Rabu, 18 Juli 1973
Presiden dan Ibu Tien Soeharto meresmikan pabrik polypropilene yang dibangun oleh Pertamina di Plaju, Palembang. Dalam pidato sambutannya, Presiden menyerukan kepada masyarakat untuk menggunakan produksi dalam negeri. Diserukannya agar produsen tidak perlu malu-malu membubuhkan tulisan “buatan Indonesia” pada barang produksinya. Khusus kepada Pertamina Presiden mengharapkan agar pabrik Polypropilene itu dapat dijadikan suatu awal pembangunan dalam bidang industri petrokimia di tanah air ditegaskannya pula bahwa tersedianya bahan baku untuk industri di bumi kita sendiri dan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat akan mendorong kita untuk berusaha lebih keras lagi.
Senin,18 Juli 1977.
Negara-negara yang sedang membangun memerlukan teknologi yang dapat menciptakan teknik-teknik produksi yang optimal. Demikian dikemukakan Kepala Negara hari ini dalam sambutannya ketika membuka Konferensi Sela ke -3 Himpunan Ilmu Pengetahuan Pasifik di Depansar, bali. Selanjurtnya Presiden mengatakan bahwa" tidak ada gunanya kita menerapkan teknologi yang tinggi apabila jutaan rakyat menganggur, tanpa pekerjaan dan tanpa penghasilan, lebih-lebih tanpa hargadiri." Oleh Karena itu, dalam mengimpor teknologi modern dari negara maju, tidak perlu lengkap keseluruhan komponennya karena beberapa diantaranya dapat dan harus disediakan sendiri oleh bangsa yang bersangkutan . Demikian Presiden.
Rabu, 18Juli 1988.
Presiden Soeharto dan Presiden Marcos meneruskan pembicaraan tidak resmi mereka di Cavite pada jam 10.00 pagi ini. Pembicaraan berlangsung sampai menjelang presiden Soeharto terbang kembali ke Manila pada pukul 11.45. Sementara itu, kedua negarawan telah mengisi acara pagi mereka dengan bermain golf.
pukul 11.45 siang ini, Presiden Soeharto dan rombongan tiba kembali di Jakarta dari Manila. Tidak diperoleh sesuatu pernyataan mengenai hasil kunjungan tidak resmi di Filipina ataupun menyangkut pembicaraan yang dlakukannya dengan Presiden Marcos.
Negara-negara yang sedang membangun memerlukan teknologi yang dapat menciptakan teknik-teknik produksi yang optimal. Demikian dikemukakan Kepala Negara hari ini dalam sambutannya ketika membuka Konferensi Sela ke -3 Himpunan Ilmu Pengetahuan Pasifik di Depansar, bali. Selanjurtnya Presiden mengatakan bahwa" tidak ada gunanya kita menerapkan teknologi yang tinggi apabila jutaan rakyat menganggur, tanpa pekerjaan dan tanpa penghasilan, lebih-lebih tanpa hargadiri." Oleh Karena itu, dalam mengimpor teknologi modern dari negara maju, tidak perlu lengkap keseluruhan komponennya karena beberapa diantaranya dapat dan harus disediakan sendiri oleh bangsa yang bersangkutan . Demikian Presiden.
Rabu, 18Juli 1988.
Presiden Soeharto dan Presiden Marcos meneruskan pembicaraan tidak resmi mereka di Cavite pada jam 10.00 pagi ini. Pembicaraan berlangsung sampai menjelang presiden Soeharto terbang kembali ke Manila pada pukul 11.45. Sementara itu, kedua negarawan telah mengisi acara pagi mereka dengan bermain golf.
pukul 11.45 siang ini, Presiden Soeharto dan rombongan tiba kembali di Jakarta dari Manila. Tidak diperoleh sesuatu pernyataan mengenai hasil kunjungan tidak resmi di Filipina ataupun menyangkut pembicaraan yang dlakukannya dengan Presiden Marcos.
Jum’at, 18 Juli 1980.
Presiden Soeharto mengatakan bahwa hingga sekarang ini ia memahami kekurangan dan kebutuhan perguruan tinggi, namun pemenuhannya harus dilaksanaan secara bertahap. pesan kepalaNegara itu ini disampaikan oleh Zahid Husein, Kepala Biro Proyek-proyek Banpres pada Sekertariat Operasional Pembangunan, ketika atas nama Preiden ia menyerahkan tujuh buah kendaraan kepada universitas Samratulangi dan IKIP di Manado hari ini. Acara penyerahan itu berlangsung dipelataran parkir kantor Gubernur, dan diterima langsung oleh Rektor IKIP ,Prof. Worang, dengan disaksikan Gubernur Sulawesi Utara dan para pejabat setempat.
