Sabtu, 9 April 1966
Letjen. Soeharto dalam konferensi pers dengan wartawan asing di jakarta, telah menjelaskan tentang keadaan yang sebenarnya dikatakannya bahwa untuk dapat mengetahui apa yang terjadi di Indonesia, diperlukan pengetahuan yang banyak tentang revolusi Indonesia. Hal ini dikemukakannya karena banyak pers luar negeri yang menggambarkan Indonesia sebagai negara komunis, bahwa Indonesia akan masuk blok komunis, dan Pancasila tidak dapat dipertahankan lagi. Semua itu merupakan penilaian yang salah dari pers luar negeri. demikian Jenderal Soeharto.
Selasa, 9 April 1968
Presiden Soeharto hari ini bertindak sebagai inspektur upcara pacara pada peringatan Hari Penerbangan Nasional di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. Dalam pidatonya, Presiden antara lain mengatakan bahwa dalam memperingati hari penerbangan nasional ini kita tidak hanya melihat kepada besar kecilnya peringatan ini, tetapi yang penting adalah mendalami semangat yang menjiwai peringatannya. Jenderal Soeharto juga mengatakan bahwa pembangunan AURI mempunyai dua aspek, yaitu, pertama, aspek keamanan nasional, dimana AURI harus mampu menghadapi msusuh-musuh yang datang baik dari luar maupun dalam negeri. kedua, aspek kesejahteraan rakyat, bahwa AURI dalan usaha membangun harus serta pula meningkatkan kesehajteraan rakyat.
Kamis, 9 April 1970
Masih berada di Jawa Barat, hari ini Presiden Soeharto melakukan serangkaian kunjungan di daerah Priangan Timur, Bandung, Cianjur, dan Sukabumi. Di dsa Linggar, Kabupaten Bandung, Presiden meninjau gudang milik PN Petani, dimana ditemukan lebih kurang 5000 ton pupuk dalam keadaan rusak, karena gudang tersebut tidak memnuhi persyaratan. Menlihat kenyataan ini, Presiden mngatakan bahwa hal ini tidak hanya mengakibatkan kerugian bagi negara, tetapi juga menghambat program peningkatan produksi pangan. Presiden juga memberi perhatian pada karyawan yang kena penyakit koreng, karena menginjak zat kimia yang berceceran di lantai gudang tanpa alas kaki. Tampak menekan emosi, Jenderal Soeharto segera mengambil tindakan utnuk menyelamatkan kekayaan negara itu. Dengan seketika Presiden mengirim radiogram kepada menteri pertanian, Ir. Thoyib Hadiwidjaja, dan Direktur Jenderal Pertanian, sekretaris pengendalian Bimas, dan direktur PN Pertani agar secepatnya datang ke Rancaekek untuk memeriksa keadaan itu dan melaporkan kepadanya.
Jumat, 9 April 1971
Presiden Soeharto mengatakan bahwa dalam bidang penerbangan kita memang jauh ketinggalan dibandingkan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam dunia penerbangan. Kita harus mengejar ketinggalan ini agar angkasa kita tidak dilampaui oleh pesawat-pesawat raksasa orang lain saja. Hal ini dikatakan Presiden Soeharto ketika bertindak sebagai Inspektur Upacara pada peringatan Hari Penerbangan Nasional, yang diadakan di Parkir Timur Senayan, Jakarta, hari ini. Dikatakan pula bahwa yang membangun harus melihat ke depan dan bekerja untuk masa depan. Pembangunan kekuatan penerbangan nasional kita harus melihat jauh ke kaki langit di depan, bukannya menoleh pada jalan yang telah kita tinggalkan di belakang. Masa depan kita tergantung pada pembangunan kekuatan penerbangan nasional ini. Tanpa perhubungan yang baik di darat, di laut maupun di udara, tidak mungkin kita menjadikan Indonesia sebagai suatu kesatuan ekonomi, kesatuan politik, kesatuan pertahanan keamanan. Presiden menyatakan keyakinannya bahwa masa depan pembangunan kekuatan penerbangan nasional kita cukup cerah, baik dilihat dari kegiatan ekonomi yang semakin memerlukan jasa-jasa angkutan udara, maupun dari minat tunas-tunas muda terhadap angkasa. Dalam membina kekuatan penerbangan nasional, kita juga tidak ingin hanya pesawat atau peralatan buatan orang lain. Dalam jangka panjang kita bercita-cita membuat pesawat sendiri. Menyinggung tentang kelahiran AURI pada tanggal 9 april 1946, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa sejak semula angkatan bersenjata kita sesungguhnya adalah satu tubuh, satu jiwa dan satu tujuan perjuangannya, ialah mengabdi kepada kepentingan dan perjuangan bangsa. Sesudah melalui berbagai pengalaman yang sangat berat pada tahun-tahun sebelum 1996, ABRI telah menemukan kembali kesatuan jiwa itu. Kesatuan jiwa inilah yang telah melahirkan program-program integritas ABRI. Semangat perjuangan adalah modal kita yang paling besar, walaupun dengan pesawat kecil, sangat sederhana dan dalam jumlah yang terbatas, AURI telah langsung menerjunkan diri dalam perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan.
