Rabu, 19 April 1967
Jenderal Soeharto selaku Menutama bidang Hankam dalam sambutan tertulisnya berkenaan dengan hari ulang tahun ke-5 Hansip/Hanra, mengatakan bahwa Hansip/Hanra sebagai salah satu unsur yang komplementer pada ABRI akan terus berkembang dan berjalan dengan irama yang sama dalam barisan Orde Baru yang dijiwai oleh hati nurani rakyat.
Sabtu, 19 April 1969
Presiden Soeharto memberikan restunya kepada Delegasi Umat Islam Indonesia yang berangkat ke Kuala Lumpur, Malaysia, untuk menghadiri Muktamar Islam se-Dunia. Keberangkatan delegasi tersebut diantar oleh Menteri Agama KH M Dachlan. Delegasi terdiri atas unsur-unsur partai Islam dan Golkar, yaitu Letjen. Sudirman, Buya Hamka, Ibrahim Hussein, Wartomo Dwidjojuwono, H Rusli Khalil, dan Mayor A Mufti.
Senin, 19 April 1976
Presiden Soeharto mengatakan bahwa pemilihan umum yang akan datang harus kita hubungkan dengan usaha kita untuk makin mendekati cita-cita kemerdekaan, yaitu mewujudkan masyarakat yang maju, sejahtera dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila. Ini berarti bahwa dalam pemilihan umum yang akan datang kita harus memilih wakil rakyat yang jelas akan mempertahankan Pancasila dan UUD 1945, yang jelas akan meneruskan pembangunan. Demikian antara lain sambutan tertulis Kepala Negara yang dibacakan oleh Sekretaris Militer Presiden, Mayjen. Tjokropranolo, di hadapan peserta Musyawarah Nasional Pepabri di Cipayung, Jawa Barat, hari ini.
Selasa, 19 April 1977
Hari ini Presiden Soeharto meresmikan Jembatan Sungai Siak di Riau. Jembatan tersebut dibangun dengan bantuan biaya sebesar Rp1,2 milyar dari perusahaan minyak PT Caltex Pacific Indonesia. Pada persemian ini terlihat Presiden Soeharto didampingi oleh Gubernur Riau Arifin Achmad dan Julius Tahija dari PT Caltex Pacific Indonesia. Peresmian ditandai dengan acara penandatanganan prasasti dan penekanan tombol oleh Presiden Soeharto. Dalam amanatnya Kepala Negara antara lain mengharapkan adanya rasa solidaritas dari para pengusaha dan penanam modal asing terhadap usaha pembangunan bangsa Indonesia dan agar mereka dengan semangat itu secara sukarela dan penuh kesadaran turut serta pula dalam mensukseskannya. Demikian dikemukakan Presiden Soeharto. Setelah persemian ini Presiden Soeharto beserta rombongan kembali ke Jakarta.
Kamis, 19 April 1979
Pukul 09.30 pagi ini, Presiden dan Ibu Soeharto meninjau dan meresmikan Jalan Toll Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) antara Citeurep-Bogor sepanjang 16 kilometer. Peresmian ruas jalan yang menghubungkan Bogor dengan Jakarta melalui Citeurep itu berlangsung di Gerbang Toll Bogor, dan ditandai dengan penekanan tombol oleh Presiden, yang disertai pelepasan balon.
Satu jam kemudian dilakukan peresmian Gerbang Toll TMII. Acar ini ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ibu Soeharto.
Sabtu, 19 April 1980
Presiden Soeharto menyatakan keyakinannya bahwa negara-negara Asia-Afrika dengan solidaritas yang sama kuatnya dapat bersatu untuk keberhasilan pembangunan masyarakatnya di masa mendatang. Kepala Negara mengemukakan hal ini dalam pidato balasannya ketika menerima surat kepercayaan Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Sayed Ibrahim Taha Ayoub, di Istana Merdeka pagi ini.
