Senin, 8 Maret 1971
Presiden Soeharto menyampaikan amanat tertulis pada rapat kerja Departemen penerangan hari ini di Jakarta. pada kesempatan itu secara mendasar presien telah mengarahkan peranan Departemen penerangan pada umumnya, dan khususnya peranan para juru penerang dalam masa pembangunan ini. Presiden mengatakan bahwa dalam negara yang menganut demokrasi seperti Indonesia, tugas penerangan jauh lebih berat bila dibandingkan dengan negara-negara totaliter. Dalam kaitan dengan perbandingan tersebut, dikatakan noleh Presiden Soeharto bahwa penerangan dipaksakan seperti pada masa Orde Lama. Penerangan di masa Orde Baru adalah memberi penjelasan kepada masyarakat, menguasai masalah-masalah yang kita hadapi bersama, menggugah perhatian masyarakat untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah-masalah itu serta menggerahkan kegiatan masyaraktt untuk meaaksanakan program-program bersama.
Kamis, 8 Maret 1973
Presiden Soeharto dan Menteri Perdagangan, Prof, Sumitro Djojohadikusumo, di Istana Merdeka hari ini membahas langkah-langkah untuk mengamankan perdagangan luar negeri Indonesia dari dampak krisis moneter internasional.
Jum,at 8 Maret 1974
Bertempat di Istana Merdeka ,pukul 09.00 pagi ini, selama dua jam, kepala Negara menerima 238 peserta Rapim ABRI 1974. Dalam amanatnya , Presiden menekankan pada beberapa hal pokok yang berhubungan dengan masalah-masalah-masalah keamanan nasional pada umumnya dan dalam menghadapi pelaksanaan Repelita II. Sebagai latarbelakangnya masalah-masalah itu, pada awal pidatonya Kepala Negara telah berbicara mengenai sikap dasar dan wawasan hidup prajurit. Dikatakannya bahwa sikap dasar dan wawasan hidup prajurit ABRI adalah memandang dirinya sebagai kekuatan bangsa yang selalu mendukung cita-cita kemerdekaan nasional, bukan semata-mata sebagai alat negara. dan cita-cita kemerdekaan nasional, bukan semata-mata sebagai alat negara. dan cita-cita kemerdekaan nasional kita adalah masyarkat maju, makmur dan berkeadilan sosial yang berdasarkan Pancasila.
Pada akhir pidatonya, kepala Negara telah membekali para peserta Rapim ABRI itu dengan falsafah pengabdian kepada bangsa dan negara, yaitu Tridharma yang diajarkan oleh Sri Mangkunegara I. Pertama Rumangsa Handuweni, yaitu merasa ikut memiliki sesuatu yang menjadi milik atau kepentingan bangsa dan negara. kedua. Wajib melu hangrungkebi, yaitu tanggungjawab untuk mempertahankan milik bersama atau kepentingan umum, ketiga, mulat sasira hangrasa wani, yang berarti berani terus menerus meneliti diri sendiri seberapa jauh kita telah berbuat untuk mempertahankan milik dan mengabdikan diri pada kepentingan bersama.
Sabtu, 8 Maret 1975
Duta Besar Australia, Richard A Woolcon, hari ini menyerahkan surat kepercayaanya kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Ketika meyerahkan surat keperayaan itu ia mengatakan bahwa negerinya menghargai peranan penting yang telah dimaninkan Indonesia dalam memupuk kerjasama dan keamanan regional. Menurutnya Presiden Soeharto sendiri telah banyak berbuat untuk mengkonsolidasikan dan mengembangkan hubungan erat yang ada sekarang antara Australia dan Indonesia.
Dalam pidato balasannya , disamping menguraikan tentang pembangunan ekonomi yang kini sedang berlangsung di Indonesia, Presiden Soeharto mengatakan bahwa persahabatan, kerjasama, saling pengertian dan saling mempercayai antara negara-negara yang bertetangga di wilayah ini merupakan kebutuhan utama bagi kita masing-masing dan bersama-sama. Usaha stabilisasi di kawasan ini merupakan perjuangan kita bersama dan pengaruhnya yang positif akan melampaui batas-batas wilayah ini. Hal ini akan meratakan jalan menuju terwujudnya perdamaian dunia dan kesejateraan umat manusia. Demikian Presiden Soeharto
Pagi ini, usai menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Woolcoft, presiden Soeharto menerima pimpinan Angkatan Bersenjata Muangthai yang dipimpin oleh Jenderal Kris Sivara di Istana Merdeka . kepada pemimpin Angkatan Muangthai itu, kepala Negara mengatakan bahwa kerjasama antara negara-negara ASAEN perlu ditingkatkan dalam segala bidang. Akan tetapi saat ini Indoenesia dan Muangthai belum mampu mengadakan pertukaran peralatan, sehingga yang baru dilakukan barulah dalam bentuk saling mempelajari pengalaman masing-masing. Oleh sebab itu dianjurkannya agar diadakan latihan bersama antara angkatan bersenjata kedua negara, disamping meningkatkan kunjungan antara pejabat kedua negara.
