Sejak pertemuan itu, saya memperoleh kesempatan untuk secara periodik berdialog dengan Pak Harto dan dengan demikian, mendengar sendiri dari dekat pemikiran-pemikiran beliau. Ternyata bahwa Pak Harto yang saya kenal sejak tahun 1950 sebagai pemimpin pemuda yang pendiam berumur 28 tahun, yang memiliki rasa kemanusiaan dan jiwa perjuangan yang tinggi, oleh sejarah serta perkembangan hidupnya telah dibentuk menjadi seorang pemikir falsafah, pemikir setrategis, dan pemikir politik, serta seorang negarawan.
Selama tujuhbelas tahun dari keempatpuluhsatu tahun saya mengenal Pak Harto, saya diberi kehormatan dapat mendampingi beliau sebagai salah seorang dari sekian banyak pembantu beliau. Dalam waktu 17 tahun sejak pertemuan hari itu, saya diberi kehormatan mengenal Pak Harto dari dekat, mengenal jalan pikiran beliau, memahami jalan pikiran beliau; mengenal falsafah beliau, memahami falsafah beliau, memahami sifat-sifat beliau. Salah satu sifat beliau sudah saya ketahui benar sejak tahun 1950, karena saya mengalaminya sendiri, yakni rasa kemanusiaan dan kesetiakawanan beliau yang besar terhadap anak buah dan orang sekelilingnya. Saya belajar mengenal sifat-sifat beliau lainnya.
Sifat beliau yang sangat menonjol adalah kesederhanaan. Saya menjadi kagum atas kebesar beliau. Hati saya semakin mantap dalam membantu beliau karena Pak Harto selalu memancarkan ketenangan ke sekelilingnya. Pernah saya ditanya oleh orang-orang di luar negeri dan dalam negeri: “Apa yang merupakan kebesaran Pak Harto?”. Dan selalu saya jawab: “Selain dedikasi beliau, sifat yang membuat Pak Harto orang besar adalah bahwa beliau memiliki intelegensi yang tinggi, memiliki ingatan yang kuat, memiliki perasaan manusiawi yang sangat tinggi, dibarengi dengan kepemimpinan yang bijaksana, yang setia pada cita-cita bangsanya, dekat dengan rakyat dan mengerti aspirasi rakyat”.
Saya berterimakasih kepada Tuhan bahwa dalam masa 41 tahun saya memperoleh kesempatan mengenal seseorang manusia dalam dua tahap: dari tahun 1950 sampau tahun 1974 secara sporadis, dan dari tahun 1974 sampai sekarang secara sistematis. Hubungan selama 41 tahun itu membentuk hubungan sebagai anak dengan bapak, dan sebagai murid dengan guru, yang mempengaruhi tindakan dan sikap saya terhadpa beliau. Saya mencintai dan menyayangi beliau sebagaimana seorang anak mencintai dan menyayangi ayahnya dan menghormati dan tunduk pada beliau sebagaimana seorang murid bersikap hormat dan tunduk pada gurunya. Baik sebagai anak maupun sebagai murid, saya berusaha tidak mengecewakan beliau. Saya berusaha menunjukkan bahwa perhatian besar beliau pada saya sejak tahun 1950 itu tidak sia-sia. Saya berusaha agar menjadi seorang Habibie yang dapat dibanggakan oleh Pak Harto.
Dalam tujuh belas tahun terakhir ini, saya diajarkan falsafah hidup manusia berbudaya Indonesia umumnya dan Jawa khususnya, sikap kepemimpinan Indonesia yang diilhami aspirasi dan inspirasi rakyat Indonesia yang kemerdekaannya diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, dan saya diberi pelajaran mengenai cara-cara mengatasi masalah-masalah dengan selalu mengingat falsafah hidup dan kepemimpinan tersebut. Ajaran-ajaran Pak Harto ini menjadikan saya lebih utuh karena menambah dan menyempurnakan pendidikan ilmiah dan pengalaman bisnis internasional yang saya peroleh sebelumnya di dunia Barat dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk perkembangan manusia.
