatkannya untuk irigasi, tenaga listrik, serta air bersih. Pada peresmian ini, Presiden Soeharto memberikan penghargaan kepada 12 karyawan teladan Indonesia, seorang tenaga Jepang, 30 orang ahli waris dari mereka yang tewas dan 31 pekerja yang cacat dalam pembangunan proyek bendungan serbaguna tersebut.
RABU, 2 MEI 1973
Siang ini Presiden Soeharto menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan di Bogor oleh Panitia Nasional Tahun Buku Internasional. Dalam acara ini Kepala Negara telah menerima rumusan konsepsional untuk pengembangan perbukuan di Indonesia. Pada kesempartan itu, Presiden mengingatkan bahwa Indonesia termasuk negeri yang paling sedikit jumlah penerbit buku. Ia meminta agar kelemahan yang dapat menghambat pembangunan ini dapat diusahakan perbaikannya dalam pelaksanaan Pelita II nanti, yaitu sejalan dengan akan bertambah majunya usaha-usaha di bidang ekonomi dan pembangunan. demikian Presiden Soeharto.
Menyusul kenaikan tarif udara beberapa waktu yang lalu, dan sesuai dengan pembahasan sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional kemarin, hari ini pemerintah mengumumkan penyesuaian tarif angkutan darat. Penyesuaian ini dilakukan dengan menaikkan tarif angkutan jalan raya dan beberapa tarif angkutan kereta api.
KAMIS, 2 MEI 1974
Presiden Soeharto hari ini memulai kunjungan kerjanya di Sumatera untuk meninjau dan meresmikan beberapa proyek pembangunan di Riau, Aceh, dan Sumatera Utara. Selanjutnya, ia akan menuju Pulau Penang, Malaysia, untuk suatu kunjungan tidak resmi selama dua hari. Dalam kunjungan kerja ini Kepala Negara disertai oleh Menteri PUTL Ir. Sutami, Menteri Pertanian Prof. Thojib Hadiwidjaja, Menteri Perhubungan Emil Salim, dan Meneri/Sekretaris Negara Sudharmono.
Di Riau, hari ini Presiden Soeharto meresmikan jembatan Rantau Beringin yang menghubungkan Pekanbaru dengan Padang. Jembatan yang terbuat dari beton bertulang yang besar dan indah ini dinilai Kepala Negara sebagai simbol keberanian tenaga-tenaga muda bangsa kita untuk mencoba hal-hal yang baru, disamping sebagai simbol kemampuan untuk menemukan hal-hal baru.
SENIN, 2 MEI 1977
Presiden Soeharto tepat jam 10.00 pagi ini mendapat giliran dipanggil oleh petugas TPS No. 2 untuk menggunakan Hak pilihnya. Sebelum memberikan suaranya di kantor RT 002/01 Jalan Cendana 31, Presiden Soeharto mengambil surat suara yang berwarna kuning dan putih dari ketua RT yang juga adalah petugas TPS. Presiden Soeharto memperhatikan surat suara itu dengan sangat teliti sebelum memasuki bilik suara. Ini bukan untuk pertama kalinya Presiden Soeharto mengikuti pemilihan umum. Ketika wartawan bertanya kepadanya mengenai hal ini, ia menjawab: “Wah, sudah dua kali kok!” Yang pertama kali ia menggunakan hak pilihnya adalah pada waktu pemilihan umum yang pertama tahun 1955; ketika itu anggota ABRI masih boleh ikut di kediamannya. Pada jam 10.45, Presiden Soeharto dan Ibu Tien disertai oleh rombongan wartawan Ibukota berkeliling melihat-lihat pelaksanaan pemilihan umum pada beberapa TPS di Ibukota.