Selasa, 9 April 1974
Pagi ini bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto memipin sidang Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional. Berlainan dari biasanya, sidang kali ini juga dihadiri oleh para ketua Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi. Dalam sidang telah ditetapkan langkah-langkah yang akan diambil untuk menekan laju inflasi. Langkah itu adalah sebagai berikut.
Pertama, pemerintah akan memperluas pengadaan barang-barang penting sebagai stok nasional. Stok nasional yang sebelumnya hanya terdiri atas beras, gula, tepung terigu dan kapas, kini tambah lagi dengan besi beton, pupuk, kertas koran dan beberapa barang lainnya. Kedua, akan dilakukan pengawasan terhadap barang-barang tertentu yang dianggap penting bagi kestabilan harga dan pembangunan. ketiga, meningkatkan kelancaran arus barang di pelabuhan-pelabuhan, sehubungan diturunkannya pajak penjualan terhadap sejumlah barang/bahan makanan dan kebutuhan industri. Keempat, pelaksanaan kredit ditetapkan sedemikian rupa agar tidak membahayakan stabilitas moneter. Hal ini antara lain dilakukan dengan membatasi laju pertambahan kredit bagi bank-bank secara adil, menaikkan suku bunga pinjaman terhadap kredit diatas Rp100.000.000,- dari 12% menjadi 15%, dan memperketat pelaksanaan cadangan wajib bank-bank. Kelima, memperkenalkan ketentuan-ketentuan baru terhadap pemasukan modal dari luar negeri, antara lain dengan mewajibkan bank penerima pinjaman dari luar negeri untuk menyimpan di Bank Indonesia sebesar 30% sebagai cadangan wajib.
Rabu 9 April 1975
Pangeran Bernhard dari Negeri Belanda mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Kali ini ia mengunjungi Indonesia sebagai ketua International Wildlife Fund. Pada kesempatan itu ia telah menyerahkan bantuan sebesar US$100.000,- kepada Presiden, yaitu untuk membiayai usaha-usaha perlindungan margasatwa di Indonesia. Oleh Kepala Negara bantuan tersebut langsung diserahkan kepada Menteri Pertanian, Thojib hadiwidjaja, yang turut hadir dalam pertemuan itu. Menurut Pangeran Bernhard, bantuan ini merupakan hasil penjualan coin dengan motif margasatwa yang dilindungi, dalam kejuaraan dunia sepakbola di Jerman Barat.
Ketua Umum Organda, Harsono RM, dan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Sumpono Banyuaji, siang ini menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Maksud kedatangan mereka adalah untuk melaporkan hasil Kongres ke-7 Organda yang berlangsung di Pandaan, Jawa Timur, beberapa waktu yang lalu. Pada kesempatan itu, selain menyambut baik hasil kongres tersebut, Kepala Negara menyatakan akan mengusahakan hasil perlindungan yang wajar terhadap Organda. Ia akan mengusahakan untuk menghapus pos-pos liar, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun oleh lembaga. Diserukannya pula agar para pengemudi dan pengusaha angkutan jalan raya tidak memberikan uang kepada pos-pos liar.