Selama tujuh belas tahun itu saya berusaha sekuat-kuatnya untuk menghayati semua falsafah hidup beliau: falsafah hidup beliau sebagai negarawan, sebagai ahli politik, dan sebagai pemimpin nasional yang memiliki strategi nasional yang berpandangan jauh ke depan. Saya berusaha sekuat tenaga untuk menterjemahkan falsafah hidup Pak Harto itu ke dalam bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi demi memberi dharma bakti merealisasi falsafah itu menjadi fakta-fakta nyata; secara keseluruhan, tahap demi tahap, secara sistematis, secara tidak hanya tergantung dari satu elemen (“redundant“), dan dengan mengembangkan kesinambungannya dari generasi ke generasi, artinya, dengan mempersiapkan kader-kader yang dapat melestarikan perwujudan kongkrit falsafah Pak Harto itu sepanjang masa.
Bagi saya, Pak Harto merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa pada bangsa Indonesia; anugerah yang telah mengalami bentukan oleh rakyat dan oleh sejarah ,baik sejarah perjuangan nasional yakyat Indonesia sendiri maupun sejarah regional dan sejarah dunia, sampai hari ini. Tidak semua orang sanggup belajar dari rakyat dan dari sejarah. Pak Harto pandai menyerap masukan-masukan itu karena, menurut tafsiran saya disamping sifat-sifat pribadi lainnya, beliau adalah orang yang sangat manusiawi dan memiliki response terhadap getaran lingkungannya. Karena resonansi dengan getaran rakyat itulah maka Pak harto mampu menilai satu persatu dari sudut kepentingan rakyatnya dan mampu memutuskan semuanya pada waktunya.
Beliau memiliki ciri khas yaitu konsisten atau setia pada prinsip-prinsip perjuangan beliau yang identik dengan prinsip-prinsip perjuangan bangsanya. Saya telah melihat kembali petunjuk-petunjuk beliau yang saya catat selama tujuh belas tahun ini, dan ternyata selama tahun-tahun itu petunjuk dan anggapan beliau atas cetusan-cetusan saya sama saja. Artinya beliau konsisten dan menyatu dengan aspirasi bangsa.
Baru sekarang, setelah mengikuti pikiran, ucapan dan tindakan Pak Harto selama 17 tahun dan merenungkan hal-hal yang terjadi selama 41 tahun kami berdua saling mengenal. Saya mengerti bahwa perjalanan hidup kami yang saling berpapasan selama 24 tahun sejak 1950 dan saling berjalinan sejak tahun 1974, bukanlah sesuatu yang ditentukan oleh Pak Harto, bukan sesuatu yang ditentukan oleh Habibie, tetapi adalah sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu, saya melaksanakan tugas-tugas dengan tenang dan mantap. Saya melakukan tugas-tugas saya bukan karena di suruh, bukan karena takut, bukan karena ikut-ikutan, tetapi karena saya yakin. Saya yakin bahwa falsafah, strategi, dan kebijaksanaan Pak Harto, Putera Indonesia yang besar ini, adalah yang paling baik untuk bangsa ini. Itulah sebabnya mengapa tanpa mengenal lelah, tanpa mengenal takut, saya selalu berusaha menerjemahkan segala pemikiran beliau dalam bahasa seorang Insiyur yang bertugas membuat rumah yang indah untuk rakyatnya dengan karya-karya nyata dalam bentuk terobosan-terobosan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pembangunan bangsa. (AFR). (Habis).
***
[1] BJ. Habibie, “Menyatu Dengan Aspirasi Bangsa”, dalam buku “Diantara Para Sahabat: Pak Harto 70 Tahun”, (Jakarta: PT. Citra Kharisma Bunda, 2009), hal 381-384.
[2] Menteri Negara Riset dan Teknologi dalam Kabinet Pembangunan V.