RABU, 2 MEI 1979
Tahun Internasional Anak-anak dirayakan di Plaza Taman Mini Indonesia Indah hari ini di hadiri oleh sekitar 8.000 murid, 340 SD seluruh DKI. Perayaan yang dihadiri oleh Presiden dan Ibu Soeharto ini juga diadakan sehubungan dengan Hari Pendidikan Nasional, Hari Kanak-kanak Internasional dan seratus tahun kelahiran Ibu Kartini.
Dalam sambutan tanpa teks selama 30 menit, Presiden antara lain mengatakan bahwa sebagai anak, maka setiap anak berhutang budi kepada orang tua, sedangkan sebagai murid ia berhutang budi kepada gurunya. Oleh karena itu Kepala Negara menasehati agar anak-anak menghargai jasa orang tua dan gurunya serta hormat dan patuh kepada orang tua dan guru mereka. Khusus menyakut hubungan anak dan orang tua Presiden menguraikan ajaran yang selama ini dihayatinya, yaitu mikul dhuwur mendhem jero, yang berarti bahwa anak harus menjunjung tinggi nama orang tua dan memendam sedalam mungkin hal-hal yang bisa menjatuhkan nama baik orang tua.
Mulai hari ini, tepat pukul 18.00 pemerintah memberlakukan harga baru minyak tanah, yaitu Rp25,- per liter. Penyesuaian harga sebesar Rp7,- dari harga sebelumnya yang Rp18,- itu terpaksa ditempuh mengingat meningkatnya ongkos produksi dan untuk menjamin peningkatan dan kelancaran produksi.
Sidang juga memutuskan untuk membayar gaji ke-13, sebagaimana yang dijanjikan Presiden sewaktumenyampaikan RAPBN 1979/1980, pada bulan Juni yang akan datang. Sehubungan dengan itu ditetapkan bahwa Golongan I akan menerima 125% dari gaji biasa, Golongan II menerima 100% dari gaji biasa, sedangkan Golongan II dan IV menerima sebanyak 75%.
SABTU, 2 MEI 1981
Di Istana Merdeka hari ini, secara terpisah Presiden Soeharto menerima surat-surat kepercayaan dari tiga orang duta besar baru. Mereka adalah Duta Besar Laos, Khampanh Simmalavong, Duta Besar Singapura, Joseph Francis Sonceicao, dan Duta Besar Venezuela, Dr. Jose de Jezuz Osio.
Membalas pidato Duta Besar Khampanh Simmalavong, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam menjalin hubungan dengan negara-negara lain, Indonesia selalu berpendapat bahwa perbedaan sistem sosial dan ekonomi yang dianut oleh masing-masing negara tidak perlu menjadi halangan bagi adanya hubungan persahabatan dan kerjasama. Dinyatakan pula keyakinannya bahwa Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Laos akan selalu berusaha untuk mengisi hubungan persahabatan dan kerjasama itu dengan hal-hal nyata demi kepentingan timbal balik kedua rakyat.
Sementara itu kepada Duta Besar Sonceicao, Presiden mengungkapkan perasaan gembiranya mengenai perkembangan hubungan diantara Indonesia dan Singapura, dan sebagai sesama negara berdaulat, kita saling menghormati segala keputusan yang diambil oleh negara kita masing-masing.
Kepada Duta Besar Osio, Presiden Soeharto menyatakan menyambut baik keinginan Pemerintah Venezuela untuk meningkatkan hubungan dengan Indonesia. Menurut Presiden, hal ini merupakan suatu pertanda bahwa jarak yang demikian jauh antara kedua negara, bukan merupakan rintangan bagi usaha untuk menjalin kerjasama yang saling memberi manfaat.
SENIN, 2 MEI 1983
Pukul 10.00 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan Perdana Menteri dan Nyonya Nakasone di Istana Merdeka. Selanjutnya Presiden dan Ibu Soeharto mengantarkan kedua tamu negara ke Lapangan Terbang Internasional Halim Perdanakusuma. Tepat pukul 11.00, setelah upacara pelepasan dengan kebesaran militer, pesawat yang ditumpangi PM Nakasone dan rombongan lepas landas menuju Bangkok.
