Senin, 14 April 1986
Bertempat di Istana Negara, jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto, membuka Kongres Produktivitas Dunia ke-5. Dalam kata sambutannya, Presiden antara lain mengatakan bahwa Indonesia meletakkan masalah produktivitas dalam kerangka pemikiran pembangunan nasionalnya. Meletakkan masalah prodiktivitas diluar konteks masyarakat tampaknya keliru dan mungkin menimbulkan masalah-masalah yang justru menggagalkan usaha-usaha mencapai tujuan-tujuan mencapai tujuan-tujuan bersama. Pokok persoalannya adalah bagaimana menerapkan dasar-dasar produktivitas secara tepat dalam konteks masyarakat, khususnya masyarakat yang sedang membangun.
Kepala Negara mengatakan bahwa produktivitas sebagai kekuatan penggerak pembangunan dapat memacu berbagai sektor penting. Pertama, memacu kualitas kegiatan dan pelayanan pemerintahan beserta aparaturnya, karena di Negara-negara yang sedang membangun peranan pemerintah dalam pembangunan sangatlah besar. Kedua, memacu dunia usaha swasta dan para wiraswasta dalam meningkatkan efisiensi serta mutu barang dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Ketiga, memacu pengelola lembaga-lembaga internasional untuk memantau dan mengevaluasi produk-produk pada tingkat dunia maupun pada tingkat regional. Dan keempat, memacu para pekerja untuk menigkatkan produktivitas kerjanya.
Akhirnya Kepala Negara berharap agar kerjasama antar bangsa dalam meningkatkan produktivitas inibenar-benar dapat menjadi kenyataan, tanpa terhalang oleh perbedaan ideology, sistim politik maupun system sosial yang dianut masing-masing bangsa. Hanya dengan cara demikian masyarakat-masyarakat dunia dapat saling membangun untuk memajukan dirinya masing-masing dan bersama-sama memajukan seluruh masyarakat dunia.
Kamis, 14 April 1988
Pada jam 09.00 pagi ini Presiden dan Ibu Tien Soeharto menerima kunjungan perpisahan Presiden Venezuela di Istana Merdeka. Setelah beramah tamah sebentar, Presiden Soeharto kemudian secara resmi melepaskan keberangkatan Presiden Lusinchi dalam upacara kebesaran militer di halaman Istana Merdeka. Dari Jakarta, Presiden Venezuela itu meneruskan lawatannya ke Bangkok, Thailand.
Selasa, 14 April 1992
Pukul 09.30 pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Perhubungan Azwar Anas di Cendana. Dalam pertemuan itu Kepala Negara menginstruksikan Menteri Azwar Anas untuk segera melakukan pembicaraan dengan pihak Bank Dunia atau lembaga keuangan internasional lainnya mengenai dana pengganti bagi kelanjutan proyek-proyek sektor perhubungan yang sebelumnya dibiayai dengan bantuan pemerintah Belanda. Proyek-proyek Departemen Perhubungan yang dibangun dengan bantuan pemerintah Belanda itu seluruhnya bernilai 203 juta Gulden.
Publikasi Lita,SH.