Kamis, 10 Maret 1966
Ratusan demonstran yang terdiri atas mahasiswa dan pelajar berhsil memasuki gedung Konsulat RRC di Jakarta, yang terletak di jaan Kramat raya, pagi ini. Kemudian para demonstran menduduki gedung kebdayaan RCC yang terletak di Jalan Cilosari, Cikini. Kemarin perwakilan –kantor berita xinhua, yang terletak di Jalan Tanah Abang Bukit, telah lebih dahulu mengalami nasib yang sama.
Pimpinan partai politik berkumpul di Istana Merdeka untuk memenuhi panggilan presiden Soekarno. Tampak hadir antara lain pimpinan TNI, Partindo, Perti, PSII, Parkindo, Partai katolik, NU, IPKI, dan Ormas Muhamadiyah. Dalam pertemuan tersebut presiden Soekarno meminta ketegasan pimpinan partai politk mengenai hal itu, meskipun pertemuan sudah berlangsung selama beberapa jam, sehingga presiden Soekarno meninggalkan pertemuan tersebut.
Kemudian waperdam I. Dr. Subandrio meminta pimpinan parti politik untuk menandatangani suatu pernyataan yang mengutuk aksi-aksi para mahasiswa sebagai kontra-revolusi dan dirunggangi Nekolim Pimpinan PNI dan Partindo secara sukarela menandatangani pernyataan tersebut sedangkan yang lainya menadatanganinya setelah diancam oleh dr Subandrio.
Kemudian waperdam I. Dr. Subandrio meminta pimpinan parti politik untuk menandatangani suatu pernyataan yang mengutuk aksi-aksi para mahasiswa sebagai kontra-revolusi dan dirunggangi Nekolim Pimpinan PNI dan Partindo secara sukarela menandatangani pernyataan tersebut sedangkan yang lainya menadatanganinya setelah diancam oleh dr Subandrio.
Malam ini RRI menyiarkan pernyataan partai politik itu secara lengkap;
- Tidak dapat membenarkan acara-acara yang dipergunakan mahasiswa, pelajar, dan pemuda yang akibatnya langsung maupun tidak langsung membahayakan jalannya revolusi Indonesia ;
- Menyadari keadaan gawat dan adanya aktivitas-aktivitas sibversi dari pihakm Nekolim;
- berketetapan hati dan bertekad bulat untuk melaksanakan tanpa reserve perintah harian Paduka yang Mulia presiden/ Mandatris MPRS/ Pangti ABRI/PBR Bung Karno tanggal 8 maret 1966.
Senin, 10 Maret 1969
Pukul 10.00 pagi ini bertempat di Istana Merdeka Inspektur Upacara menerima Pimpinan GPEI. Mereka datang untuk melaporkan hasil-hasil konferensi GPEI yang ke-5 , disamping menyampaikan kebulatan tekad seluruh eksportir untuk menykseskan target ekspor yang ditentukan dalam Repelita.pada kesempatan ini presiden memberi petunjuk-petunjuk kepada GPEI untuk meningkatkan ekspor dan memelihara kesinambungan serta kelancaran eskpor.
Jum,at 10 Maret 1972
Jum,at 10 Maret 1972
Presiden Soeharto di Bina Graha hari ini menyerahkan uang sebesar Rp 25 juta kepada Gubernur DKI Ali sadikin sebagai bantuan tahap pertama dari jumlah Rp 300 juta bantuan yang dijanjikan pemerrintah untuk pembangunan student Centre di jakart. Menurut presiden, pembangunan student centre akan menelan biaya Rp 1,6 miliar, termasuk Rp 700 juta untuk tanahnya. Sedangkan biaya pembangunanya , yaitu sebesar Rp 900 juta dianjurkan agar dipikul secara gotong royong oleh pemerintah pusat, swasta, dan pemerintah daerah. Pembangunan studen Centre Jakarta ini merupakan saah satu dari beberapa pusat kegiatan yang akan membangun pemerintah di seluruh Indonesia. Menurut presiden, sebagai taraf pertama diperlukan Rp 200 juta untuk pembangunan fasilits universitas, termasuk asrama mahasiswa, di beberapa daerah tingkat 1. Dana ini akan diambil dari 1 % sumbangan ADO kepada daerah-daerah. Pemberian bantuan ini merupakan tindak Lanjut dari Inpres No. 14 tahun 1972 yang dikeluarkan dalam sidang kabinet paripurn tanggal 7 maret yang lalu.