Semangat demokrasi harus memancar dalam pelaksanaan pembangunan, karena pembangunan bangsa ini pada hakikatnya adalah pembangunan dari rakyat untuk rakyat. Demikian dikatakan oleh kepala Negara dalam sambutan tertulisnya upacara wisuda 131 sarjana lulusan Institut Ilmu Pemerintahan di Jakarta hari ini. Namun dalam sambutan yang dibacakan oleh Menteri Dalam Negeri Amirmachmud itu diingatkanya bahwa demokrasi harus mengenal disiplin dan tanggungjawab, karena tanpa kedua hal itu maka demokrasi hanyalah berarti kekacauan. Dan kekacauan itu sama sekali tidak memungkinkan pembangunan yang teratur,padahal tanpa pembangunan yang teratur, maka cita-cita bangsa tidak akan pernah terwujud.
Dalam hubungan ini presiden mempertanyakan bagaimana melaksanakan pembangunan demokrasi itu. Ia mengemukakan bahwa melaksanakan pembangunan demokrasi itu haruslah dengan mengembangkan pengabdian, keahlian, dan keterampilan berdasarkan falsafah Pancasila dan UUD 1945.
Senin, 8 Maret 1976
Kepala Negara, bertempat di Cendana pagi ini membahas berbagai masalah Menteri Dalam Negeri Amirmahmud. Masalah Konsultasi antar Agama. Pembentukan badan konsultasi ini diharapkan akan dapat diselesaikan dengan segera. Diantara masalah lain yang telah dibicarakan adalah penetuan waktu bagi pelaksanaan Pemilihan umum yang akan datang. Diputuskan bahwa pemilihan umum akan diselenggarakan dalam bulan Mei tahun depan, tetapi tanggal yang pasti belum ditetapkan. Masalah pemukiman kembali suku terkebelakang juga telah menarik minat Kepala Negara, sehingga dibahas pula dalam pertemuan itu.
Kamis, 8 Maret 1979
Jam 12 .00 siang ini, Presiden Soeharto menerima Wakil Presiden Adam Malik di Bina Graha. Dalam pertemuan yang berlangsung kurang dari setengah jam itu, presiden telah menjelaskan hasil-hasil pertemuanya dengan PM Malaysia, Husein Onn, di Yogyakarta. Tetapi sesuai sidang Adam Malik tidak bersedia memberikan keternagan mengenai apa yang dikatakan presiden kepadanya.
Sebelumnya,pada jam 11.00, presiden Soeharto, telah pula menerima Menteri Muda Urusan Pangan, Achmad Affandi. Dalam pertemuan ini Menteri Affandi disertai oleh juga tiga orang direktur jenderal, yaitu Direktur Jenderal Tanaman pangan (Departemen Pertaanian), Direktur Jenderal Moneter dalam Negeri ( Departemen Keuangan), Direktur Jenderal Perdagangan Negeri (Departemen Perdagangan). Selain itu hadir pula Direktur Utama Pusri, Hasan Kasim, Direktur Utama BRI, Hartono, dan Direktur Utama PT Pertani Wardayo.
Pada kesempatan itu presiden menginstruksikan Menteri Affandi untuk meningkatkan kontrol dalam mata rantai produksi pangan mulai dari pengadaan bibit, pupuk, dan kredit. Petunjuk Presiden ini dilatarbelakangi oleh adanya kegagalan didalam usaha peningkatn produksi pangan. Kegagalan itu disebabkan oleh lemahnya fungsi kontrol, sehingga terjadi pemupukan tunggakan kredit, misalnya.
Pada pukul 11.30 hari ini tampak pula menghadap kepala Negara, Gubernur Ben Mboi. Gubernur NTT ini NTT datang menghadap untuk menyampaikan laporan kepada presiden mengenai bencana banjir yang melanda daerah Larantuka di Flores Timur baru-baru ini. Sehubungan dengan itu. Kepala Negara telah menginstruksikan Menteri PU untuk segera menangani perbaikan jalan, jembatan dan pipa air minum yang rusak akibat banjir itu.
Sementara itu, pada pukul 10.30 pagi ini, selama satu jam Presiden Soeharto menerima 16 orang sarjana bekas mahasiswa penerima Beasiswa Supersemar dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Mereka antara lain didampingi oleh Rektor Unsri, Drs, Syafran Syaamsuddin, dan Aryo Darmako dari Yayasan Supersemar.
