Presiden Soeharto Adakan Pembicaraan Resmi dengan Shah Iran dan Hadiri Nuzulul Qur’an[1]
RABU, 2 OKTOBER 1974, Selama satu jam,
mulai pukul 8.30 pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan
resmi dengan Shah Iran di Istana Merdeka. Berbagai masalah
internasional, regional maupun bilateral telah dibahas oleh kedua
pemimpin dalam pembicaraan tersebut, yang kemudian dituangkan dalam
suatu komunike bersama. Keduanya antara lain sependapat bahwa keamanan
di Teluk Persia dan Samudera Indonesia semestinya dijamin oleh
negara-negara yang berpantai di kedua wilayah lautan itu. Dalam
pembicaraan itu, Presiden Soeharto juga telah menjelaskan kepada Shah
Iran tentang konsep Wawasan Nusantara.
Pukul
10.15 pagi ini Shah Iran dan rombongannya meninggalkan Indonesia; di
lapangan udara internasional Halim Perdanakusuma, tamu negara dari Iran
itu dilepas oleh Presiden dan Ibu Soeharto. Sebelumnya, Shah dan Ratu
Iran telah berpamitan secara resmi kepada Presiden dan Ibu Soeharto di
Jepara Room, Istana Merdeka.
Presiden Soeharto malam ini menghadiri
acara peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Istiqlal, Jakarta. Pada
kesempatan itu, Kepala Negara mengingatkan kembali para pegawai negeri
tentang keputusan Pemerintah yang melarang mereka untuk menerima
pemberian dari orang lain, yang bukan keluarga, menjelang hari-hari
besar Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Cara-cara pemberian semacam itu
dikritiknya sebagai pemborosan dan ketidak-wajaran. (AFR)
[1]
Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973 - 23 Maret
1978″, hal 163-164. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI,
Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT.
Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.