Sidang Kabinet, Presiden Soeharto Minta Dirumuskan Sistem Dagang dengan Negara-Negara Sosialis[1]
RABU, 4 JUNI 1986, Dalam sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpin oleh Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini telah dibahas perkiraan permintaan beras hingga tahun 2000 mendatang. Diperkirakan bahwa kebutuhan nasional akan meningkat sebesar 2% setahun.
Tercatat bahwa pada tahun 1985, konsumsi beras nasional mencapai 26,5 juta ton, pada tahun 1990 diperkirakan akan mencapai 29,8 juta ton. Konsumsi beras pada tahun 1995 akan naik menjadi 33,6 juta ton, dan tahun 2000 sebesar 37,8 juta ton.
Sidang kabinet berkesimpulan bahwa kenaikan permintaan akan beras akan dapat ditahan dengan penganekaragaman menu makanan rakyat. Dalam hubungan ini, Presiden mengatakan bahwa bagaimanapun juga kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan harus dipenuhi. Dalam hal beras, maka kebutuhannya akan dipenuhi dengan peningkatan usaha ekstensifikasi dan intensifikasi sawah. Pada kesempatan itu Presiden mengingatkan bahwa sekalipun dilakukan penganekaragaman menu, akan tetapi langkah itu agar tetap berpatokan pada produksi dalam negeri.
Sementara itu Kepala Negara meminta Menteri Perdagangan untuk merumuskan tata cara dan sistem hubungan dagang dengan negara-negara Eropa Timur dan negara-negara sosialis lainnya. Hal ini dianggap perlu dan mendesak oleh Presiden, sebab dalam rangka peningkatan ekspor non-migas, maka kita harus meningkatkan ekspor ke Eropa Timur.
Juga dilaporkan dalam sidang, bahwa Indonesia kini telah mampu memproduksi semen untuk kebutuhan khusus seperti untuk pengeboran minyak lepas pantai. Oleh sebab itu pemerintah meminta kepada perusahaan-perusahaan pengeboran minyak untuk tidak lagi mengimpor semen khusus itu. (AFR)
-----
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988″, hal 470-471. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003