Malang, 25 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
di Rumah
Penghujat Itu Bohong Besar[1]
“Salam sejahtera selalu menyertai Bapak dan Keluarga”
Pertama-tama saya mohon maaf karena
telah mengganggu istirahat Bapak. Bapak Soeharto yang baik !. Saya
sebagai rakyat jelata dan tidak pernah secara langsung mendapat
fasilitas dari Cendana (baik dari Bapak maupun putra/i Bapak). Sebab
saya ini rakyat kecil yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk itu,
akan tetapi saya bangga menjadi rakyat Indonesia. Dan lebih bahagia lagi
selama bangsa ini dipimpin oleh Bapak, saya sebagai rakyat kecil
merasakan hasil pembangunan di segala bidang. Jadi saya tidak sependapat
dengan orang-orang yang mencemooh dengan mengejek bahkan dengan
congkaknya meneriakkan Era Reformasi, yang bahkan sudah tidak menentu
ini. Dulu waktu Pak Harto jadi Presiden beras tidak semahal sekarang
ini, dulu waktu Bapak memimpin negeri ini saya masih bisa jualan kue
sehingga saya masih bisa mengangsur rumah, akan tetapi sekarang ini
semua orang demonstrasi di mana-mana sehingga keamanan sudah tidak
terjamin. Bahkan sekarang ini saya diberi batas waktu oleh Bank sampai
dengan tanggal 4 Agustus 1998, kalau tidak bisa membayar, rumah saya
akan disita. Sebab sudah tidak bisa mengangsur lagi.
Bapak Soeharto yang baik!. Di
koran-koran boleh menulis banyak rakyat tidak setuju dengan kepemimpinan
Bapak, saya rasa itu bohong besar sebab di desa-desa masih begitu
banyak rakyat yang mencintai Bapak sebagai Bapak Pembangunan. Saya
sangat tidak percaya, kalau Bapak seorang Koruptor atau penjahat yang
menyimpan harta, sebab setahu kami Bapak begitu tenang membawa bangsa
ini selama 32 tahun dalam keadaan aman, tapi disayangkan anak buah Bapak
banyak yang tidak bisa sehingga sekarang ketahuan kemunafikan mereka.
Kami tidak simpatik sama sekali. Dan kalau boleh kami sarankan sebagai
rakyat yang tidak berdaya apa-apa ini, dan apabila suara kami bisa
didengar tolong putra-putri Bapak tetap berjuang untuk Golkar. Saya
yakin masih banyak rakyat Indonesia mencintai dan menyayangi Bapak dan
kami tidak akan termakan isu apapun mengenai Bapak.
Bapak Soeharto yang baik !. Kami tetap
berdoa agar supaya Bapak dan Keluarga diberi keluasan oleh Tuhan di
dalam menghadapi cobaan yang sangat berat ini, kami yakin dan percaya
bahwa keadaan ini akan cepat berlalu. Supaya bangsa ini bisa pulih
kembali ekonominya seperti dulu Bapak memimpin negeri ini.
Akhirnya cukup sampai di sini dulu, dan terima kasih.
Kami sangat senang kalau Bapak mau membalas surat kami ini.
Agustini Mabausi
Malang-Jawa Timur
[1]
Dikutip langsung dari buku berjudul “Empati di Tengah Badai:
Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998″, (Jakarta:
Kharisma, 1999), hal 571. Surat ini merupakan salah satu dari 1074
surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan
luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan
simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat
tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.