RABU, 1 JUNI 1966
Kongres luar biasa Kowani, yang berlangsung pada tanggal 30 Mei - 1 Juni 1966 di Jakarta, telah mengeluarkan resolusi yang mendesak pemerintah untuk mengutamakan proyek sandang-pangan daripada proyek-proyek mercusuar dalam rangka menanggulangi krisis ekonomi Indonesia. Dalam bidang sosial, Kowani mendesak pemerintah untuk mewujudkan UU Perkawinan, UU Kesejahteraan Keluarga, UU Pemberantasan Pelacuran, dan UU tentang Fakir Miskin. Di bidang pendidikan, federasi organisasi-organisasi wanita itu, mendesak pemerintah agar mewujudkan UU Pendidikan Nasional untuk menggantikan Penpres No. 19 tentang Pendidikan Nasional Pancasila. Kowani juga meminta pemerintah menaikkan anggaran pendidikan sehingga menjadi sebesar 25% dari anggaran belanja nasional. Sedangkan dalam bidang politik luar negeri, pemerintah didesak untuk menjalankan politik luar negeri yang bebas dan aktif dan meninjau kembali keluarnya Indonesia dari PBB.
KAMIS, 1 JUNI 1967
Jenderal Soeharto mengemukakan bahwa dengan belum terwujudnya Pancasila dalam praktek sehari-hari tidak berarti bahwa Pancasila yang keliru, melainkan karena kondisi-kondisi dewasa ini belum memungkinkan kita mewujudkan Pancasila yang sebenarnya, disamping karena pelaksanaan-pelaksanaanya belum mampu mengamalkan Pancasila. Demikian dikatakan Pejabat Presiden dalam pidatonya pada upacara peringatan hari lahirnya Pancasila hari ini di Istana Negara, Jakarta.
SABTU, 1 JUNI 1968
Hari ini dimana-mana di tanah air diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Dalam acara peringatan hari lahirnya Pancasila di Istana Negara malam ini, Presiden Soeharto mengatakan bahwa sekarang kita sedang menghadapi tiga masalah besar. Ketiga masalah itu adalah; Pertama, perbaikan kehidupan perekonomian bangsa. Kedua, melaksanakan demokrasi yang sehat serta tegaknya hukum dan sistem konstitusional. Ketiga, menghadap ancaman bahaya dari sisa-sisa PKI. Pada kesempatan itu Jenderal Soeharto menegaskan bahwa kita harus dapat mengatasi masalah-masalah itu; dengan demikian kita telah harus dapat mengatasi masalah-masalah itu; dengan demikian kita telah maju selangkah lagi dalam mengamankan dan mengamalkan Pancasila.
Dalam rangka penghematan dan efesien yang dicanangkan oleh Presiden Soeharto dalam sidang kabinet beberapa waktu yang lalu, Presiden telah memberhentikan dengan hormat 17 orang direktur PNKA hari ini. Hal ini terkandung dalam Keputusan Presiden No. 180/1968 yang dikeluarkan dengan memperhatikan laporan Menteri Perhubungan mengenai usaha penyempurnaan struktur organisasi PNKA.
SENIN, 1 JUNI 1970
Presiden Soeharto dan rombongan yang tiba di San Fransisco kemarin, pagi ini meninjau pelabuhan Oakland, San Fransisco. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan Container kedua terbesar di AS, setelah New York. Dalam peninjauan ini Presiden telah meninjau penanganan peti kemas, Presiden mengatakan bahwa mesin-mesin derek itu berguna bagi negeri yang memiliki jembatan-jembatan yang rendah.
Dari pelabuhan Oakland, Presiden Soeharto beserta rombongan meninjau usaha Mix Farming di daerah Stanislaus, dekat San Fransisco. Disini Presiden tertarik pada cara-cara modern yang digunakan dalam memerah susu. Bersama Ibu Tien, Presiden berkeliling daerah pertanian itu dengan menggunakan jeep terbuka. Setelah lelah berkeliling, Presiden Soeharto beserta rombongan dijamu makan siang oleh pemilik perusahaan pertanian tersebut, Tom Sawyer.