Senin,18 Juli 1983.
Menteri penerangan Harmoko menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Setelah menghadap,ia mengatakan bahwa Kepala Negara telah menegaskan kembali bahwa TVRI harus jalan terus tanpa iklan. Juga dikatakannya bahwa Pemerintah sama sekali tidak akan membuka saluran khusus yang dikelola swasta.
Rabu, 18 Juli 1984.
Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan, prof Dr JH Hutasoit menghadap Presiden Soeharto di Cendana pagi ini. Setelah menghadap ,ia mengatakan bahwa Kepala Negara telah menginstruksikan agar pemasukan sapi dari luar negeri lebih diperketat, dan sama sekali tidak mememperbolehkan impor sapi dari negara-negara Amerika Latin. Hal ini karena hasil penelitian yang dilakukan di Inggris memperlihatkan bahwa jenis penyakit mulut dan kuku sapi yang mrnyerang ternak di Indonesia hanya terdapat di Amerika Latin.
Kamis, 18 Juli 1985.
Presiden berpesan agar kesatuan dan persatuan organisasi OPEC ditingkatkan, serta berusaha mengadakan dialog dengan negara-negara produsen minyak non-OPEC untuk menciptakan tigkat harga minyak yang wajar.Pesan tersebut disampaikan kepala Negara kepada Direktur Utama Pertamina,AR Ramly, yang melaporkan persiapan delegasi RI dalam sidang OPEC tanggal 12 Juli mendatang di Jenewa.Pertemuan pagi ini dengan Kepala Negara juga dihadiri oleh Menteri Perindustrian Hartarto dan Sekertaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi, Anwar Nurhadi.
Sabtu,18 Juli 1987.
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto melantik 636 perwira remaja ABRI dalam suatu upacara di halaman Istana Merdeka Dalam upacara itu Kepala Negara menyematkan tanda pangkat kepada empat perwira lulusan terbaik, yaitu Letda. Muhammad Herindra (Angkatan Darat), Letda. Harjo Susworo(Angkatan Laut), Letda.Miarto (Angkatan Udara), dan Letda. M Tito Karnavian (Polri).
Dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang akan makin rampung peralihan generasi dalam jajaran ABRI.Proses peralihan generasi itu terjadi dalam semua kader-kader dan lapisan masyarakat kita.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa karena negara kita adalah negara kekeluargaan,karena tradisi kemanunggalan ABRI dan rakyat,maka pelantikan perwira-perwira remaja ABRI bukan hanya berarti bertambahnya pimpinan bangsa kita di masa datang.
Senin,18 Juli 1983.
Menteri penerangan Harmoko menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Setelah menghadap,ia mengatakan bahwa Kepala Negara telah menegaskan kembali bahwa TVRI harus jalan terus tanpa iklan. Juga dikatakannya bahwa Pemerintah sama sekali tidak akan membuka saluran khusus yang dikelola swasta.
Rabu, 18 Juli 1984.
Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan, prof Dr JH Hutasoit menghadap Presiden Soeharto di Cendana pagi ini. Setelah menghadap ,ia mengatakan bahwa Kepala Negara telah menginstruksikan agar pemasukan sapi dari luar negeri lebih diperketat, dan sama sekali tidak mememperbolehkan impor sapi dari negara-negara Amerika Latin. Hal ini karena hasil penelitian yang dilakukan di Inggris memperlihatkan bahwa jenis penyakit mulut dan kuku sapi yang mrnyerang ternak di Indonesia hanya terdapat di Amerika Latin.
Kamis, 18 Juli 1985.
Presiden berpesan agar kesatuan dan persatuan organisasi OPEC ditingkatkan, serta berusaha mengadakan dialog dengan negara-negara produsen minyak non-OPEC untuk menciptakan tigkat harga minyak yang wajar.Pesan tersebut disampaikan kepala Negara kepada Direktur Utama Pertamina,AR Ramly, yang melaporkan persiapan delegasi RI dalam sidang OPEC tanggal 12 Juli mendatang di Jenewa.Pertemuan pagi ini dengan Kepala Negara juga dihadiri oleh Menteri Perindustrian Hartarto dan Sekertaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi, Anwar Nurhadi.