Dalam acara ramah tama itu, presiden telah memberikan pesan Kepala Negara. salah seorang dari mereka mengusulkan agar pemerintah memperbanyak asrama buat mahasiswa, karena hal itu selama ini dirasakan masih kurang sekali. Menanggapi usul tersebut, presiden mengatakan menurut kepala Negara, pemerintah akan memprbanyak gedung SD, karena sekarang ini penyediaan gedung SD lebih mendesak.
Kamis, 8 Maret 1984
Pukul 10.00 pagi ini, kepala Negara mengadakan ramah tamah dengan para peserta Rapat kerja Nasional MUI, bertempat di Istana Negara. lebih kurang 180 orang peserta rapat kerja menghadiri acara tersebut. Rapat kerja itu sendiri telah berlangsung pada tangal 3 sampai 7 Maret.
Dalam amanatnya kepala Negara mengajak para ulama dan pemuka prinsip kebebasan beragama dan kebebasan menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaanmasing-masing. Diingatkannya pula bahwa negara kita bukanlah negara agama, yaitu negara yang diatur menurut ajaran agama atau aliran agama tentu. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita mengabaikan kehidupan beragama bangsa kita.
Ditegaskannya bahwa negara bukan hanya menghormati, melainkan juga berusaha menyemarakan kehidupan beragama, tanpa mencampuri kemandirian masing-masing agama dan umat beragama. Kita ingin semua agama di negara kita berkembang dengan baik. Tanpa ada pihak yang merasa dianakemaskan dan dianaktirikan. Demikian presiden.
Siang ini, di Istana Merdeka. Kepala Negara menerima pimpinan DPA. Selain Ketua DPA, M Panggabean, tampak pula Hadir dalam pertemuan tersebut para wakil Ketua DPA, yaitu Ali Murtopo, Sapardjo, Sunawar Sukowati, dan HJ Naro. Selain pimpinan, hadir pula sejumlah anggota, yaitu Alex Silas Onim, Piet Haryono, Ismangun, Muslim Tahe, Muhibuddin Djamin.
Pada kesempatan itu Presiden Soeharto antara lain menegaskan bahwa pemerintah bertekad untuk meningkatkan kesejateraan masyarakt dalam Repelita IV nanti. Dikatakannya pula bahwa dalam Pelita sebelumnya masih dirasakan adanya ketimpangan-ketimpangan, dan ketimpangan-ketimpangan itu harus dihilangkan secara bertahap.
Jum,at 8 Maret 1985
Walikota Bandar Lampung, Drs H Zulkar nian Subing, hari ini menyerahkan bantuan presiden untuk pembangunan Masjid Taqwa Kapolresta. Tanjung Karang. Bantuan sebesar Rp 6 Juta itu diterima Kepala Polisi resort Kota Bandar Lampung, Letkol, Drs Agus Salim Djamil.
Rabu, 8 Maret 1989
Presiden Soeharto bersama sejumlah menteri kabinet pembangunan V siang ini menyaksikan upacara Panca Walikrama yang dilangsungkan di Pura Besakih, 85 kilometer disebelah timur laut. Denpasar, kepala Negara, para menteri, sejumlah undangan lainnya yang tidak mengikuti upacara keagamaan itu menyaksikan jalannya upacara dari sebuah bangunan yang terletak di halaman depan kompleks pura terbesar di Bali itu. Sebelum menyaksikan puncak upacara keagamaan, kepada presiden dan rombongan disuguhi dua tarian adat.
Kamis, 8 Maret ,1990
Hari ini presiden Soeharto mengirim kawat ucapan selamat kepada Nelson Mandela sehubungan denga pembebasanya tanpa syarat oleh Rejim Pretoria. Selain menyampaikan salam dan rasa bahagia pemerintah dan seluruh rakyat indonesia atas pembebasannya, kepala Negara juga menyatakan kekagumannya dan secara konstisten memberikan dukungan terhadap perjuangan yang adil dari ANC dan mayoritas penduduk Afrika selatan yang berkulit hitam untuk mendapat kebebasan penuh dari kolonial dan penindasan ras.
Senin, 8 Maret 1993
Secara bergantian hari ini Presdien Soeharto menerima fraksi-fraksi. Golongan Karya, ABRI, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, dan Utusan daerah bertempat di Cendana kedatangan fraksi-fraksi tersebut dalam rangka pencalonanya sebagai presiden RI masa bakti mendatang. Pada kesempatan itu ia mengatakan tidak bakti menjadi presiden, tetapi kalau rakyat menghendaki, ia menerima jabatan itu.
Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.