Malam harinya Presiden dan Ibu Soeharto dijamu makan oleh Kamar Dagang San Fransisco. Dalam jamuan ini Presiden Soeharto telah memberikan pidatonya. Presiden antara lain mengatakan bahwa salah satu syarat bagi kemajuan bersama adalah mempersempit jurang pemisah bangunan di negara-negara miskin melalui kerjasama internasional. Ketidakstabilan di Asia Tenggara, menurut Presiden Soeharto, disebabkan oleh keterbelakangan ekonomi. Dengan meningkatnya pembangunan di wilayah itu bukan hanya akan memberi sumbangan bagi stabilitas Asia karena itu Presiden selanjutnya mengajak para undangan untuk mengembangkan kerjasama regional yang lebih erat di Asia Tenggara. Presiden menandaskan bahwa bagi Indonesia, kerjasama regional itu bukanlah keinginan belaka, melainkan suatu keharusan, sebab hanya dengan kerjasana yang erat dalam mencapai kemajuan ekonomi, kami akan dapat mewujudkan keamanan yang memang diperlukan oleh bangsa-bangsa kami.
Menyinggung soal Repelita, Presiden mengatakan bahwa sasaran yang akan dicapai Indonesia adalah sangat sederhana, yaitu swasembada pangan. Jenderal Soeharto menjelaskan bahwa bidang pertanian dipilih sebagai titik sentral pembangunan, karena ekonomi Indonesia memang mempunyai ciri agraris. Mengenai utang-utang luar negeri, Presiden Soeharto mengatakan bahwa negara-negara luar telah menunjukkan kepercayaan pada kemampuan Indonesia pada saat ini maupun masa datang. Presiden juga mengatakan bahwa Indonesia kini sedang merombak dan memperbaiki lembaga-lembaganya, sebagai suatu usaha untuk meningkatkan efisiensi dan kefektifan aparat pemerintahan dan ekonomi.
SELASA, 1 JUNI 1971
Sehubungan dengan laporan Menteri Keuangan bahwa telah terjadi penyimpangan dalam lebih-kurang 2.000 proyek pembangunan, maka Presiden hari ini menginstruksikan kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas untuk merumuskan cara-cara yang lebih mudah, agar Daftar Isian Proyek dapat berjalan lebih lancar. Dengan demikian diharapkan bahwa penyimpangan-penyimpangan seperti itu akan dapat diatasi. Hal ini merupakan salah satu masalah penting yang dibicarakan dalam sidang kabinet yang berlangsung di Bina Graha hari ini.
KAMIS, 1 JUNI 1972
Presiden Soeharto akan memberikan bantuan sebesar Rp. 30 juta bagi pengembangan usaha koperasi perternakan unggas. Bantuan ini merupakan reaksi Presiden terhadap laporan Menteri Transmigrasi dan Koperasi Subroto, yang menghadapnya di Jalan Cendana hari ini, mengenai konsolidasi koperasi perternakan unggas beberapa waktu yang lalu.
Diberitakan oleh pers di Tokyo bahwa Jepang telah menyetujui untuk menyediakan pinjaman kepada Indonesia. Pinjaman tersebut diperuntukkan bagi pembiayaan proyek perikanan tuna, jaringan distribusi listrik di Riam Kanan (Kalimantan), pembangunan jalan kereta api antara Cirebon-Weleri, perluasan jaringan telepon, dan perluasan pabrik-pabrik pemintalan.
SABTU, 1 JUNI 1974
Ketua Kehormatan Kepanduan Sedunia, William D Campbell, pagi ini diterima Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Pada kesempatan itu ia menyerahkan Piagam dari Komite Pandu Sedunia yang mengangkat Kepala Negara sebagai Patron of World Scouting atau Pelindung Kepanduan Sedunia, sehubungan dengan jasa-jasanya didalam mengembangkan Pramuka di Indonesia.
Sebelumnya, pada jam 08.30 pagi, Presiden menghadiri upacara penganugerahan tanda kehormatan tertinggi Bronce Wolf Award dari Gerakan Kepanduan Sedunia, yang diwakili oleh William Campbell, kepada Wakil Presiden Hamengku Buwono IX. Acara tersebut berlangsung di Lapangan Monas, Jakarta.