Sementara itu, pagi ini di Bina Graha presiden Soeharto telah menerima kunjungan kehormatan Menteri Negara Urusan Luar Negeri Prancis, Jean de Lipkososky. Dalam pertemuan itu kedua pemimpin telah membahas maslah bilateral dan internasional. Kepada Menteri de Lipkososky, presiden mengatakan bahwa konsepsi ketahanan nasional yang dianut Indonesia tidak mengandalkan kekuatan militer saja, melainkan juga politik, ekonomi, dan budaya. Masalah internasional yang dibahas adalah tentang pandangan Indonesia mengenai hal ini,,presiden mengatakan bahwa indonesia masih mempelajari lebih jauh Komunike bersama AS dan RRC itu.
Sabtu, 10 Maret 1973
Sabtu, 10 Maret 1973
Di Jakarta hari ini presiden Soeharto meresmikan jaringan microwave Jakarta-Denpasar. Jaringan microwave ini merupakan sarana telekomunikasi yang menghubungkan kota-kota dalam route tersebut,dengan titik terjauh Jakarta –Depansar sepanjang 1.300km. Dalam peresmian tersebut, presiden telah mengadakan pembicaraan telepon dengan gubernur Jawa Barat , jawa tengah dan Bali.
Jenderal Soeharto tetap dicalonkan sebagai presiden RI oleh tri-fraksi Keluarga besar Golkar. Ini merupakan keputusan fraksi-fraksi Karya pembangunan, Utusan Daerah , dan ABRI , dalam rapat yang berlangsung kemarin dan hari ini di Istora Senayan, Jakarta . ketiga fraksi itu juga mencalonkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil presiden.
Hari ini partai persatuan Pembangunan mengeluarkan pernyataan pers bahwa partai itu akan mencalonkan jenderal Soeharto sebagai presiden RI dan sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil presiden dalam sidang umum MPR yang akan datang.
Jum,at 10 Maret 1978
Jum,at 10 Maret 1978
Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen PUTL, Rahmat Wiradisuria, dalam upacara penandatanganankredit an penyertaan modal pemerintah untuk perusahaan daerah air minum Palembang hari ini mengatakan bahwa presiden sudah menginstruksikan agar Departemen PUTL melakukan usaha-usaha air Minum dapat sampai kepada rakyat kecil di kota-kota. Beberapa kebijaksanaan baru telah dilakukan untuk melaksanakan hari ini. Sasarannya adalah agar perusahaan air minum pemerintah dapat melayani rakyat lebih banyak lagi sampai kepada rakyat kecil. Guna melaksanakan instruksi presiden ini pula maka telah diusahakan kredit dan pernyertaan modal pemerintah dalam perusahaan-perusahaan air minum, yang dilakukan untuk delapan kota, yakni; samarinda,jambi, Malang, Purwokerto, Banyuwangi, Bndung dan Palembang. Kota-kota ini akan segera disusul oleh jakarta dan Yogyakarta.
Sabtu, 10 Maret 1979
Sabtu, 10 Maret 1979
Walikota Jeddah, Sheik Mohammad said Hassan Farisi, menghadap presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Dalam pertemuan itu ia mengemukakan tawaran kerjasama antara kota yang dipimpinnya dengan Jakarta. presiden menanggapi tawaran itu secara positif. Menurut presiden, kedua kota itu dapat bekerjasama atas dasar komoditi ekspor dari Indoneisa.
Senin, 10 Maret 1980
Senin, 10 Maret 1980
Pukul 09,00 pagi ini, presiden Soeharto membuka rapat kerja para gubernur, bupati /walikota seluruh Indonesia di Balai Sidang, Jakarta. presiden Soeharto antara lain mengemukakan bahwa dalam pembangunan bidang politik, usaha kita untuk menumbuhkan demokrasi politik akan kita lanjutkan secara konsekuen. Dalam hubungan ini tidak perlu ada kekuatiran mengenai pelaksanaan pemilihan umum yang akan datang, sebab rakyat saat memilih wakil-wakilnya akan dijamin kebebasan dan kerahasiaanya, dan juga menjelaskaan baahwa pemerintaah dan segenap aaparatnya yang ditugaskan menyelenggarakan bahwa pemilihan umum bertekad dan wajib beritikad melaksanakan pemilihan umum dengan cara yang benar-benar langsung ,umum, bebas dan rahasia.