Sabtu, 9 April 1977
Pagi ini Presiden Soeharto telah menyaksikan pameran visual perkembangan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan) di Bina Graha. Sebelum pameran visual dimulai, Direktur Jenderal Batan Prof. Dr. A Baiquni, melaporkan maksud diadakannya pameran ini. Dilaporkannya bahwa pameran ini dimaksudkan untuk menyajikan “pertanggungan jawab” pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan Batan selama tahun-tahun Pelita yang sudah lewat, disamping secara rutin setiap tahun dan bahkan setiap triwulan atau secara insidentil sebenarnya telah memberikan laporan secara tertulis kepada Presiden. adalah kewajibannya sebagai direktur jenderal Batan untuk memberikan laporan secara langsung kepada Presiden, karena Kepala Negara langsung membawahi badan ini.
Presiden Soeharto hari ini mensahkan persetujuan mengenai tarif preferensi ASEAN yang telah ditanda tangani Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN di Manila pada tanggal 24 Februari yang lalu.pengesahan ini dikeluarkan dlam bentuk Keputusan Presiden yang mulai berlaku hari hari ini. Dalam persetujuan preferensi ini telah ditetapkan antara lain, bahwa para anggota ASEAN harus bekerjasama secara timbal balik mengenai komoditi dasar dalam bidang pangan dan energi, pemberian bantuan pemasaran bagi produk proyek-proyek industri ASEAN, dan meningkatkan penggunaan bahan mentah yang terdapat di negara-negara anggota ASEAN.
Senin, 9 April 1979
Pukul 09.30 pagi ini, bertempat di Istana merdeka, Presiden Soeharto menerima Menko Polkam, M Panggabean, Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed joesoef, dan menteri Penerangan, Ali Murtopo.dalam pertemuan itu, Presiden menunjuk dan menugaskan keempat menteri tersebut beserta Menteri Dalam Negeri, Amirmachmud,menjadi Dewan Pembimbing dari Badan Pembinaan Pendidikan P4 (BP7). Adapun tugas Dewan Pembimbing adalah memberi pengarahan dan petunjuk kepada BP7.menteri Dalam Negeri Amirmachmud tidak ikut menghadap Kepala Negara karena sedang berobat di Amerika Serikat.
Bertempat di Istana Negara, pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto melantik Kepala dan Wakil Kepala BP7. Yang dilantik sebagai Ketua adalah Hari Suharto SH, sedangkan Prof.Drs.Harsojo menjadi Wakil
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa kita harus berani berkata bahwa kita semua belum melaksanakan Pancasila dengan sempurna. Dan ini kita sadarari bersama. Oleh karena itu kita bertekad untuk mengisi masa depan bangsa kita dengan usaha-usaha yang lebih nyat untuk mewujudkan Pancasila dalam kehidupan kita masing-masing dan dalam kehidupan bangsa kita, dan hal ini tidak bisa kita tunda-tunda lagi.
Dengan mengatakan demikian, Presiden ingin menggambarkan bahwa tugas BP7 tidaklah ringan.menurut Kepala Negara, satu hal yang harus dijaga adalahjangan sampai penyelenggaraan pendidikan P4 menjadi sekadar usaha untuk memenuhi tuntutan formal,sekadar acara dan upacara yang merutin. Diingatkannya pula bahwa halitu yang kita lakukan, maka bukan hanya kita membuang-buang biaya yang tidak kecil, melainkan juga akan menimbulkan sinisme terhadap Pancasila. Ini sangat tidak berbahaya, karena itu tidak boleh terjadi, demikian ditandaskannya.
Selesai melantik pimpinan BP7, kepala Negara menerima Menteri Agama, Alamsyah Ratu Perwiranegara, di Istana Merdeka. Usai menghadap, Alamsyah mengatakan bahwa dalam pertemuan itu presiden menegaskan kembali harapannya agar umat beragama di Indonesia tidak berpikir dan bertindak sepihak saja. Dianjurkannya untuk berfikir dan bertindak sebagai seorang umat beragama dan berwarganegara Indonesia, sehingga tindakan suatuumat tidak merugikan pihak lain sesama warganegara. Demikian diungkapkan oleh Menteri Agama.
Kamis, 9 April 1981
Di Cendana pagi ini, selama hampir satu jam, Presiden dan Ibu Soeharto menerima awak pesawat DC-9 Garuda yang dibajak beberapa waktu lalu. Mereka diantar oleh Direktur Utama Garuda, Wiweko.pesawat DC-9 dengan nama “Woyla” dibajak didalam penerbangan dari palembang menuju Medan, dan dipaksa mendarat dilapangan udara Kuala Lumpur dan kemudian Bangkok oleh kelompok ekstrim Imran. Berkat kerjasama dengan Pemerintah Thailand, pesawat itu berhsil dibebaskan oleh pasukan Kopassandha yang dikirimkan dari Jakarta.