RABU, 1 JUNI 1977
Permulaan Januari tahun depan program Armada Nasional sudah akan rampung dengan datangnya 30 kapal yang dipesan pemerintah Indonesia dari Norwegia. Menteri Perhubungan Emil Salim mengemukakan hal tersebut kepada Presiden Soeharto di Bina Graha hari Rabu, sehubungan dengan rencana kunjungannya ke Oslo, Norwegia, untuk menghadiri pemberian nama bagi tiga dari 30 kapal itu.
Presiden Soeharto dan Dewan Pimpinan Pusat PPP mempunyai kesamaan pandangan dalam mengatasi ekses-ekses atau dampak dari pelaksanaan pemilihan umum yang baru lalu, dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hal itu diungkapkan KH Masykur, setelah ia bersama Mintaredja, KH Idham Chalid dan KH Bisyri Syansuri mengadakan pertemuan selama kampanye sampai dengan pelaksanaan pemilihan umum itu dapat diselesaikan secepatnya. Presiden menyanggupi dan menganggap laporan-laporan itu sebagai bahan yang berharga sekali bagi penyempurnaan langkah-langkah pelaksanaan pemilihan umum yang akan datang.
Empat orang mahasiswa Universitas Jayabaya di Jakarta, hari ini dijatuhi hukuman penjara masing-masing satu tahun potong tahanan karena terbukti menghina Presiden Soeharto dan keluarganya. Hukuman itu dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang diketuai LZ Loudou SH.
JUMAT, 1 JUNI 1979
Presiden Soeharto, selaku Ketua Yayasan Dharmais, jam 08.30 pagi ini, menyerahkan bangunan Sekolah Dasar (persiapan negeri) “Seroja” kepada Bupati/Kepala Daerah Tingkat II Bekasi, Abdul Fatah, dan sekaligus meresmikan pemakaiannya. SD yang terletak didalam Komplek Perumahan “Seroja” di Bulak Macan itu dibangun oleh Yayasan Dharmais untuk warga komplek tersebut dan masyarakat sekitarnya. Bangunan itu dibuat dari bahan beermis berkerangka baja, dan diperkirakan bisa bertahan sampai 50 tahun.
RABU, 1 JUNI 1983
Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Salah satu keputusan yang diambil oleh sidang kabinet hari ini adalah memberikan gaji bulan ke-13 kepada Pegawai Negeri Sipil, anggota ABRI, Pensiunan dan Pegawai Daerah. Gaji tambahan tersebut akan dibayarkan pada tanggal 1 Juli mendatang. Pemberian gaji tambahan ini adalah untuk membantu pegawai negeri sehubungan dengan datangnya tahun ajaran baru.
MINGGU, 1 JUNI 1986
Mulai hari ini diberlakukan Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1986 tentang Daftar Skala Prioritas (DSP) baru di bidang penanaman modal. Keputusan yang dikeluarkan kemarin itu dimaksudkan sebagai pengganti DSP tahun 1985. Berdasarkan DSP baru itu pemerintah membuka 926 bidang usaha dalam rangka PMA, yang berarti hampir dua kali lipat dibandingkan 475 bidang usaha bagi PMA dalam DSP lama.
RABU, 1 JUNI 1988
Bertempat di Istana Negara, pada jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto membuka Widya Karya Pangan dan Gizi ke-4. Memberikan sambutan pada pembukaan widya karya yang bertema "Pangan dan Gizi” itu Kepala Negara menekankan pentingnya upaya untuk lebih meningkatkan dan memeratakan hasil pembangunan dalam pelaksanaan Repelita V nanti.
Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa dalam hal perbaikan gizi, pemerataan hasil pembangunan tidak hanya mencakup kelompok pendapatan dan wilayah atau daerah, tetapi perhatian utama perlu juga ditujukan kepada kelompok-kelompok yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan masyarakat di masa yang sekarang dan masa yang akan datang, yaitu kelompok wanita, bayi dan balita, khususnya dari kalangan yang berpenghasilan rendah. Untuk itu diperlukan terobosan-terobosan pemikiran, konsepsi, dan teknologi, sehingga masyarakat dapat ikut serta berperan aktif dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan terobosan itu kita berharap dapat mengatasi berbagai masalah yang kita hadapi dalam Pelita V nanti, dengan dana dan sarana yang memang masih akan tetap terbatas.
