SELASA, 26 April 1966
Menanggapi aksi-aksi yang dilakukan para pemuda, pelajar,
dan mahasiswa akhir-akhir ini dan ditujukan kepada perwakilan diplomatik
negara-negara tertentu di Jakarta,
Waperdam/Menteri Luar Negeri Adam Malik menyatakan bahwa pemerintah RI dapat
mengerti sepenuhunya amarah serta tuntutan pemuda, pelajar dan mahasiswa itu.
Tetapi sebagai negara hukum yang menjunjung tata tertib hukum, tidak dibenarkan
apabila dalam mengajukan pendapat atau tuntutan diiringi oleh tindakan
sendiri-sendiri, pengrusakan tindakan-tindakan liar terhadap
perwakilan-perwakilan asing tersebut.
RABU, 26 April 1967
Pejabat Presiden Jenderal Soeharto, dengan didampingi oleh
para menutama dan beberapa menteri, mengadakan pertemuan konsultasi dengan
partai politik, organisasi massa, Sekber Golkar Strategi Dasar Kabinet Ampera dan Strategi Dasar Pembangunan Ekonomi yang telah digariskan oleh Kabinet Ampera.
SABTU, 26 April 1969
Pagi ini Presiden menerima kunjungan kehormatan Menlu
Australia, Gordon Freeth. Presiden Soeharto menegaskan kembali bahwa Indonesia
sama sekali tidak mempunyai ambisi teritorial. Dalam pertemuan itu kedua
pemimpin juga membahas hubungan bilateral, terutama menyangkut kerja sama ekonomi
dan kebudayaan kedua negara. pada kesempatan itu Menlu Freeth mengulangi
kembali undangan pemerintahnya kepada Presiden Soeharto untuk mengunjungi
Australia.
SENIN, 26 April 1971
Hari ini di Bina Graha Presiden Soeharto menyerahkan
beberapa buah kendaraan dan peralatan lainnya untuk pembangunan prasarana di
daerah Banten, disamping uang sejumlah Rp20 juta untuk pembangunan di bidang
spiritual. Selain itu disumbangkan juga dua buah truk, 25 palu, dan 40 kereta
dorong. Sumbangan Presiden Soeharto itu diterima oleh wakil-wakil para ulama
se-Banten dan Bupati Lebak. Pada waktu yang bersamaan, Presiden Soeharto juga
telah memberikan sebuah Jeep Toyota kepada Korem 064/Maulana Yusuf di Serang,
yang diterima langsung oleh Komandan Korem.
RABU, 26 April 1972
Malam ini Presiden Soeharto ikut merayakan peringatan Maulid
Nabi Muhammad SAW di Istana Negara. dalam sambutannya, Presiden antara lain
mengatakan bahwa pembangunan masyarakat merupakan segi yang sangat penting dari
ajaran Islam dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.
RABU, 26 April 1973
Diantar oleh Menteri Pertambangan Prof. Sadli, Menteri
Pertambangan Birma, Komodor Thaun Tin, mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden
Soeharto di Istana Merdeka. Menurut Prof. Sadli, Menteri Prof. Sadli, Menteri
Pertambangan Birma ingin mempelajari pengalaman Indonesia dalam hal pertambangan,
khususnya pertambangan minyak. Ditambahkannya bahwa pejabat tinggi Birma itu
sangat terkesan akan sistem production
sharing (bagi hasil) yang dipraktekkan Indonesia.
Pagi ini pula, ditempat yang sama, Kepala Negara menerima kunjungan delegasi Parlemen Yugoslavia yang dipimpin oleh Ketua Parlemennya. Dalam pertemuan tersebut, selain menawarkan kesediaan negaranya untuk meningkatkan kerjasama dalam bidang pembangunan, Ketua Parlemen negara sahabat ini juga telah mengulangi undangan negaranya kepada Presiden Soeharto untuk mengunjungi Yugoslavia.
JUMAT, 26 April 1974
Presiden Soeharto mengangkat Jenderal Surono menjadi Wakil
Panglima ABRI, dan Letnan Jenderal Makmun Murod sebagai Kasad, Pengangkatan
kedua perwira tinggi ini tercantum didalam Keputusan Presiden No. 73/ABRI/1974
yang dikeluarkan hari ini.
SENIN, 26 April 1976
Siang ini Kepala Negara menerima Menteri dalam Negeri Amir
Machmud di Bina Graha. Pada kesempatan itu Amir Machmud telah melaporkan
tentang adanya orang-orang yang melakukan kasak-kusuk dan mengadakan
rapat-rapat gelap untuk menggagalkan pemilihan umum.
SELASA, 26 April 1977
Ketua I Persatuan Wredhatama Republik Indonesia (PWRI).
Soediro, mengirimkan kawat ucapan terimakasih kepada Presiden Soeharto pagi
ini. Ucapan terimakasih itu diajukan berkenaan dengan keluarnya Peraturan
Pemerintah No. 23 Tahun 1977, yang menetapkan penyesuaian pensiun bagi mereka
yang berusia 80 tahun keatas, sehingga mereka termasuk dalam Peraturan
Pemerintah No. 8 tahun 1977. Dengan demikian telah terjadi penyesuaian
tunjangan pensiun yang mereka terima.