RABU, 2 MEI 1984
Selama setengah jam, pada pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Regu Thomas Cup dan Uber Cup Indonesia di Bina Graha. Diantara delapan pemain didalam regu Thomas Cup tampak Liem Swie King, Hastono Arbi, Icuk Sugiarto, Christian Hadinata dan Hadiwibowo. Sementara dalam team Uber Cup antara lain tampak hadir Ivana Lie, Elizabeth Latif, Ruth Damayanti dan Rosiana Tendean. Mereka didampingi oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Abdul Gafur, serta pimpinan KONI dan PBSI.
Dalam pertemuan itu Presiden berpesan agar regu bulutangkis Indonesia betanding sebaik mungkin dan berusaha memenangkan pertandingan supaya tidak mengecewakan kepercayaan rakyat Indonesia. Presiden juga memesankan supya para pemain mempergunakan segala kemampuan yang ada, tidak hanya kemampuan otot namun juga kemampuan akal dalam menentukan taktik dan strategi pertandingan. Dipesankan juga supaya semua pemain menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya serta tetap memelihara kekompakan, persatuan dan disiplin.
Hari ini Pemerintah memutuskan untuk menaikkan penerimaan petani Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) dari satu persen menjadi dua persen dari hasil produksi gula, baik dalam bentuk gula maupun dalam bentuk uang. Keputusan ini diambil dalam sidang kabinet terbatas Ekuin yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Kenaikan ini dimaksudkan agar para petani tidak tergoda untuk menjual gula dengan harga yang lebih murah dari ketentuan yang berlaku. Keputusan ini juga sejalan dengan keputusan Pemerintah yang menaikkan harga gula pasir produksi dalam negeri mulai tanggal 1 Mei 1984.
Sidang kabinet hari ini juga membahas pelaksanaan Intensifikasi Tambak (Intam) tahun 1984/1985. Intam ini mencakup areal 11.300 hektar, meliputi lokasi-lokasi di Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Diantara hal-hal lainnya yang mendapat perhatian dalam sidang hari ini adalah masalah pembesi-tuaan kapal-kapal. Untuk itu PT Krakatau Steel ditugaskan untuk mengadakan koordinasinya, karena pembelian/pemecahan kapal-kapal itu hanya boleh dilakukan di pelabuhan-pelabuhan yang telah ditentukan di dalam negeri.
Sementara itu, berkenaan dengan bulan puasa dan hari raya, Presiden telah menginstruksikan kepada Menteri Perdagangan untuk menyiapkan dengan baik distribusi barang-barang kebutuhan rakyat sampai ke daerah-daerah.
Presiden dan Ibu Tien Soeharto pukul 15.30 sore ini menghadiri upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional dan Pencanangan Gerakan Wajib Belajar yang berlangsung di Stadion Utama, Senayan, Jakarta. Upacara peringatan ini dimeriahkan dengan drumband display, senam wajib, senam indah, paduan suara, tarian massal, angklung, dan ibing pencak silat.
Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa dengan Gerakan Wajib Belajar kita membuat langkah yang penting untuk mewujudkan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dalam alam kemerdekaan. Ditambahkannya bahwa dengan Gerakan Wajib Belajar ini, maka seluruh anak yang berumur 7 sampai 12 tahun memperoleh kesempatan sama dan adil untuk menikmati pendidikan dasar, merata di segenap wilayah tanah air.
KAMIS, 2 MEI 1985
Pada jam 10.00 pagi ini, selama lebih kurang 40 menit, Kepala Negara menerima Wakil Ketua MPR, GH Mantik, di Bina Graha. Dalam pertemuan itu Mantik menginformasikan bahwa bahan-bahan masukan untuk GBHN sudah mulai dikumpulkan dari berbagai lapisan masyarakat. Kepada Wakil Ketua MPR itu, Presiden telah menjelaskan mengenai mekanisme hubungan antar lembaga MPR dengan Presiden selaku Mandataris MPR.