Sabtu,9 April 1983
Presiden Soeharto telah menyetujui struktur organisasi empat departemen yang ada dalam Kabinet pembangunan I,yaitu Departemen koperasi, Departemen Kehutanan, Departemen Transmigrasi, serta Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi.
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, didalam masing –masing departemen itu akan terdapat seorang inspektur jenderal, seorang sekertaris jenderal dan seorang direktur jenderal. Selain itu adapula badan-badan penelitian dan pengembangan. Demikian dikatakan oleh Menteri pendayagunaan Aparatur Negara,selesai menghadap kepala Negara di Cendana pagi ini.
Pukul 15.00 sore ini, Presiden Republik Arab Mesir dan Nyonya Mubarak tiba dilapangan terbang intenasional Halim Perdanakusuma dalam rangka kunjungan kenegaraan di indonesia sampai tanggal 11 april. Di tangga pesawat, mereka disambut dengan hangat oleh Presiden dan Ibu Soeharto. Setelah upacara penyambutan resmi,kedua tamu negara itu diantar oleh Presiden dan ibuSoeharto ke Wisma Negara, dimana keduanya akan menginap selama berada di indonesia.
Senin, 9 April 1984
Presiden Soeharto,pada jam10.00 pagi ini, menghadiri upacara penyerahan bibit kelapa hybrida untuk para akseptor KB Lestari. Penyerahan yang dilakukan melalui Kepala BKKBN, Haryono Suyono, itu berlangsung di Bina Graha. Seperti diketahui, program untuk memasyarakat kelapa hybrida kepada peserta KB Lestari ini merupakan pertama kalinya satu juta bibit kelapa hybrida akan dibagikan kepada peserta KB Lestari di 2.500 desa atau 175 kecamatan di Jawa Timur. Bibit-bibit kelapa tersebut dibeli dari PTP Lampung dengan harga Rp40,- per bibit.
Selasa, 9 April 1985
Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher, dan suaminya sore ini tiba di Jakarta, dalam rangka kunjungan resmi selama tiga hari. Kedatangan mereka disambut dengan hangat oleh Presiden dan Ibu Soeharto dalam suatu upacara kebesaran militer di pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma. Kunjungan PM Thatcher ini merupakan suatu kunjungan yang bersejarah, sebab inilah pertama kalinya seorang perdana menteri Inggris mengadakan lawatan ke Indonesia.
Setibanya di Istana Merdeka dari pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma, kusuma tamu negara dari Inggris itu melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka. Kemudian Kepala Negara dan Ibu Soeharto mengantarkan kedua tamu mereka ke Wisma Negara.
Pukul 19.45 malam ini, Presiden dan ibu Soeharto mengadakan jamuan makan malam diIstana Negara untuk menghormat PM Thatcher beserta rombongannya.selesai santap malam acara dilanjutkan dengan malam kesenian yang berlangsunghingga hampir tengah malam.
Memberikan sambutan pada acara santap malam tersebut, dalam pidatonya Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa dunia masih tetap merasakan akibat yang berat dari krisis-krisis ekonomi yang berkepanjangan. Pukulan-pukulnnya dirasakan oleh negara-negara industri maju dan lebih-lebih oleh negara-negara yangsedang membangun. Bagi semua bangsa dan negara tampaknya ada kepentingan yang sama, ialah bagaimana menciptakan ekonomi dunia yang stabil dan adil.
Dikatakan oleh Presiden bahwa sumber utama berbagai krisis dan bahaya-bahaya yang mengancam adalah warisan tatanan lama dari hubungan antar bangsa yang tidak dapat lagi menjawab kebutuhan umat manusia dewasa ini. Karena itu sudah tiba waktunya bagi semua bangsa untuk membangun tata hubungan baru yang lebih adil dan lebih menjamin keselamatan bersama baik di lapangan ekonomi, politik maupun keamanan. Semua bangsa yang besar maupun kecil, sedang membangun ataupun yang telah maju, yang kaya maupun miskin, perlu bekerjasama bahu-membahu sebagai partner yang sederajat dalam mengatasi maslah-masalah bersama yang menyangkut nasib seluruh umat manusia. Ini tentu meminta kemauan politik dan ketetapan hati dari semua pemimpin bangsa-bangsa di dunia.
