SABTU, 21 MEI 1977
Presiden Soeharto pagi ini secara berturut-turut menerima surat-surat kepercayaan dari Duta Besar Konfederasi Swiss, Roland Wermuth, dan Dutta Besar Republik Nigeria, Ernest Eastman. Dalam pidato balasannya atas pidato Duta Besar Wermuth, Presiden Soeharto mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh menghargai kebijaksanaan pemerintahan Konfederasi Swiss yang mementingkan hubungan bilateral langsung dengan rakyat-rakyat dari daerah selatan serta memberikan penghargaan khusus terhadap Indonesia dan negara-negara ASEAN. Ia juga gembira mendengar dari Duta Besar Wermuth bahwa Konfederasi Swiss menyokong sekuat tenaga dialog Utara-Selatan. Presiden Soeharto menegaskan mengenai dialog tersebut dengan mengatakan: “Dialog ini memang sangat penting dan mempunyai tujuan yang luhur, ialah membuat adil pembagian kekayaan dan kesejahteraan antara negara-negara yang berbeda tingkat kemajuan perkembangannya. Karenanya Indonesia bersama-sama lainnya juga turut serta mengusahakan agar dialog itu berhasil”.
Menurut Presiden Soeharto masalah korupsi merupakan masalah yang serius dan mengenai hal ini sudah dilakukan tindakan preventif maupun represif. Hal ini dikemukakannya dalam wawancara khusus dengan wartawan Belanda Robert Kroon di Jakarta dan dimuat dalam surat kabar De Telegraf yang terbit hari ini. Surat kabar Belanda itu menilai Presiden Soeharto sudah memperlihatkan diri sebagai pemimpin yang menguasai administrasi negara dengan pengetahuannya yang luas tentang angka-angka statistik dan berbeda dengan apa yang sering digambarkan orang asing yang menyatakan bahwa ia adalah orang yang suka mistik.
De Telegraf juga menyatakan bahwa Presiden Soeharto juga menganggap hubungan antara Republik Indonesia dan Negeri Belanda penuh dengan rasa persahabatan. Kesalahan-kesalahan di masa yang lalu telah dilupakan dan dimaafkan. Filsafat kami, demikian Presiden Soeharto, adalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat, dan kami bukan bangsa pendendam.
Publikasi, Lita.SH