Senin, 21 Maret 1966
Parkindo menyatakan bahwa Supersemar merupakan suatu produk yang politis revolusioner-historis. Selanjutnya dikatakan, Presiden Soekarno selaku pemberi perintah senantiasa harus mendapat laporan pelaksanaan dari penerima perintah, yang dalam hal ini menpangad Letjen Soeharto.
Letjen. Soeharto , seusai berkonsultasi dengan Bamunas, mengeluarkan Pengumuman No.2 yang menyerukan agar harga-harga diturunkan secara serentak Sementara itu itu beberapa pengusaha telah membentuk suatu badan yang disebut kesatuan Aksi Murah Sandang –Pangan Indonesia (KAMSPI), yang berusaha ikut menurunkan harga, terutama bahan pangan dan sandang di pasaran bebas, agar terjangkau oleh daya beli rakyat. Usaha ini sesuai dengan tuntutan Ampera.
Indonesia mengambilalih perusahaan-perusahaan minyak asing, Menteri Minyak dan Gas Bumi, Mayjen Ibnu Sutowo, menyatakan bahwa tindakan Indonesia mengambilalih perusahaan minyak asing akan mengetuk hati rakyat dan pemerintah di negara-negara Asia- Afrika yang menghasilkan minyak, sehingga tindakan itu akan diikuti oleh negara-negara tersebut.
Kamis, 21 Maret 1968
Pejabat Presiden hari ini menyampaikan laporan pertanggungjawab kepada Sidang Umum V MPRS. Tanggapan yang diberikan oleh beberapa tokoh partai politik (anggota MPRS) tentang isi laporan tersebut pada umumnya adalah sama, sebab semuanya mengatakan menyambut dengan baik.
Sabtu, 21 Maret 1970
Setelah mengikuti berbagai acara yang padat pada siang hari, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan jamuan makanmalam di Grand Palace untuk menghormati raja dan ratu Bangkok untuk beramah tamah dengan masyarakat Indonesia di sana.
Berbagai kalangan masyarakat Islam di Indonesia, presiden Soeharto yang telah mengizinkan kapal Gambela memulangkan jemaah haji indonesia dari Penang, malaysia. DPP Pemuda Islam misalnya, menyatakan bahwa kebijaksanaan itu mencerminkan kebesaran jiwa Presiden Soeharto sebagai Bapak Rakyat Indonesia,
Selasa, 21 Maret 1972
Di Bina Graha hari ini Presiden Soeharto menerima Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kim Yong-Shok. Pada kesempatan itu keduanya membahas usaha peningkatan kerjasama antara kedua negara di bidang perdagangan, termasuk penanaman modal. Presiden menyambut baik kerjasama di bidang ekonomi, karena bidang ini mempunyai pengaruh dalam rangka ketahanan nasional.
Dengan surat keputusan No. 21 tahun 1972 yang dikeluarkan hari ini, Presiden Soeharto mensahkan persetujuan antara pemerintah RI dengan Muangthai tentang garis batas landas kontinen antara kedua negara. Garis batas landas ini terletak di bagian utara Selat Malaka serta Laut Andaman, dan merupakan persetujuan yang dicapai kedua pemerintah pada tanggal 17 Desember 1971. Batas –batas landas kontinen di bagian utara Selat Malaka dal Laut Andaman adalah garis klurus ditarik dari suatu titik yang kordinatnya adalah 6,21’8” LU, 97”54’0” BT menuju ke arah barat ke suatu titik yang kordinatnya 7’5’8” LU, 96’36’5” BT.
Selasa, 21 Maret 1978
Jenderal TNI (Purn) Soeharto hari ini menyatakan kesediaanya untuk dicalonkan kembali sebagai Presiden republik Indonesia untuk masa jabatan lima tahun mendatang. Hal ini dikatakannya kepada Pimpinan MPR yang menemuinya di Istana merdeka. Selanjutnya kepada pimpinan MPR ia juga mengatakan sanggup bekerja sama dengan calon wakil Presiden Adam Malik.