Sabtu,18 Juli 1987.
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto melantik 636 perwira remaja ABRI dalam suatu upacara di halaman Istana Merdeka Dalam upacara itu Kepala Negara menyematkan tanda pangkat kepada empat perwira lulusan terbaik, yaitu Letda. Muhammad Herindra (Angkatan Darat), Letda. Harjo Susworo(Angkatan Laut), Letda.Miarto (Angkatan Udara), dan Letda. M Tito Karnavian (Polri).
Dalam amanatnya Presiden antara lain mengatakan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang akan makin rampung peralihan generasi dalam jajaran ABRI.Proses peralihan generasi itu terjadi dalam semua kader-kader dan lapisan masyarakat kita.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa karena negara kita adalah negara kekeluargaan,karena tradisi kemanunggalan ABRI dan rakyat,maka pelantikan perwira-perwira remaja ABRI bukan hanya berarti bertambahnya pimpinan bangsa kita di masa datang.
Senin,18 Juli 1988.
Bertempat di Istana Negar,pagi ini Presiden Soeharto membuka Rapat Kerja Departemen Kehutanan. Dalam pidato sambutannya,Kepala Negara menyampaikan harapannya agar seluruh jajaran Departemen Kehutanan dapat benar-benar mempertahankan dan bahkan terus meningkatkan momentum pembangunan. Harapan itu peranannya dalam melestarikan hidup dan, di lain phak,dapat memberikan sumbangannya bagi pembangunan.
Selanjutnya Presiden meminta perhatian para peserta rapat kerja atas beberapa hal, dalam rangka penyiapan rencana kerja untuk pelaksanaan Revelita V. pertama, tersedianya bahan baku yang cukup dan berkelanjutan bagi industri pengolahan hasil hutan yangtelah ada.Untuk itu penting sekali berhasilnya pembangunan hutan tanaman industri, dan dilanjutkannya pelaksanaan sistem terbang pilih Indonesia. kedua, pelaksanaan penganekaragaman produk, baik produk hasil hutan maupun olahannya, termasuk peningkatan pemanfaatan limbah.
Ketiga, pelaksanaan rehabilitasi lahan-lahan kritis dan penanganan peladang berpindah menjadi peladang menetap. Untuk itu perlu ditingkatkan keikutsertaan masyaraka, baik dari kalangan masyarakat perhutanan. Keempat, konverasi hutan perlu terus menerus dimantapkan ,terutama melalui penignkatan penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat.
Pukul 10.00 pagi ini , setelah membuka rapat kerja Departemen kehutanan, Presiden Soeharto menerima Menteri Perindustrian Hartarto dan Menteri Muda Perindustrian Ariwibowo di Istana Merdeka. Mereka menghadap Kepala Negara antara lain untuk melaporkan tentang hasil kerja 61 BUMN dalam lingkungan Departemen Perindustrian. Dilaporkan mereka bahwa dalam semester pertama tahun 1988, terdapat 19 perusahaan mengalami kerugian, yang keseluruhannya berjumlah Rp 35,348 miliar. Akan tetapi,jika dibandingkan dengan kerugian yang dialami 20 perusahaan dalam kurun waktu yang sama tahun lalu sebesar Rp 58,589 miliar, berarti terjadi penurunan sebesar Rp 23, 241 miliar.
Di tempat yang sama,45 menit kemudian, Presiden Soeharto menerima Menteri Luar Negeri Siprus, George Iacouu. Dalam pertemuan itu Kepala Negara telah menjelaskan kepada tamunya tentang kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia ,upaya-upaya pembangunan dan peningkatan kesejateraan rakyat Indonesia.
Setelah bertemu Presiden,george lacouu mengatakan bahwa pembicaraan juga menyinggung tentang penyelenggaraan KTT Non- Blok, tetapi ia tidak mengungkapkan dengan tegas apakah negerinya akan mendukung keinginan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT Non- Blok yang akan berlangsung pada tahun depan.
Sabtu, 18 Juli 1992.
Pada jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto ketika menerima Menteri Keuangan JB Sumarlin yang menghadapnya bersama Menteri/ Sekertaris Negara Moerdiono. Mereka datang untuk melapor tentang hasil sidang CGI di paris yang sepakat untuk memberikan bantuan kepada Indonesia sebesar U$$ 4,94 miliar. menanggapi laporan itu, Kepala Negara mengajak masyarakat dan jajaran pemerintah untuk menjaga kepercayaan negara-negara dan lembaga internasional anggota CGI, dengan mengusahakan agar bantuan itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.