Sebelumnya, di tempat yang sama, Presiden terlebih dahulu menerima Menteri Tenaga Kerja, Sudomo. Menteri Sudomo menghadap Kepala Negara untuk melaporkan tentang kebijaksanaan-kebijaksanaan Departemen Tenaga Kerja yang menyangkut program padat karya gaya baru dan proyek-proyek percontohan yang dapat mendorong usaha mandiri masyarakat.
Menurut Sudomo, Presiden Soeharto menyetujui kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, karena program semacam itu dapat menciptakan lapangan kerja baru, dan tersebar di seluruh tanah air.
JUMAT, 2 MEI 1986
Pukul 11.00 pagi ini Presiden Reagan dan rombongan meninggalkan Bali menuju Tokyo. Di Bandar Udara Ngurah Rai, ia dilepas oleh Presiden Soeharto. Sebelum Presiden Reagn meninggalkan Bali, kedua kepala negara menyatakan puas atas hasil pertemuan mereka di Bali, yang tidak hanya membawa manfaat bagi peningkatan hubungan kerjasama bilateral kedua negara, tetapi juga hubungan ASEAN-Amerika Serikat.
Kunjungan Presiden Reagan di Bali menghasilkan dua buah persetujuan, yaitu mengenai penghindaran pajak berganda dan persetujuan penerbangan. Perjanjian penghindaran pajak berganda memuat saling pengertian mengenai ketentuan yang mengatur berbagai masalah perpajakan yang timbul dari arus perdagangan, jasa dan modal antara kedua negara. sedangkan didalam persetujuan yang disebut Exchange of Note yang mengubah persyaratan perjanjian udara tahun 1968 antara RI-AS, yang mengatur bahwa penerbangan Garuda dari Indonesia ke AS harus melalui negara ketiga.
Dengan pertukaran nota ini, maka Garuda dapat terbang langsung ke Amerika Serikat.
Setelah mengantarkan keberangkatan Presiden Reagen, Presiden dan Ibu Soeharto terbang ke Surabaya untuk meresmikan sejumlah pabrik di Gresik. Pabrik-pabrik yang diresmikan sore ini adalah Pabrik Pupuk ZA III milik Petrokimia Gresik dan empat pabrik indutri dasar. Pabrik-pabrik industri dasar itu adalah pabrik alkyl benzan suigonate milik PT Aktif Indonesia Indah, Surabaya; pabrik pengerjaan plat milik PT Karpindo Bahagia, Surabaya; pabrik metal product (aluminium) milik PT Alumindo Light Metal Product, Sidoarjo; dan pabrik baja pelat, profil ingot dan lantaran, PT Jayapari Steel, Surabaya.
Dalam sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kelima pabrik itu termasuk kelompok industri hulu. Hasil produksinya kebanyakan merupakan bahan baku dan bahan modal yang digunakan untuk pertumbuhan industri hilir. Lebih jauh dikatakannya bahwa dalam rangka menciptakan struktur industri nasional yang mantap, maka kita perlu terus menerus mengembangkan industri hulu. Dengan demikian impor bahan baku, bahan penolong dan barang modal secara bertahap dan berencana dapat kita kurangi. Selanjutnya, hal itu berarti penggunaan devisa kita yang lebih efisien, terbukanya lapangan kerja baru, bergeraknya kegiatan ekonomi yang lebih luas, dan banyak arti positif lainnya dalam rangka pembangunan industri dalam arti yang luas.
SABTU, 2 MEI 1987
Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Ketua Presidium Harian Dewan Pembina Golkar, M Panggabean. Jenderal (Purn.) Panggabean datang untuk melapor tentang hasil peninjauannya ke daerah gempa di Tapanuli Utara baru-baru ini. Dalam keterangannya kepada pers ia menyatakan bahwa Presiden telah memberikan bantuan sebesar Rp50 juta. Bantuan Presiden itu dipergunakan untuk pertolongan pertama dalam usaha mengatasi akibat gempa bumi di daerah itu.