Sementara itu Adam Malik menjelaskan bahwa pada Pelantikan presiden nanti ia sendiri masih ikut melantik dalam kedudukannya sebagai Ketua MPR/ DPR, kedudukannya ini secara otomatis akan gugur pada saat ia dilantik sebagai Wakil Presiden. Secara lisan ia telah mengajukan permohonan untuk berhenti sebagai Ketua majelis dan secara tertulis akan disusulkan kemudian.
Rabu, 21 Maret 1979
Sidang kabinet terbatas bidang polkam berlangsung pagi inin di Bina Graha. Sidang yan dipimpin oleh Presiden Soeharto itu telah membahas masalah keamanan nasional tahun ini dan kondisi sosial ekonomi setelah dikeluarkannya Kebijaksanaan 15 November tahun lalu oleh Pemerintah. Disimpulkan oleh sidang bahwa keamanan dalam tahun ini adalah lebih daripada tahun sebelumnya. Hal ini antara lain berkat usaha-usaha yang dilakukan Menhamkam/pangad dan seluruh aparat penanggungjawab keamanan yang dipimpinnya dalam melaksanakan konsep “ manunggalnya ABRI dengan rakyat “, didalam tangggungjawab keamanan nasional. Demikian dikatakan oleh Menteri penerangan Ali Murtopo seusai sidang siang ini.
Sabtu, 21 Maret 1981
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Harun Zain, bersama Sekretaris Jenderal Urip Widodo menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Mereka datang untuk memberikan laporan kepada Kepala Negara mengenai masalah perburuhan di Jakarta., terutama yang berkaitan dengan masalah brurh/karyawan Kasino, yang menurut peraturan harus ditutup.Sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto menghimbau agar pengusaha kasino memberikan pesangon yang wajar kepada karyawannya, sehingga masalah dapat diselesaikan. Menurut Presiden pemberian pesangon itu adalah wajar , mengingat pengusaha-pengusaha kasino telah memperoleh keuntungan selama ini. Tetapi Kepala Negara juga menghimbau para buruh/karyawan agar tidak menuntut secara berlebihan.
Sabtu, 21 Maret 1981
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Harun Zain, bersama Sekretaris Jenderal Urip Widodo menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini. Mereka datang untuk memberikan laporan kepada Kepala Negara mengenai masalah perburuhan di Jakarta., terutama yang berkaitan dengan masalah brurh/karyawan Kasino, yang menurut peraturan harus ditutup.Sehubungan dengan itu, Presiden Soeharto menghimbau agar pengusaha kasino memberikan pesangon yang wajar kepada karyawannya, sehingga masalah dapat diselesaikan. Menurut Presiden pemberian pesangon itu adalah wajar , mengingat pengusaha-pengusaha kasino telah memperoleh keuntungan selama ini. Tetapi Kepala Negara juga menghimbau para buruh/karyawan agar tidak menuntut secara berlebihan.
Kamis, 21 Maret 1985
Presiden Soeharto pagi ini di bina Graha menerima Edward L Hennesey Jr, ketua Dewan Komisaris Allied AR Ramly, yang disertai beberapa orang pejabat terasnya, dan didampingi AR Ramly, Direktur Utama Pertamina. Seusai Pertemuan. Ia menjelaskan mendorong perusahaan asing untuk ikut serta dalam pembangunan sumber alam, teknologi maju dan perkembangan kesempatan bagi warga negara Indonesia. Lebih jauh dikatakannya bahwa presiden merasa sangat puas dengan adanya kerjasama antara Allied Corporation dan Pertamina.
Ditempat yang sama, pagi ini Presiden Soeharto juga menerima Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin, Panglima Jenderal ABRI LB Murdani, dan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, JE Habibie. Dalam pertemuan itu Presiden menginstruksikan kepada Pangab/Pangkopkamtib untuk mengamankan pelaksanaan kebijaksanaan baru pemerintah di bidang kepelabuhan yang akan diumumkan dalam waktu dekat ini.
Menteri Perhubungan mengatakan bahwa adanya kebijaksanaan baru pemerintah itu mempengaruhi organisasi yang selama ini memanfaatkan kelemahan dari kebijaksanaan sebelumnya. Menteri juga mengharapkan agar kebijaksanaan yang baru tersebu dapat pula dilaksanakan di Pelabuhan-pelabuhan udara.