Demikian antara lain dikatakan Presiden.
Senin, 9 April 1990
Bertempat di Bina Graha, pada jam 11.30 hari ini, Presiden Soeharto menerima Wing Penerbang kelas I Kehormatan dari TNI-AU ke-44yang jatuh pada hari ini. Wing yang merupakan tanda penghargaan tertinggi di lingkungan TNI-AU itu dianugerahkan kepada Presiden atas jasa-jasanya terhadap perjuangan para pejuang udara pada masa revolusi kemerdekaan dulu. Antara lain tercatat bahwa pada tahun 1945 Soeharto pernah memimpin serangan dan berhasil merebut Lapangan Terbang Maguo,Yogyakarta, dari tangan Jepang.
Presiden mengucapkan terima kasih atas pemberian wing tersebut, sekalipun ia sekarang tidak bisa menggunakan lagi karena telah purnawirawan. Namun demikian tanda penghargaan itu akan disimpan dan dirawatnya dengan baik. Pada kesempatan itu ia menceritakan kembali kisah bagaimana ia mengemudikan pesawat Cureng yang direbutnya dari jepang dalam serangan tersebut. Dikatakannya bahwa pesawat itu hanya dapat berputar-putar saja di landasan, karena ia tidak dapat menerbangkannya. Akan tetapi ia kini merasa beruntung, sebab kalau pesawat itu sempat naik ke udara, ia mungkin tidak bisaturun lagi.
Di Subang hari ini Sesdalopbang Solihin GP menyerahkan bantuan Presiden soeharto berupa pestisida kepada pemerintah daerah Jawa Barat. Bantuan Pestisida sejumlah 400 ton itu diterima oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Bidang Ekonomi dan pembangunan, Drs Kana Suwenda.penyerahan bantuan ini antara lain disaksikan oleh Menteri Muda Pertanian Syarifuddin Baharsyah. Daribantuan tersebut, sebanyak 248 ton diserahkan kepada para bupati Indramayu, Subang,dan karawang untuk pemberantasan hama di jalur pantai utara pulau Jawa.
Kepala Negara, melalui Sesdalopbang, meminta agar seluruh aparatur pemerintah, pemimpin formal non-formal, tokoh petani, dan para petani untuk bersama-sama menanggulangihama penggerek batang padi. Dengan demikian diharapkannya bahwa pada musim tanam 1990 hama tersebut sudah tidak ada lagi. Dipesankannya agar pemberantasanitu hendaknya dilaksanakan secara tuntas. Sebab, kalau tidak demikian,maka hal itu akan mengakibatkan menurunnya pendapatan petani dan mengancam pengadaan pangan nasional.
Kamis, 9 April 1992
Pukul 19.30 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara Dharma CantiHari Raya Nyepi yang diselenggarakan di manggala Wanabhakti, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Korpri dan Parisada Hindu Dharma.
Dalam kata sambutannya, kepala negara antara lain mengharapkan agar organisasi keagamaan dapat memperluas cakrawala pandangn umat beragama di Indonesia. Sebab, pandangan yang sempit, yang hanya melihat dan mementingkan diri sendiri, mudah sekali menjerumuskan masing-masing golongan kedalam sikap sektarian yang sangat mengganggu kebersamaan kita sebagai bangsa. Hal ini dirasakan perlu ditekankan oleh Presiden, karena sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum. Dikatakannya bahwa dalam persaingan merebut simpati rakyat adalah wajar-wajar saja jika setiap organisasi politik berlomba menyodorkan kelebihan mereka masing-masing.
Presiden mengharapkan organisasi-organisasi keagamaan di tanah air dapat berperan positif untuk menyadarkan rakyat agar tidak terjerumus kedalam persaingan negatif yang akan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kita. Yang perlu dilakukan,paling tidak, adalah menghindari penggunaan masalah-masalah keagamaan sebagai bahan kampanye untuk merebut dukungan rakyat. Akhirnya Kepala Negara menyatakan keyakinannya bahwakita semua akan bertindak penuh kearifan dan kewaspadaan untuk menyukseskan pemilihan umum yang akan datang, demi tercapainya cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat Pancasila, masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial.
Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.