Tepat tengah hari waktu istirahat kerja tim cendananews menjumpai para pegawai Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sulawesi Tenggara. Di ruangan tenun berbahan kayu ulin yang telah berusia 30 tahunan itu cendananews menemui Wanta Muri dan We Dehadaeno pengrajin perak khas Kendari serta La Lide seorang ahli pewarna kain tenun khas Sultra. Mereka bertiga merupakan angkatan pertama pengrajin yang diasuh oleh dekranasda Sultra semasa pemerintahan Soeharto. Mereka berkisah sekitar tahun 1980’an pernah dikirim ke Jakarta untuk mengikuti International Craft Confrence and Exhibition di Taman Mini Indonesia Indah yang diselenggarakan oleh DEKRANAS (Dewan Kerajinan Nasional) pada saat itu diketuai oleh Ibu Tien Soeharto.
Di Sulawesi Tenggara sendiri Dekranasda telah dirintis oleh beberapa pengrajin yang kemudian diberdayakan oleh pemerintah saat itu, beberapa tahun kemudian Ibu Negara Siti Hartinah Soeharto meresmikan Gedung Dekranasda Sultra dengan menandatangani sebuah prasasti tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1988. Sayangnya pada waktu pemugaran/rehabilitasi Kantor Dekranasda Sultra pada tahun 2013 lalu dengan menghabiskan biaya 1,6 Milyar rupiah, prasasti bertandatangan Ibu Negara tersebut kini tergeletak di dalam sebuah gudang gelap dan lembab. “Saya tidak mengerti kenapa prasasti bersejarah ini seperti tidak dihargai kasiang” ujar Wanta Muri, “Andaikan diijinkan saya mau simpan saja di rumah (saya) kasiang” tambahnya.
Dewan Kerajinan Nasional merupakan sebuah kebijakan di jaman Orde Baru dalam memberdayakan para pengrajin kecil hingga ke daerah-daerah seluruh Nusantara. Kebijakan ini terbukti memberikan dampak positif terhadap pelestarian kearifan lokal dan juga salah satu implementasi ekonomi kerakyatan yang kita kenal sebagai usaha kecil dan menengah (UKM). Pada saat krisis moneter tahun 1997-1998 sebagian besar dari mereka mampu bertahan dari dampak krisis ekonomi tersebut.
Wanta Muri dan We Dehadaeno merupakan saksi sejarah perihal kelestarian Kendari Werk (baca: Kendari Werek), yaitu sebuah keahlian dalam membuat perhiasan perak dengan motif khas Kendari yang kini orisinalitas karya tersebut masih berdenyut di Dekranasda Sultra. Awalnya keahlian membuat kerajinan ini diwariskan oleh imigran asal Tiongkok bernama Dji A Woi pada tahun 1920-an. Hingga kini beberapa daerah mengadopsi kerajinan Kendari Werk dengan berbagai motif dan pola sendiri, namun Wanta menjamin kalau kualitas Kendari Werk masih yang terbaik di dunia karena terbuat dari perak asli 97 persen.
Dekranasda Sultra yang berkantor di Jalan. Ahmad Yani no. 87 Kendari ini juga mengayomi beberapa pengrajin kain tenun dan kerajinan anyaman khas Buton, Muna, Mekongga (Kolaka), Bombana dan Tolaki, dimana daerah-daerah tersebut memiliki kekayaan sejarah dan filosopi nusantara yang harus terus dilestarikan serta dikembangkan. (Gani Khair, Jurnalis Cendana News)