Menteri Luar Negeri Muangthai, Thanat Khuman menyatakan keyakinannya bahwa konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia akan segera berakhir. Namun demikian diakuinya juga bahwa pidato Presiden Soekarno pada pelantikan Kabinet Ampera di Jakarta baru-baru ini telah menyebabkan kemunduran dalam usaha memulihkan hubungan antara kedua negara bertetangga yang sedang bertikai itu. Tetapi kemunduran itu hanya bersifat sementara. Dalam pada itu, kalangan pemerintah di Malaysia berpendapat bahwa pernyataan Presiden Soekarno tentang konfrontasi hanya sebagai tanda ketidak-sepakatannya terhadap orang kuat Indonesia, Jenderal Soeharto.
RABU, 1 AGUSTUS 1984
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Dalam sidang hari ini Presiden meminta para menteri terkait untuk memikirkan dan meneliti kemungkinan penghapusan program Bimbingan Massal (Bimas) tahun depan. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa pada saat ini program Bimas hanya mencapai 10% dari seluruh areal pertanian. Menurut Presiden keadaan ini membuktikan bahwa para petani sudah memiliki sarana produksi sendiri.
Selain itu Kepala Negara juga meminta agar para menteri dan inspektur jenderal melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke daerah-daerah seperti yang dilakukan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah. Akan tetapi diingatkannya agar hasil dari sidak tersebut ada tindak lanjutnya. Sehubungan dengan laporan Wakil Presiden mengenai sidak yang dilakukannya ke Sulawesi Selatan dan Aceh belum lama ini, Presiden meminta serahkan supaya hasil sidak itu segera diserahkan kepada para menteri bersangkutan untuk ditindak-lanjuti dalam rangka mengatasi masalah yang ada. Untuk itu Presiden mengingatkan pentingnya pengawasan sebagai unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Diantara laporan yang disampaikannya kepada Kepala Negara didalam sidang hari ini adalah laporan Menteri Pertanian tentang pelaksanaan "Hari Krida Pertanian" tahun ini. Laporan tersebut menilai bahwa temuwicara yang banyak diadakan dalam rangka memperingati hari itu, membuka kesempatan kepada petani dapat menyampaikan masalah-masalahg yang mereka hadapi.
Kepada Presiden juga dilaporkan mengenai keadaan moneter, antara lain jumlah uang yang beredar dalam bulan Juni yang lalu mencapai Rp.8.448 miliar. Sementara itu neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei ialah ekspor senilai US$1.557,9 juta dan impor sebesar US$1.450 juta, sehingga dalam bulan Mei Indonesia mendapat surplus sebesar US$107,8 juta.
Penyusun : Sari Puspita Ayu
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1 - 6
RABU, 1 AGUSTUS 1984
Pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Dalam sidang hari ini Presiden meminta para menteri terkait untuk memikirkan dan meneliti kemungkinan penghapusan program Bimbingan Massal (Bimas) tahun depan. Dikatakan oleh Kepala Negara bahwa pada saat ini program Bimas hanya mencapai 10% dari seluruh areal pertanian. Menurut Presiden keadaan ini membuktikan bahwa para petani sudah memiliki sarana produksi sendiri.
Selain itu Kepala Negara juga meminta agar para menteri dan inspektur jenderal melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke daerah-daerah seperti yang dilakukan oleh Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah. Akan tetapi diingatkannya agar hasil dari sidak tersebut ada tindak lanjutnya. Sehubungan dengan laporan Wakil Presiden mengenai sidak yang dilakukannya ke Sulawesi Selatan dan Aceh belum lama ini, Presiden meminta serahkan supaya hasil sidak itu segera diserahkan kepada para menteri bersangkutan untuk ditindak-lanjuti dalam rangka mengatasi masalah yang ada. Untuk itu Presiden mengingatkan pentingnya pengawasan sebagai unsur penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Diantara laporan yang disampaikannya kepada Kepala Negara didalam sidang hari ini adalah laporan Menteri Pertanian tentang pelaksanaan "Hari Krida Pertanian" tahun ini. Laporan tersebut menilai bahwa temuwicara yang banyak diadakan dalam rangka memperingati hari itu, membuka kesempatan kepada petani dapat menyampaikan masalah-masalahg yang mereka hadapi.
Kepada Presiden juga dilaporkan mengenai keadaan moneter, antara lain jumlah uang yang beredar dalam bulan Juni yang lalu mencapai Rp.8.448 miliar. Sementara itu neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei ialah ekspor senilai US$1.557,9 juta dan impor sebesar US$1.450 juta, sehingga dalam bulan Mei Indonesia mendapat surplus sebesar US$107,8 juta.
Penyusun : Sari Puspita Ayu
Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1 - 6