Presiden Soeharto menekankan perlunya pemberian penerangan mengenai gempa dan cara-cara penanggulangan akibat gempa epada masyarakat, terutama kepada mereka yang berada di daerah rawan gempa. Ditekankan juga oleh Presiden bahwa di daerah-daerah yang rawan gempa itu, misalnya di sepanjang “patahan semongko”, tidak dibangun gedung-gedung yang tinggi dan jembatan-jembatan yang berukuran besar.
Demikian dikatakan Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto, setelah bersama Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, JA Katili, menghadap Kepala Negara di Bina Graha pagi ini. Sementara itu Direktur Jenderal Katili menjelaskan bahwa gempa bumi yang terjadi di Tapanuli Utara baru-baru ini merupakan bagian dari “patahan semongko”, yakni bagian dari daerah rawan gempa tektonik di Sumatera.
SENIN, 2 MEI 1988
Selama hampir satu jam, pada jam 09.00 pagi ini Kepala Negara menerima Khusus bekas Perdana Menteri Jepang Nakasone,di Bina Graha. Dalam pertemuan dengan Presiden, utusan Khusus tersebut, Fujiyama, didampingi oleh dua orang anggota Parlemen Jepang serta Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Sumio Edamura.
RABU, 2 MEI 1990
Pada jam 08.35 pagi ini Presiden Soeharto membuka sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang hari ini antara lain diputuskan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan untuk mengukur tingkat inflansi yang selamaini dihitung dari 17 provinsi,maka sejak bulan Aprilyang baru lalu dihitung dari data 27 provinsi. Selain itu, dasar perhitungan Biro Pusat Statistik untuk mengukur indeks harga yang semula hanya melibatkan 120-150 komoditi, kini ditambah mnjadi 200-224 komoditi. Dengan kedua cara ini diperoleh data inflasi yang lebih akurat.
Kepada para menteri hari ini Presiden mengintruksikan untuk mempelajari kenaikan harga yang terjadi pada bulan April yang lalu. Ini merupakan reaksi Kepala Negara atas lonjakan inflasi pada bulan tersebut yang mencapai 1,42% sebagai akibat naiknya harga makanan sebesar 2,76% dan kelompok perumahan sebanyak 0,70%.Diintruksikannya pula untuk terus memantau kenaikan indeks beberapa kelompok harga, padahal persediaan barang dalam keadaan cukup.
Dalam sidang ini dilaporkan bahwa nilai ekspor pada bulan Februari mencapai US$1,895 miliar, sementara impor tercatat sebesar US$1,338 miliar. Dengan demikian terdapat surplus sebesar US$557 juta. Ekspor tersebut terdiri dari migas sebesar US$739 juta dan komoditi non migas sebesar US$1,156 miliar. Sementara itu dilaporkan pula mengenai akan adanya peningkatan produksi semen. Hal ini karena telah dilakukannya perluasan terhadap tiga pabrik, Yaitu Andalas,Tonasa, dan Cibinong.dengan perluasan ketiga pabrik semen itu,maka kapasitas produksi pada tahun 1992/1993 menjadi 24,89 juta ton.
SABTU, 2 MEI 1992
Pukul 11.00 pagi ini, Kepala Negara menerima Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap di Bina Graha. Menteri Hasjrul menghadap Presiden untuk melapor masalah Pusat Penelitian Hutan International (CIFOR). Setelah menghadap, Hasjrul mengatakan bahwa Presiden Soeharto meminta agar diusahakan semaksimal mungkin sehingga Indonesia ditunjuk menjadi tempat kedudukan CIFOR.
