Tutup Penataran Manggala, Presiden Soeharto: Kita Perang Melawan Ancaman Idiologi Nasional[1]
MINGGU, 15 OKTOBER 1978, Malam ini
Presiden Soeharto menutup secara resmi Penataran Calon Penatar Pegawai
RI di Istana Bogor. Penutupan penataran ini ditandai dengan pelantikan
para lulusan penataran sebagai “Manggala”, dan penyematan tanda
“Manggala” secara simbolis oleh Kepala Negara. Dalam kata sambutannya,
Presiden mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan para Manggala itu
menjadi “Manggala Yudha”, “Panglima Perang”, melainkan “Manggala” dari
penataran tingkat nasional. Memang kita harus “berperang”, kata
Presiden, untuk menghadapi ancaman terhadap ideologi nasional kita, kita
tidak selalu berperang dengan senjata, karena kita bisa melaksanakan
perang “tanpa bala” (perang tanpa pasukan), “menang tan ngalahake” (menang tanpa merendahkan lawan). Itulah yang akan menjadi tugas para Manggala, demikian Presiden. (AFR).
[1]
Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret
1983″, hal 74-75. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI,
Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT.
Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.