Sementara itu, hari ini Presiden telah memerintahkan BKPM agar berusaha membantu mencciptakan iklim penanaman modal yang lebih cerah denan meningkatkan efesiensi kerja Badan itu, termasuk melancarkan perijinan dan palayanan bagi infestor. Instruksi ini disampaikan Presiden Soeharto kepada Ginanjar Kartasasmita, selaku pejabat Semetara Ketua BKPM, dalam pertemuan yang berlangsung siang ini di Bina Graha. Hadir pula dalam pertemuan itu, Menteri/Sekertaris negara, Sudarmono, SH.
Jumat, 21 Maret 1986
Presiden Soeharto dan Ibu Tien pagi ini melepas keberangkatan PM David Lange dan Nyonya Naomi yang mengakhiri kunjungan resmi lima harinya di Indonesia. Kedua tamu negara itu dilepas dengan upacara kebesaran militer di halaman Istana Merdeka, karena mereka akan meninggalkan Jakarta dengan pesawat komersial, melalui bandar udara Soekarno-Hatta. Usai upacara, Presiden dan Ibu Soeharto mengantarkan kedua tamu mereka sampai ditangga Pesawat.
Sabtu, 21 Maret 1987
Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri peresmian pemugaran masjid agung Demak di Demak, Jawa Tengah. Pada kesempatan itu, kepala Negara mengajak masyarakat yang hadir dalam upacara tersebut untuk bersyukur dengan diresmikannya pemugaran masjid Demak yang mempunyai banyak arti bagi bangsa indonesia. Karena masjid ini sekaligus mencermikan corak kepribadian dan keagamaan. Masjid ini juga tetap megah berdiri setelah dibangun 500 tahu yang lalu sebagai salah satu cagar budaya yang memiliki nilai historis dan arkeologis yang penting. Dijelakan oleh Presiden bahwa bangunan Masjid Demak ini mempunyai nilai arsitektur trdisional yang mencermikan ciri khas masjid-masjid kuno di Indonesia. Malahan menurut para ahli, bangunan ini juga merupakan bangunan islam dengan arsitektur penting baik di asia tenggara khususnya maupun di dunia islam pada umumnya. Karena itu masjid ini merupakan monumen islam tertua yang masih ada sebagai warisan sejarah dalam pengembangan agama islam di tanah air.
Senin, 21 Maret 1988
Di Istana Merdeka, tepat ada pukul 19.30 malam ini, Presiden Soeharto mengumumkan susunan lengkap Kabinet Pembangunan V. kabinet tersebut terdiri atas 38 menteri dan tiga pejabat setingkat menteri negara yang memimpin departemen, tiga menteri negaa sebagai menteri koordinator, delapan menteri negara yang menangani bidang tertentu, enam menteri negara dengan sebutan menteri muda, dan tiga pejabat setingkat menteri. dari personalita-personalita tersebut, 22 orang diantaranya merupakan wajah-wajah baru.
didalam pidato pengantarnya, presiden Soeharto telah menjelaskan tentang tugas pokok dan sasaran (panca Krida) kabinet pembangunan V sebagai berikut; Pertama, melanjutkan, meningkatkan, memperdalam dan memperluas pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasia yang bertumpu ada trilogi pembangunan dan ketahanan nasional. Kedua, meningkatkan disiplin nasional yang di pelopori oleh aparatur negara menuju terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Ketiga, membudayakan ideologi pancasila, demokrasi pancasila dan P4 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. keempat, melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional. kelima, melaksanakan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, dan rahasia dalam tahun 1992.
pada kesempatan itu Kepala Negara juga mengatakan bahwa susunan personalia dan organisasi kabinet baru itu mencerminkan kesinambungan, penyegaran, dan pengkaderan. selain itu Presiden juga memberi penjelasan tentang tugas yang dilimpahkan kepada Wakil Presiden Sudharmono. dalam hubungan ini, wakil presiden diberi tugas untuk mengadakan koordinasi dalam perencanaan pengawasan dan pelaksanaan pengawasan.