Presiden Soeharto menguraikan tentang pembangunan ekonomi Indonesia dan hasil-hasil yang telah dicapai selama kerjasama dengan kelompok negara donor IGGI kepada Menteri Luar Negeri Republik Federasi Jerman Hans Ditrich Genscher dan 31 pengusaha Jerman Barat yang menyertainya. Pertemuan yang mengambil tempat di Istana Merdeka pagi ini berlangsung selama dua jam. Diungkapkan juga oleh Presiden Soeharto bahwa Pemerintah Indonesia akan meninjau kembali Undang-undang Penanaman Modal Asing, dalam rangka menjamin kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan pengusaha-pengusaha asing yang beroperasi di Indonesia. Dalam pertemuan ini Presiden Soeharto didampingi oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono SH, juga turut hadir Dr. Kurt Muller, Duta Besar Jerman Barat di Jakarta.
Pemerintah akan menerapkan pola baru dalam bidang
transmigrasi, yaitu pola yang disebut dengan istilah “Pola Rimbo Bujang”. Menurut
pola ini para transmigran yang ditempatkan di lokasi tersebut akan mengerjakan
perkebunan rakyat, yaitu menanam cokelat, kelapa sawit dan kopi. Di daerah Rimbo Bujang yang terletak di tepi
jalan raya lintas Sumatera itu akan diterapkan nuclear estate atau perkebunan inti yang dikombinasikan dengan
perkebunan rakyat dimana para transmigran akan menanam tanaman rakyat. Hasilnya
akan disalurkan melalui PNP VI atau PNP VII. Demikian dikatakan oleh Menteri
tentang pelaksanan transmigrasi “Pola Sitiung” di Sumatera Barat, dengan sistem
bedol deso. Dalam sistem ini satu
desa secara keseluruhan diangkut sekaligus ke tempat yang baru, termasuk pula
aparat pemerintahannya.
RABU, 26 April 1978
Pelaksanaan Tebu Rakyat Intensifikasi dalam tahun terakhir
Pelita II akan ditingkatkan menjadi 95.000 hektar dari luas sebelumnya 85.000
hektar. Demikian dikatakan oleh Menteri Pertanian, Prof. Dr. Sudarsono Hadisaputro,
setelah menghadap Presiden Soeharto
siang ini di Bina Graha.
Selain membahas masalah TRI, dalam pertemuan dengan Kepala Negara
itu telah pula dibicarakan masalah penyediaan sarana-sarana produksi tanaman
tebu yang di TRI-kan. Dalam hal ini Presiden mengharapkan agar sarana produksi
itu dapat diterima petani tebu tepat pada waktunya. Presiden Soeharto juga
berpesan agar gerakan hama wereng terus menerus diikuti, sehingga kemungkinan terjadinya serangan wereng dapat diperhitungkan jauh hari dari sebelumnya.
KAMIS, 26 April 1979
Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara,
diterima Presiden Soeharto pagi ini di Cendana. Ia menghadap Kepala Negara
untuk ia melaporkan tentang persiapan pembangunan 120.000 rumah murah oleh
Perumnas dan 30.000 rumah melalui BTN di 77 kota di seluruh Indonesia dalam
Repelita III.
SELASA, 26 April 1988
Presiden Soeharto pagi ini melakukan pembicaraan selama satu jam dengan Menteri Kerjasama Pembangunan
Belanda merangkap Ketua IGGI, Piet Bukman di Bina Graha. Pertemuan tersebut
dihadiri oleh Menko Ekuin Radius Prawiro dan Menteri Keuangan JB Sumarlin. Selesai
pertemuan, Bukman mengatakan bahwa perubahan nilai mata uang asing, khususnya
kenaikan nilai Yen terhadap dollar AS, telah mengakibatkan tingginya “debt
service ratio” Indonesia. Lebih jauh dikatakannya bahwa itulah faktor penyebab
dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang dihadapi Indonesia sekarang ini.
Di tempat yang sama, pagi ini Presiden Soeharto juga
menerima Jaksa Agung Sukarton Marmosudjono. Dalam kesempatan itu Presiden
Soeharto memberi petunjuk agar dalam melaksanakan tugas memberantas kejahatan,
Kejaksaan Agung benar-benar memenuhi syarat hukum, sehingga pelaksanaan
tugasnya tidak mengalami cacat cela. Ditegaskan oleh Presiden agar penegak
hukum, baik Kejaksaan, Polisi, Pengacara maupun Hakim harus tetap memperhatikan
rasa keadilan masyarakat.
Setelah menghadap Presiden, Jaksa Agung Sukarton mengatakan
bahwa dalam tahun terakhir Repelita IV, pihaknya akan memberi perhatian kepada
bidang tugas penegak hukum guna menyelamatkan keuangan negara dari berbagai
bentuk penyelewengan dan korupsi. Dikatakannya bahwa Kejaksaan Agung tidak
hanya menunggu temuan dari BPKP, Inspektorat Jenderal ataupun aparat penegak
hukum lainnya. Selain itu Kejaksaan Agung juga akan memberi perhatian kepada
perlakuan kejahatan yang meresahkan masyarakat terutama dalam bentuk kejahatan
yang menggunakan peralatan canggih, seperti penyelundupan dan obat bius. Untuk itu
perlu adanya untuk itu perlu adanya kerjasama yang erat antara berbagai pihak
penegak hukum lainnya, disamping peningkatan kualitas aparat Kejasaan Agung
sendiri.
KAMIS, 26 April 1990
Hari ini umat Islam Indonesia merayakan Hari Raya Idul Fitri,
1 Syawal 1410 H. Berkenaan dengan itu, Presiden Soeharto melaksanakan shalat
Ied di Masjid Istiqlal, bersama ribuan umat Islam Ibukota. Bertindak selaku
imam dalam shalat Ied pagi ini adalah KH Yunan Nasution. Bersama Presiden dalam
shaf yang sama, tampak antara lain Wakil Presiden Sudharmono, pimpinan lembaga
tertinggi dan tinggi negara, dan
sejumlah kepala perwakilan negara sahabat.