Khusus bagi semua para kepala daerah, Presiden Soeharto telah memberikan petunjuk untuk melaksanakan “Enam Sukses” yang telah disampaikan dalam rapat kerja sebelumnya. Petunjuk itu hendaknya tetap menjadi prioritas bagi semua kepala daerah, demikian pinta presiden.namun yang penting menurut presiden ialah agar dalam setiap tahap pembangunan kita ahrus dapat mencapai kemajuan dan sekaligus memberikan arah yang jelas dan makin memperkokoh stabilitas nasiional yang dinamis. Kita harus bekerja keras dan berusaha secara bertahap mencapai kemajuan sesuai dengan kemampuan kita. Oleh Karena itu diseruhkan agar pelaksanaan pembangunan dipacu semakin cepat, sebab harapan semua pihak mengenai hasil-hasil pembangunan telah memasuki dimensi-dimensi baru. Hasrat daan keinginan makin meratakan pembangunan yang mengarah dan mencerminkan suasana daan arti keadilan sosial yang makin mendesak.
Khusus bagi semua para kepala daerah, Presiden Soeharto telah memberikan petunjuk untuk melaksanakan “Enam Sukses” yang telah disampaikan dalam rapat kerja sebelumnya. Petunjuk itu hendaknya tetap menjadi prioritas bagi semua kepala daerah, demikian pinta presiden.namun yang penting menurut presiden ialah agar dalam setiap tahap pembangunan kita ahrus dapat mencapai kemajuan dan sekaligus memberikan arah yang jelas dan makin memperkokoh stabilitas nasiional yang dinamis. Kita harus bekerja keras dan berusaha secara bertahap mencapai kemajuan sesuai dengan kemampuan kita. Oleh Karena itu diseruhkan agar pelaksanaan pembangunan dipacu semakin cepat, sebab harapan semua pihak mengenai hasil-hasil pembangunan telah memasuki dimensi-dimensi baru. Hasrat daan keinginan makin meratakan pembangunan yang mengarah dan mencerminkan suasana daan arti keadilan sosial yang makin mendesak.
Ketika mengakhiri pidatonya, Kepala Negara menyerukan agar para kepala Daerah dan seluruh aparatnyaa selalu tangggap aakan perasaan dan keinginan rakyat. Tunjukan kepada bahwa segala usaha pemerintah adalah untuk membawa rakyat kepada kemajuan dan kesejateraan bersama yang makin terasa adil. Demikian antara laain pengarahan presiden.
Selasa, 10 Maret 1981
Selasa, 10 Maret 1981
Bertempat di Istana Merdeka, pagi ini secara berturut-turut Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Swedia , Nils Arne Lellki, dan Duta Besar Vietnam, Trinh Xuang Lang.
Menyambut pidato Duta Besar Swedia, kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia kini sedang membangun, sehingga perlu perluasan hubungan ekonomi dengan negara-negara lainnya. Dalam kerangka yang lebih besar Indonesia mengharapkan adanya pengertian dan peranan Swedia dalam usaha membangun tata ekonomi Dunia Baru yang akan dapat menjamin keadilan dan keselamatan semua negara dan bangsa di dunia. Ditambahkan pula presiden bahwa Indonesia dan Swedia sama-sama menganut politik luar negeri yang dalam garis besarnya searah, dimana Swedia, menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Menyambut pidato Duta Besar Swedia, kepala Negara mengatakan bahwa Indonesia kini sedang membangun, sehingga perlu perluasan hubungan ekonomi dengan negara-negara lainnya. Dalam kerangka yang lebih besar Indonesia mengharapkan adanya pengertian dan peranan Swedia dalam usaha membangun tata ekonomi Dunia Baru yang akan dapat menjamin keadilan dan keselamatan semua negara dan bangsa di dunia. Ditambahkan pula presiden bahwa Indonesia dan Swedia sama-sama menganut politik luar negeri yang dalam garis besarnya searah, dimana Swedia, menganut politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Sementara itu, kepada Duta Besar vietnam,presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia menghormati sistem politik dan sosial yang dianut bangsa lain. Hal tersebut sama besarnya dengan tekad untuk mempertahankan sistem sosial dan politik yang dianggap paling baik bagi bangsa indonesia itu sendiri. Selanjutnya Kepala Negara mengungkapkan keyakinanya bahwa dengan sikap menghormati kedaulatan dan tidak mencampuri urusan dalam negeri massing-masing, serta adanya kerjasama yang saling menguntungkan, maka kestabilan dan perdamaian kawasan dapat terbina, yang pada gilirannya sangat besar sumbangannya bagi perdamaian di dunia.