Ditegaskan oleh presiden bahwa pengawasan ini harus makin ditingkatkan dalam Repelita V, baik pengawasan dari dalam maupun dari luar, pengawasan dari dalam dilakukan oleh Menko Ekuin/ Pengawasan pembangunan, BPK,BPKP, para inspektur jendral dan inspektur di departemen-departemen, serta pejabat-pejabat pengawasan di kantor para menteri dan lembagapemerintah non-departemen.Selain itu, untuk berfungsinya pengawasan dari luar, kantor wakil presiden akan menampung segala informasi dari masyarakat luas dan selanjutnya akan mengelola serta menggunakannya sebagai bahan untuk yang diperlukan.
susunan lengkap personalia Kabinet Pembangunan V dapat dilihat didalam Lampiran.
Selasa, 21 Maret 1989
Pagi ini Presiden Soeharto meresmikan 192 pabrik tekstil dan produk tekstil di kawasan Brikat Nusantara, Cakung, Jakarta Utara. Pabrik-pabrik tersebut tersear di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan Riau.
Memberikan sambutan pada acara tersebut, kepala negara mengatakan bahwa kemajuan-kemajuan yang kita capai di bidang industri tekstil ini memang sangat mengambirakan. Industri tekstil kita ternyata dapat terus berkembang secara meyakinkan, kendati menghadapi berbagai hambatan dan tantangan yang tidak ringan. Menurut kepala negara, dengan dibangunnya industri hulu yang menghasilkan bahan baku untuk serat sintetis poliester dan rayon maka struktur industri kecil nasional kita makin kuat lagi.
Rabu, 21 Maret 1990
Presiden dan Ibu Soeharto hari ini melakukan kunjungan kerja sehari di Kalimantan Timur dalam rangka peresmian kilang pencairan gas bumi Train E di Bontang. Proyek yang mampu menghasilkan 2,3 juta ton LNG dan 104 ribu ton LPG/tahun ini dibiayai dengan dari sumber-sumber di jepang dan AS. Sebagian dari produksi LNG, yaitu sebanyak 1,5juta ton/tahun diekspor ke Taiwan dengan masa kontrak selama 20 tahun. Setelah acara peresmian, kepala negara dan ibu soeharto meninjau pusat pengendalian operasi Train E, dan selanjutnya menuju drmaga 1 untuk melepas ekspor perdanan LNG ke Taiwan. Dalam amanatny, Presiden antara lain mengatakan bahwa dimasa depan masalah energi akan menjadi lebih peka, karena makin ketatnya keseimbangan antara kebutuhan dan penyediaan. Karena itu kita perlu mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengelola gas bumi sebagai sumber kekayaan yang amat berharga. Untuk itu pemerintah menggariskan beberapa pokok kebijaksanaan pengolahan gas bumi.
Pertama, mengingat kebutuhan energi dalam negeri yang makin meningkat, maka kita harus mencadangkan gas bumi kita untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sejauh mungkin kedepan. Untuk itu sumber-sumber gas bumi yang berada di sekitar pusat-pusat konsumsi seperti Pulau Jawa, sebaiknya dicadangkan untuk kebutuhan dalam negeri.
kedua, gas alam dalam rangka dipersifikasi energi perlu terus dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Salah satu yang harus menjadi sasaran adalah mengkonversikan gas menjadi BBM.
Ketiga, kita juga harus mendorong ditemukannya cadangan-cadangan gas bumi yang baru, disamping cadangan-cadangan minyak bumi lama, karena cadangan gas yang ada masih kurang mencukupi untuk kebutuhan jangka panjang. Keempat, dalam pembangunan berbagai proyek untuk memanfaatkan gas bumi, kita harus mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri. khususnya dalam membangun kilang-kilang LNG selanjutnya, kita harus sudah menggunakan kemampuan nasional utuk membangunnya. Tetapi hal itu tidak berarti kita tidak boleh memanfaatkan teknologi dan peralatan dari luar yang belum kita kuasai sepenuhnya atau belum mamu kita buat sendiri.
Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.