Presiden Soeharto: Pertentangan Agama Tidak Sesuai Kemurnian Pancasila
Menerima Sekjen Deplu Pakistan dan Beri Amanat Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta[1]
KAMIS, 26 SEPTEMBER 1968, Presiden
Soeharto hari ini di Istana Merdeka menerima Sekjen Departemen Luar
Negeri Pakistan, SM Yusuf, yang datang membawa pesan pribadi Presiden
Pakistan, Ayub Khan. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto mengakui
bahwa kini terdapat pembatasan dalam hubungan ekonomi kedua negara yang
terjalin dalam IPECC (Indonesian-Pakistani Economic Cooperation Committee).
Menurut Presiden Soeharto pembatasan-pembatasan itu terjadi antara lain
karena kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi Indonesia sekarang ini.
Dalam hubungan ini Presiden Soeharto menegaskan keyakinannya bahwa
IPECC akan dapat berjalan lebih lancar bilamana keadaan ekonomi
Indonesia telah membaik.
Dalam amanat tulisannya pada penutupan
Muktamar Muhammadiyah di Yogyakarta malam ini, Presiden Soeharto
mengatakan bahwa tidak sesuai dengan kemurnian Pancasila, jika timbul
gejala-gejala pertentangan agama dalam masyarakat. Pertentangan agama
dalam masyarakat justru akan mengakibatkan perpecahan dalam tubuh kita
sendiri, situasi ini hanya akan menguntungkan PKI. Oleh sebab itu
Presiden meminta supaya anggota-anggota Muhammadiyah dapat mewujudkan
toleransi agama, hidup rukun dan saling menghargai kepercayaan
masing-masing. (AFR).
[1]
Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23
Maret 1973″, hal 49-50. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden
RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT.
Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.