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima Menteri Negara KLH, Emil Salim. Setelah menghadap, Menteri Emil Salim mengatakan bahwa Presiden meminta kepadanya untuk menjelaskan kepada para duta besar negara-negara anggota IGGI di Jakarta tentang keadaan lingkungan hidup di Indonesia. Sebab hal itu akan dibahas juga dalam sidang IGGI mendatang di Negeri Belanda.
JUMAT, 1 JUNI 1990
Pagi ini Presiden Soeharto dan PM India Vishwanath Pratap Singh mengadakan pembicaraan di Hotel Shangri-La dimana Presiden dan rombongan menginap. Kepala Negara tiba di Kuala Lumpur kemarin siang, dalam rangka menghadiri KTT G-15.
Didalam pembicaraan itu keduanya sepakat bahwa KTT tersebut itu tidak perlu menghasilkan keputusan-keputusan dramatis dalam bentuk keinginan-keinginan semata. Menurut mereka, walaupun keputusannya agak kecil, yang penting kongkrit sehingga dapat menjadi awal dari pekerjaan berikutnya. Apabila selama ini telah banyak keinginan-keinginan yang tertuang dalam berbagai dokumen tetapi belum dapat dilaksanakan.
Pukul 10.00, setelah berbicara dengan PM Singh, Presiden Soeharto menghadiri pembukaan KTT G-15 yang berlangsung di gedung Parlemen Malaysia. Acara pembukaan yang dilakukan oleh PM Mahatir Mohamad itu ditandai dengan pengheningan cipta atas wafatnya mantan Perdana Menteri Malaysia, Dato Hussein Onn.
Sehubungan dengan meninggalnya Dato Hussein Onn, hari ini Presiden Soeharto yang didampingi oleh Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono melayat almarhum Dato Hussein Onn. Selain Presiden Soeharto, tampak juga melayat PM Pratap Singh.
Malam ini Presiden Soeharto dan para peserta KTT G-15 lainnya menghadiri jamuan makan malam kenegaraan yang diselenggarakan oleh Sri Baginda Yang Di Pertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong Malaysia di Kuala Lumpur. Dalam acara ini Presiden Soeharto diminta untuk mmenyampaikan sambutan balasan terhadap pidato selamat datang Yang Di Pertuan Agong atas nama kepala-kepala pemerintah lainnya.
Dalam pidatonya, balasannya Presiden Soeharto mengatakan bahwa dihadapan kita terbuka peluang baru dan tantangan-tantangan baru untuk membangun dunia yang lebih tentram, lebih maju, lebih sejahtera dan lebih adil dari yang kita rasakan sampai sekarang. Gerak pendekatan Timur-Barat, khususnya antara negara-negara adidaya, telah mengurangi ketegangan internasional. Kita melihat cakrawala baru bagi penyelesaian konflik regional melalui jalan dialog dan perundingan. Namun di pihak lain kita tetap merasakan ketimpangan-ketimpangan dalan perekonomian internasional dan ketidakadilan dalam hubungan Utara-Selatan. Masalah ini telah menjadi masalah global, yang penyelesaiannya secara tuntas terasa mendesak.
Dikatakannya oleh Presiden bahwa kita harus menemukan jalan untuk memperkuat kerjasama Selatan-selatan. Kita perlu merumuskan dan mengidentifikasi proyek-proyek dan program-program nyata yang dapat dilaksanakan antara sesama negara-negara berkembang. Disamping itu kita juga mengadakan tinjauan terhadap permasalahan dan perkembangan ekonomi dunia, khususnya mengenai aspek-aspek yang berdampak langsung pada kepentingan negara-negara berkembang. Kita menyatukan gagasan dan strategi bagi penanggulangan masalah-masalah tersebut dalam forum-forum Utara-Selatan.
Penyusun Intarti, S.Pd