Presiden Soeharto Rapat Umum di Blang Padang Banda Aceh[1]
JUM’AT, 30 AGUSTUS 1968, Presiden
Soeharto mengatakan bahwa rakyat Sumatera Barat telah menunjukkan
perhatian dan kesungguhan dalam usaha perbaikan ekonomi, sesuai dengan
sasaran yang ditentukan oleh pemerintah daerah. Demikianlah kesan
Presiden tentang Sumatera Barat yang disampaikan kepada rakyat sebelum
meninggalkan provinsi di tepi barat Pulau Sumatera itu. Lebih lanjut
Presiden mengemukakan bahwa ia melihat kemungkinan-kemungkinan untuk
meningkatkan penghasilan rakyat di Sumatera Barat, terutama di sektor
pertanian. Untuk itu peranan swasta nasional harus dapat dimanfaatkan.
Kepada pemerintah daerah diminta agar memberikan perhatian yang
sungguh-sungguh pada bidang perkebunan sehingga dapat meningkatkan hasil
ekspor.
Dalam kunjungannya di Sumatera Barat,
Presiden telah menghadiahkan dua ekor kuda jantan kepada pemerintah
daerah setempat, sebagai kenang-kenangan kepada rakyat di provinsi itu.
Presiden Soeharto pagi ini jam 10.55
telah tiba di Banda Aceh dari Padang, dalam rangka kunjungan kerja dua
hari di Serambi Mekah. Siang itu juga Presiden bersembahyang Jum’at
bersama-sama umat Islam di Masjid Baiturachman, Banda Aceh. Dalam
amanatnya susai sholat, Presiden mengatakan bahwa umat Islam tidak perlu
khawatir akan dihancurkan oleh umat lain, meskipun memperoleh bantuan
dari luar negeri. Menurut Presiden, potensi umat Islam cukup kuat di
Indonesia.
Seusai sembahyang Jum’at, Presiden
Soeharto menghadiri rapat umum di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh.
Dalam amanatnya, Presiden mengatakan bahwa suksesnya Kabinet Pembangunan
bukan hanya tergantung pada pemerintah saja, melainkan juga pada
rakyat. Karena itu diserukan agar supaya rakyat Aceh giat membangun,
karena tanpa pembangunan, masyarakat adil dan makmur tidak akan
tercapai. (AFR).
[1]
Dikutip langsung dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 28 Maret 1968-23
Maret 1973″, hal 37-38. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden
RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT.
Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003.