Pada kesempatan itu Presiden juga menyampaikan penghargaannya kepada anggota-anggota CGI atas perhatian dan pengertian mereka akan masalah-masalah yang dihadapi Indonesia dalam meaksanakan pembangunan.
Bertempat di Istana Negar,pagi ini Presiden Soeharto membuka Rapat Kerja Departemen Kehutanan. Dalam pidato sambutannya,Kepala Negara menyampaikan harapannya agar seluruh jajaran Departemen Kehutanan dapat benar-benar mempertahankan dan bahkan terus meningkatkan momentum pembangunan. Harapan itu peranannya dalam melestarikan hidup dan, di lain phak,dapat memberikan sumbangannya bagi pembangunan.
Selanjutnya Presiden meminta perhatian para peserta rapat kerja atas beberapa hal, dalam rangka penyiapan rencana kerja untuk pelaksanaan Revelita V. pertama, tersedianya bahan baku yang cukup dan berkelanjutan bagi industri pengolahan hasil hutan yangtelah ada.Untuk itu penting sekali berhasilnya pembangunan hutan tanaman industri, dan dilanjutkannya pelaksanaan sistem terbang pilih Indonesia. kedua, pelaksanaan penganekaragaman produk, baik produk hasil hutan maupun olahannya, termasuk peningkatan pemanfaatan limbah.
Ketiga, pelaksanaan rehabilitasi lahan-lahan kritis dan penanganan peladang berpindah menjadi peladang menetap. Untuk itu perlu ditingkatkan keikutsertaan masyaraka, baik dari kalangan masyarakat perhutanan. Keempat, konverasi hutan perlu terus menerus dimantapkan ,terutama melalui penignkatan penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat.
Pukul 10.00 pagi ini , setelah membuka rapat kerja Departemen kehutanan, Presiden Soeharto menerima Menteri Perindustrian Hartarto dan Menteri Muda Perindustrian Ariwibowo di Istana Merdeka. Mereka menghadap Kepala Negara antara lain untuk melaporkan tentang hasil kerja 61 BUMN dalam lingkungan Departemen Perindustrian. Dilaporkan mereka bahwa dalam semester pertama tahun 1988, terdapat 19 perusahaan mengalami kerugian, yang keseluruhannya berjumlah Rp 35,348 miliar. Akan tetapi,jika dibandingkan dengan kerugian yang dialami 20 perusahaan dalam kurun waktu yang sama tahun lalu sebesar Rp 58,589 miliar, berarti terjadi penurunan sebesar Rp 23, 241 miliar.
Di tempat yang sama,45 menit kemudian, Presiden Soeharto menerima Menteri Luar Negeri Siprus, George Iacouu. Dalam pertemuan itu Kepala Negara telah menjelaskan kepada tamunya tentang kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia ,upaya-upaya pembangunan dan peningkatan kesejateraan rakyat Indonesia.
Setelah bertemu Presiden,george lacouu mengatakan bahwa pembicaraan juga menyinggung tentang penyelenggaraan KTT Non- Blok, tetapi ia tidak mengungkapkan dengan tegas apakah negerinya akan mendukung keinginan Indonesia untuk menjadi tuan rumah KTT Non- Blok yang akan berlangsung pada tahun depan.
Sabtu, 18 Juli 1992.
Pada jam 09.00 pagi ini Presiden Soeharto ketika menerima Menteri Keuangan JB Sumarlin yang menghadapnya bersama Menteri/ Sekertaris Negara Moerdiono. Mereka datang untuk melapor tentang hasil sidang CGI di paris yang sepakat untuk memberikan bantuan kepada Indonesia sebesar U$$ 4,94 miliar. menanggapi laporan itu, Kepala Negara mengajak masyarakat dan jajaran pemerintah untuk menjaga kepercayaan negara-negara dan lembaga internasional anggota CGI, dengan mengusahakan agar bantuan itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.
Pada kesempatan itu Presiden juga menyampaikan penghargaannya kepada anggota-anggota CGI atas perhatian dan pengertian mereka akan masalah-masalah yang dihadapi Indonesia dalam meaksanakan pembangunan.
Penyusun : Eren