Menurut Hasjrul Harahap, tampaknya agak berat bagi Indonesia untuk mendapatkan posisi itu mengingat begitu banyak negara yang juga menginginkannya. Yang tidak menguntungkan Indonesia dalam hal ini adalah bahwa Indonesia tidak menawarkan status diplomatik bagi Direktur Jenderal CIFOR, padahal negara-negara lain menawarkannya. Diantara negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah CIFOR adalah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Sri Lanka. Beberapa tahun yang lalu Indonesia juga gagal mejadi tempat kedudukan Organisasi Kayu Tropis Internasional (ITTO).
Penyusun Intarti, S.Pd
SENIN, 2 MEI 1988
Selama hampir satu jam, pada jam 09.00 pagi ini Kepala Negara menerima Khusus bekas Perdana Menteri Jepang Nakasone,di Bina Graha. Dalam pertemuan dengan Presiden, utusan Khusus tersebut, Fujiyama, didampingi oleh dua orang anggota Parlemen Jepang serta Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Sumio Edamura.
RABU, 2 MEI 1990
Pada jam 08.35 pagi ini Presiden Soeharto membuka sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang hari ini antara lain diputuskan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan untuk mengukur tingkat inflansi yang selamaini dihitung dari 17 provinsi,maka sejak bulan Aprilyang baru lalu dihitung dari data 27 provinsi. Selain itu, dasar perhitungan Biro Pusat Statistik untuk mengukur indeks harga yang semula hanya melibatkan 120-150 komoditi, kini ditambah mnjadi 200-224 komoditi. Dengan kedua cara ini diperoleh data inflasi yang lebih akurat.
Kepada para menteri hari ini Presiden mengintruksikan untuk mempelajari kenaikan harga yang terjadi pada bulan April yang lalu. Ini merupakan reaksi Kepala Negara atas lonjakan inflasi pada bulan tersebut yang mencapai 1,42% sebagai akibat naiknya harga makanan sebesar 2,76% dan kelompok perumahan sebanyak 0,70%.Diintruksikannya pula untuk terus memantau kenaikan indeks beberapa kelompok harga, padahal persediaan barang dalam keadaan cukup.
Dalam sidang ini dilaporkan bahwa nilai ekspor pada bulan Februari mencapai US$1,895 miliar, sementara impor tercatat sebesar US$1,338 miliar. Dengan demikian terdapat surplus sebesar US$557 juta. Ekspor tersebut terdiri dari migas sebesar US$739 juta dan komoditi non migas sebesar US$1,156 miliar. Sementara itu dilaporkan pula mengenai akan adanya peningkatan produksi semen. Hal ini karena telah dilakukannya perluasan terhadap tiga pabrik, Yaitu Andalas,Tonasa, dan Cibinong.dengan perluasan ketiga pabrik semen itu,maka kapasitas produksi pada tahun 1992/1993 menjadi 24,89 juta ton.
SABTU, 2 MEI 1992
Pukul 11.00 pagi ini, Kepala Negara menerima Menteri Kehutanan Hasjrul Harahap di Bina Graha. Menteri Hasjrul menghadap Presiden untuk melapor masalah Pusat Penelitian Hutan International (CIFOR). Setelah menghadap, Hasjrul mengatakan bahwa Presiden Soeharto meminta agar diusahakan semaksimal mungkin sehingga Indonesia ditunjuk menjadi tempat kedudukan CIFOR.
Menurut Hasjrul Harahap, tampaknya agak berat bagi Indonesia untuk mendapatkan posisi itu mengingat begitu banyak negara yang juga menginginkannya. Yang tidak menguntungkan Indonesia dalam hal ini adalah bahwa Indonesia tidak menawarkan status diplomatik bagi Direktur Jenderal CIFOR, padahal negara-negara lain menawarkannya. Diantara negara-negara yang ingin menjadi tuan rumah CIFOR adalah Malaysia, Filipina, Thailand, dan Sri Lanka. Beberapa tahun yang lalu Indonesia juga gagal mejadi tempat kedudukan Organisasi Kayu Tropis Internasional (ITTO).
Penyusun Intarti, S.Pd