Senin, 9 April 1990
Bertempat di Bina Graha, pada jam 11.30 hari ini, Presiden Soeharto menerima Wing Penerbang kelas I Kehormatan dari TNI-AU ke-44yang jatuh pada hari ini. Wing yang merupakan tanda penghargaan tertinggi di lingkungan TNI-AU itu dianugerahkan kepada Presiden atas jasa-jasanya terhadap perjuangan para pejuang udara pada masa revolusi kemerdekaan dulu. Antara lain tercatat bahwa pada tahun 1945 Soeharto pernah memimpin serangan dan berhasil merebut Lapangan Terbang Maguo,Yogyakarta, dari tangan Jepang.
Presiden mengucapkan terima kasih atas pemberian wing tersebut, sekalipun ia sekarang tidak bisa menggunakan lagi karena telah purnawirawan. Namun demikian tanda penghargaan itu akan disimpan dan dirawatnya dengan baik. Pada kesempatan itu ia menceritakan kembali kisah bagaimana ia mengemudikan pesawat Cureng yang direbutnya dari jepang dalam serangan tersebut. Dikatakannya bahwa pesawat itu hanya dapat berputar-putar saja di landasan, karena ia tidak dapat menerbangkannya. Akan tetapi ia kini merasa beruntung, sebab kalau pesawat itu sempat naik ke udara, ia mungkin tidak bisaturun lagi.
Di Subang hari ini Sesdalopbang Solihin GP menyerahkan bantuan Presiden soeharto berupa pestisida kepada pemerintah daerah Jawa Barat. Bantuan Pestisida sejumlah 400 ton itu diterima oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Bidang Ekonomi dan pembangunan, Drs Kana Suwenda.penyerahan bantuan ini antara lain disaksikan oleh Menteri Muda Pertanian Syarifuddin Baharsyah. Daribantuan tersebut, sebanyak 248 ton diserahkan kepada para bupati Indramayu, Subang,dan karawang untuk pemberantasan hama di jalur pantai utara pulau Jawa.
Kepala Negara, melalui Sesdalopbang, meminta agar seluruh aparatur pemerintah, pemimpin formal non-formal, tokoh petani, dan para petani untuk bersama-sama menanggulangihama penggerek batang padi. Dengan demikian diharapkannya bahwa pada musim tanam 1990 hama tersebut sudah tidak ada lagi. Dipesankannya agar pemberantasanitu hendaknya dilaksanakan secara tuntas. Sebab, kalau tidak demikian,maka hal itu akan mengakibatkan menurunnya pendapatan petani dan mengancam pengadaan pangan nasional.
Kamis, 9 April 1992
Pukul 19.30 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara Dharma CantiHari Raya Nyepi yang diselenggarakan di manggala Wanabhakti, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Korpri dan Parisada Hindu Dharma.
Dalam kata sambutannya, kepala negara antara lain mengharapkan agar organisasi keagamaan dapat memperluas cakrawala pandangn umat beragama di Indonesia. Sebab, pandangan yang sempit, yang hanya melihat dan mementingkan diri sendiri, mudah sekali menjerumuskan masing-masing golongan kedalam sikap sektarian yang sangat mengganggu kebersamaan kita sebagai bangsa. Hal ini dirasakan perlu ditekankan oleh Presiden, karena sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum. Dikatakannya bahwa dalam persaingan merebut simpati rakyat adalah wajar-wajar saja jika setiap organisasi politik berlomba menyodorkan kelebihan mereka masing-masing.
Presiden mengharapkan organisasi-organisasi keagamaan di tanah air dapat berperan positif untuk menyadarkan rakyat agar tidak terjerumus kedalam persaingan negatif yang akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita. Yang perlu dilakukan,paling tidak, adalah menghindari penggunaan masalah-masalah keagamaan sebagai bahan kampanye untuk merebut dukungan rakyat. Akhirnya Kepala Negara menyatakan keyakinannya bahwakita semua akan bertindak penuh kearifan dan kewaspadaan untuk menyukseskan pemilihan umum yang akan datang, demi tercapainya cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Pancasila, masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Publikasi Lita,SH