Rabu, 13 April 1966
Kementrian Luar Negeri RRC telah menyerahkan nota kepada Duta Besar RI di Peking, yang meminta Pemerintah Indonesia agar segera mempersiapkan kapal-kapal untuk mengangkut warganegara RRC yang ingin pulang atas kemauan mereka sendiri. Nota tersebut juga menuduh ABRI melindungi kekejaman terhadap orang-orang berkebangsaan RRC.
Selasa, 13 April 1971
Masih berada di Palu, pagi ini Presiden Soeharto bertatap muka dengan tokoh-tokoh agama se-sulawesi Tengah. Pada pertemuan ini, Presiden Soeharto mengharapkan mereka untuk dapat mengupayakan agar lebih kurang 20.000 rakyat yang tak beragama menjadi pemeluk salah satu agama. Untuk itu Presiden Soeharto berjanji akan memberikan bantuannya lewat Menteri Dalam Negeri. Akhirnya Presiden Soeharto menyerahkan bantuan sebanyak Rp50 juta kepada para pemuka agama tersebut untuk dimanfaatkan bagi usaha pembangunan bagi bidang spiritual.
Setibanya di Kendari siang ini Pesiden Soeharto memberikan amanat kepada para penyambutnya. Disini Presiden Soeharto mengatakan bahwa kemerdekaan kita capai sekarang ini haruslah diisi dengan pembangunan, yaitu untuk mencapai keadilan dan kemakmuran atas dasar Pancasila dan UUD 1945. Pada kesempatan ini Presiden juga menyinggung masalah pemilihan umum. Presiden juga mengatakan bahwa pemilihan umum adalah proyek nasional yang sangat penting yang harus dilaksanakan sesuai dengan ketetapan MPRS. Oleh karena itu ia mengharapkan agar rakyat Sulawesi Tenggara menggunakan hak pilih mereka dalam pimilihan umum nanti.
Kamis, 13 April 1972
Hari ini para ketua umum dari empat partai Islam Indonesia yaitu, NU, Parmusi, PSSI, dan Perti, menghadap Presiden Soeharto dalam bentuk konfederasi, yang diberi nama Kelompok Persatuan Pembangunan. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menyambut gembira lahirnya kelompokini dan memberikan doa restunya. Presiden mengharapkan agar kelopok ini dapat memikirkan soal-soal yang berhubungan dengan haluan Negara sehingga bisa menjadi bahan untuk sidang umum MPR yang akan datang.
Publikasi, Lita.SH