Presiden Soeharto: Kerjasama Antar Ummat Beragama Bukan Sesuatu Yang Mustahil
(Jangan Ada Ummat Yang Merasa Dikalahkan atau Dimenangkan)[1]
JUM’AT, 12 MARET 1976, Presiden
Soeharto menyatakan keyakinannya bahwa kerjasama antar umat beragama
bukanlah sesuatu yang mustahil, apabila kita semua mau menerimanya
dengan jiwa besar. Diungkapkannya bahwa keyakinannya itu berdasarkan
pada kenyataan adanya kegiatan-kegiatan dialog antar umat beragama yang
telah berlangsung di daerah-daerah selama ini. Dalam rangka itulah perlu
dibentuk suatu wadah konsultasi antar umat beragama guna membicarakan
hal-hal yang dihadapi umat beragama. Badan itu juga berguna untuk
meningkatkan keikutsertaan umat beragama dalam proses pembangunan,
memberikan sumbangan yang lebih besar kepada pembinaan stabilitas
nasional, serta pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa.
Lebih jauh presiden menguraikan makna
kerukunan yang dimaksudkannya yaitu kerukunan yang tidak hanya
didasarkan pada prinsip hidup berdampingan secara damai yang bersifat
pasif, melainkan juga mengarah pada kerjasama atas dasar saling percaya
mempercayai dan hormat menghormati. Oleh karena itu, diharapkannya bahwa
didalam pembentukan wadah konsultasi antar umat beragama tersebut
jangan ada umat yang merasa dikalahkan atau dimenangkan.
Demikian dikatakan Kepala Negara dalam
sambutannya pada acara Maulid Nabi Besar Muhammad SAW yang diadakan di
Istana Negara malam ini. Uraian hikmah Maulid pada acara tersebut telah
disampaikan oleh Drs. Marsekan Fatawi, Pajabat Rektor IAIN Sunan Ampel,
Surabaya. (AFR)
[1] Dikutip Langsung dari Buku Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978, hal.345.