Presiden Soeharto Menerima Misi Ekonomi Jepang dan Suku Dayak[1]
SELASA, 8 OKTOBER 1968, Bertempat di
Istana Merdeka pagi ini Presiden Soeharto menerima misi ekonomi Jepang
yang terdiri atas 20 pengusaha yang tergabung dalam Keidanren
(federasi organisasi-organisasi ekonomi Jepang). Kepada
pengusaha-pengusaha Jepang tersebut, Presiden Soeharto mengatakan bahwa
pembangunan hanya bermanfaat bagi rakyat apabila dilakukan dengan
mengerahkan segala daya dan dana yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri. Sekarang ini pembangunan Indonesia tidak mungkin dicapai tanpa
bantuan asing; sebaliknya bila selamanya menggantungkan diri pada
bantuan asing pun, tujuan pembangunan tidak akan tercapai. Oleh karena
itu, dijelaskan oleh Presiden, bahwa penanaman modal asing diarahkan
pada sektor-sektor yang belum dapat dilaksanakan oleh modal Indonesia
sendiri.
Siang hari, pukul 12.30, Presiden
Soeharto menerima 10 orang utusan suku Dayak dari Kalimantan Barat, yang
terdiri atas kepala suku/ panglima perang. Kepada para kepala
suku/panglima perang suku Dayak tersebut, Presiden menyatakan
kegembiraannya atas kedatangan mereka. Dengan pertemuan ini, menurut
Presiden, maka dapatlah diketahui keadaan atau perkembangan di
daerah-daerah. Dalam kesempatan itu Presiden berpesan agar rakyat
Kalimantan Barat dapat meningkatkan produksi, dan apa yang dilihat
selama kunjungan mereka ke ibukota hendaknya diterapkan pula di daerah
sesuai dengan kondisi yang ada di tempat mereka. (AFR).
[1]
Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23
Maret 1973″, hal 53-54. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden
RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT.
Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.