Lebih lanjut dikatakan oleh Presiden Soeharto bahwa dalam kerjasama ekonomi dan sosial untuk pembangunan, sangat penting adanya kerjasama antara negara-negara Asia-Afrika dan dengan negara-negara sedang membangun pada umumnya. Dalam hubungan ini, Presiden Soeharto menyatakan keyakinannya bahwa Sudan dan Indonesia dapat bekerjasama lebih erat untuk memajukan rakyat masing-masing dan ikut mewujudkan kesejahteraan dan perdamaian dunia.
Juga hari ini, Presiden Soeharto telah menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Trinidad dan Tobago untuk Indonesia, Nathan Hazel. Dalam pidato balasannya Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa penugasan Duta Besar Nathan Hazel di Indonesia akan membina saling pengertian antara kedua negara dan bangsa yang nantinya akan dapat mengarah pada peningkatan kerjasama, baik di bidang ekonomi, politik maupun sosial budaya. Dikatakannya juga bahwa dunia yang lebih aman, damai, adil dan makmur merupakan tujuan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Demikian antara lain sambutan Presiden.
Minggu, 19 April 1981
Hari ini di Kebumen, Bupati Kebumen telah menyerahkan 80 ekor sapi bantuan Presiden untuk desa Seling dan Baloro, kecamatan Sadang. Kedua desa ini mempunyai prospek untuk mengembangkan populasi ternak, oleh karena itu mendapatkan bantuan dari Presiden.
Kamis, 19 April 1984
Lebih kurang 175 peserta Rapim ABRI 1984 diterima Presiden Soeharto di Istana Negara pada jam 09.00 pagi ini. Dalam laporan kepada Presiden, Panglima ABRI Jenderal LB Murdani menjelaskan tentang hasil yang dicapai oleh Rapim ABRI tahun ini, yaitu mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program kerja 1983/1984, merumuskan rencana strategis Hankam III, dan mengadakan evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan yang masih dihadapi ABRI serta upaya-upaya penanggulangannya.
Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa pikiran dan langkah-langkah ABRI tidak boleh hanya menjangkau jangka dekat saja, melainkan harus menjangkau segi-segi pembangunan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya dan sekaligus menjangkau masa depan yang berjangka panjang. Menurut Presiden, hal itu lebih lebih mutlak, karena kita telah bertekad untuk melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Ini berarti bahwa peranan ABRI terutama harus ikut mendorong, menjamin dan mengamankan pelaksanaan pembangunan.
Dikemukakan lebih jauh oleh Kepala Negara bahwa dari sekarang dapat kita perkirakan betapa berat perjalanan yang akan kita tempuh. Dalam perjalanan itu, sama halnya dengan perjalanan bangsa kita di masa lampau, ABRI pun diharapkan dapat mengemban tugas sejarahnya dengan berhasil. ABRI bukan hanya harus menyiapkan diri sebagai kekuatan pertahanan keamanan yang tangguh dalam situasi masa depan itu, melainkan juga menjadi kekuatan sosial politik dalam masyarakat indonesia yang lebih maju dan modern dari sekarang. Demikian antara lain dikatakan oleh Presiden.
Minggu, 19 April 1987
Malius HB, seorang penduduk Solok, Sumatera Barat, hari ini mengatakan bahwa Presiden Soeharto telah ikut menyelamatkan anaknya dari penyakit yang telah dideritanya selama tiga tahun. Karena ia sendiri tidak mampu membiayai pengobatan anaknya yang bernama Andi itu, maka ia memberanikan diri mengirim surat kepada Presiden untuk memohon bantuan. Permohonannya dikabulkan oleh Kepala Negara dan ia serta Andi disuruh datang ke Jakarta. Andi kemudian dioperasi di Rumah Sakit Harapan Kita. Mereka anak beranak sangat terharu ketika mengetahui bahwa keseluruh biaya yang sebesar Rp12,5 juta itu telah dibayarkan oleh keluarga Presiden Soeharto.
Selasa, 19 April 1988
Pukul 10.30 pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Energi AS, John S Herrington, di Bina Graha. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita itu, Menteri Herrington telah mengemukakan minat Pemerintah AS untuk mengembangkan investasi di bidang diversfikasi energi di Indonesia. Dalam hubungan ini diharapkannya adanya kerjasama antara RI dan AS dalam bidang riset pengembangan diversifikasi energi.
Penyusun Intarti, S.pd