Wasiat Kebangsaan Presiden Soeharto : Konsensus Nasional
Dihimpun Kembali Oleh: Abdul Rohman
Ada dua macam Konsensus Nasional. Pertama ialah kebulatan tekad masyarakat dan pemerintah melaksanakan Pancasila dan UUD ’45 secara murni dan konsekuen. Kedua ialah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan (konsensus) yang pertama. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 263—
***
Pembukaan UUD 1945 yang mengandung Pancasila harus tetap dipertahankan, tidak boleh di ubah —Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1968—
***
Mengubah UUD 1945 berarti membubarkan negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945 —Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1968–-
***
Kita berketetapan hati menegaskan Pancasila adalah satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara —Presiden Soeharto, Sumpah Pemuda, 28-10-1993
***
Keputusan bersejarah itu (Pancasila sebagai satu-satunya asas) merupakan penangkal ampuh untuk menghindarkan diri dari konflik idiologi di negara kita —Presiden Soeharto, Sumpah Pemuda, 28-10-1993
***
Tujuan kita (dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas) adalah untuk memanunggalkan semua lapisan, golongan, kekuatan, dan generasi bangsa kita dengan dasar, ideologi, dan cita-cita bangsa dan negaranya. Dengan demikian, seluruh lapisan, golongan, dan kekuatan bangsa kita akan dapat terhindar dari konflik-konflik batin dan ketegangan-ketegangan yang menjadi sumber perpecahan dan luka-luka bangsa. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 409
***
Dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas, tidak berarti kita akan mempersempit ruang gerak bagi kehidupan beragama di kalangan masyarakat. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 409
***
(Dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas) tidak beralasan untuk khawatir bahwa Pancasila akan diagamakan atau agama akan dipancasilakan. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 409
***
Kita dapat menjadi manusia Pancasila yang penuh kesadaran dan sekaligus menjadi umat beragama yang penuh keimanan. Kedua-duanya dapat kita pertemukan, tanpa kita mengalami keretakan batin dan kegoyahan iman. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 472
***
Tidak perlu ada kekhawatiran bahwa dengan Pancasila sebagai satu-satunya asas, maka kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat lalu dibatasi. —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 409
***
Penegasan Pancasila sebagai satu-satunya asas justru memberi napas segar, menggerakkan dinamika, dan mendorong kreativitas dalam rangka memberi makna pada semboyan Bhinneka Tunggal Ika —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 435-436
***
Kekuatan yang paling besar dalam menegakkan Orde Baru ialah kesetiaan kepada Pancasila —Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1971—
***
Tanpa keyakinan kepada Pancasila, kita tidak mungkin menumpas pemberontakan PKI, yang dahulu dikenal sebagai partai politik terkuat —Presiden Soeharto, Pidato Kenegaraan, 16 Agustus 1971—
***
Pemikiran konsep politik, konsep ekonomi, dan konsep sosial yang bertolak dari paham lain di luar Pancasila dan UUD ’45 pasti akan membawa kita ke arah jalan yang sesat —“Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya”, 1989: 352–
***