Rabu, 10 Maret 1982
Rabu, 10 Maret 1982
Bertempat di Istana Negara, pukul 10.00 pagi ini presiden Soeharto menerima para peserta Rapat Kerja Nasional MUI. Menyambut para alim ulama yang baru saja selesai mengikuti rapat kerja itu, Kepala Negara antara lain membantah adanya anggapan bahwa Pemerintah berusaha mendangkalkan keberagaman bangsa Indonesia. Dikatakannya bahwa kita bangga dengan keberagaman bangsa kita. Bahkan, menurut presiden, kita berkewajiban untuk terus berusaha memupuk semangat keagamaan kita itu,. Masing –masing umat beragama hendaknya terus meningkatkan usaha mereka untuk menyemarakan kehidupan beragama di tanah air. Namun satu hal yang perlu kita sadari selalu, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang majemuk. Oleh karena itu disamping kita berusaha memperdalam keberagaman kita sendiri, kita pun harus bersikap hormat dan menghargai keberagaman orang lain.
Kamis, 10 Maret 1983
Kamis, 10 Maret 1983
Sidang Umum MPR hari ini menerima dan mensahkan Ketetapan tentang Pengangkatan RI, yaitu Soeharto sebagai presiden RI untuk masa bakti 1983-1988. Keputusan untuk mengangkat kembali Jenderal (purn) Soeharto sebagai presiden itu merupakan suatu keputusan yang tercapai secara aklaamasi.
Sampai hari ini, sidang umum MPR telah berhsil menetapkan tujuh ketetapan dan satu keputusan. Salah satu dari Ketetaapan itu, yaitu Tap MPR No V/1983, menetapkan untuk mengukuhkan Jenderal (purn) Soeharto sebagai Bapak pembangunan nasional. Ketetapan yang lain, yaitu Tap MPR No IV/ 1983, menetapkan tentang Referendum, yang mengharuskan MPR untuk menanyakan kepada rakyat apabila MPR bermaksud menggunakan Pasal 37 UUD 1945.
Minggu, 10 Maret 1985
Minggu, 10 Maret 1985
Presiden Soeharto pagi ini menerima para gubernur seluruh Indoensia di tempat peternakan Tri-S Tapos, Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan itu, presiden menekankan kepada seluruh gubernur agar benar-benar memperhatikan perkembangan KUD di daerah mereka masing-masing. Apabila KUD benar-benar dapat berjalan dengan baik, akan bnyak sekali membantu para petani. Diharapkan juga presiden agar para gubernur selalu mendorong para petni untuk melakukan usaha sampingan, selin bercocok tanam.
Senin, 10 Maret 1986
Presiden Soeharto siang ini, bertempat di Bina Graha, membahas perkembangan moneter akhir-akhir ini bersama Menko Ekuin, Ali Wardhana, dan Gubernur Bank Indonesia. Arifin siregar. Usai pembahasan itu, Arifin Siregar menegaskan bahwa tidak terdapat alasan sama sekali bagi pemerintah untuk mengadakan devaluasi rupiah mengingat kurs tersebut cukup realitas. Selain itu, posisi devisa kita cukup kuat, karena cadangan devisa yang dikuasai pemerintah sekarang ini adalah sekitar U$$ 10,7 miliar , sebelum lagi dana cadangan (standby loan) pinjaman luar negeri sekitar U$$ 2,558 miliar.
Dikatakannya, semenjak dua tahun setengah yang lalu pemerintah sudah membuat perkiraan mengenai akibat menutunya hara minyak bumi. Berdasarkan itu pemerintah kemudan mengambil langkah pengamanan, antara lain melalui dana cadangan tersebut.
Kamis, 10 Maret 1988
Dikatakannya, semenjak dua tahun setengah yang lalu pemerintah sudah membuat perkiraan mengenai akibat menutunya hara minyak bumi. Berdasarkan itu pemerintah kemudan mengambil langkah pengamanan, antara lain melalui dana cadangan tersebut.
Kamis, 10 Maret 1988
Pukul 09.27 pagi ini, dalam sidang paripurna ke-10, MPR secara mufakat bulat memilih kembali Jenderal (Purn) Soeharto sebagai Presiden RI untuk masa bakti 1988-1993. Sebelumnyaa Jenderal (Purn) Soeharto telah memenuhi kelengkapan syarat administratif pencalonan , seperti surta keterangan kewarganegaraan, surat keterangan berkelakuan baik , dan sebagainya. Sidang paripurna ke-10 itu langsung dipimpin oleh ketua MPR, Kharis Suhud.
Sabtu, 10 Maret 1990
Sabtu, 10 Maret 1990
Pada jam 10,00 pagi ini, bertempat di Istana Negara Presiden Soeharto melantik Marskal Madya Siboen menjadi KSAU yang baru. Ia menggantikan Marsekal Oetomo yang telah selesai masa tugasnya. Pengangkatan KSAU Siboen adalah berdasarkan Surat keputusan Presiden No. 17/ABRI/1990.
Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.