PADA pokoknya pemenuhan dasar kebutuhan manusia terdiri atas pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Kalau membaca hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang setiap tiga tahun dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, maka kita akan melihat total pengeluaran konsumsi per kapita penduduk Indonesia terus meningkat, baik secara nominal maupun secara riil. Tampak pula bahwa alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan masih sangat dominan. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengeluaran rumah tangga yang makin besar memungkinkan masyarakat meningkatkan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi, sehingga dapat diperoleh pertumbuhan jasmani yang lebih baik. Sejalan hal itu, maka peningkatan pengeluaran untuk kesehatan akan menghasilkan masyarakat yang lebih sehat dan berkualitas. Disamping itu, peningkatan pengeluaran untuk pendidikan akan menghasilkan sumberdaya menusia yang makin tinggi keterampilan atau kemampuannya.
Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada prinsipnya dilakukan oleh tiap-tiap individu di masyarakat. Namun, Negara (dalam hal ini Pemerintah) dapat mempercepat perbaikan pemenuhan kebutuhan warga, dengan cara memberdayakan pendapatan negara secara optimal. Dalam kaitan ini, Pasal 27 Undang Undang Dasar mengamanatkan bahwa, “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Hal ini menunjukkan Pemerintah harus memberi bantuan kepada kelompok masyarakat berpenghasilan rendah agar mereka dapat memperoleh penghidupan yang layak bagi kemanusian. Perhatian Negara dalam usaha pemenuhan kebutuhan dasar warga, terutama pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan dapat diketahui dari besarnya realisasi anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan tersebut.
Indonesia negara agraris, yaitu negara yang mata pencaharian sebagian besar penduduknya dan bagian terbesar dari Produk Domestik Brutonya berasal dari sektor pertanian. Sebagian terbesar petani Indonesia menanami lahan pertanian dengan padi. Meskipun demikian, Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor beras, bahkan pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia.
Pada zaman penjajahan Belanda dahulu, rezim penjajah memang berusaha membuat harga beras murah dengan tujuan agar diperoleh tenaga kerja murah yang dapat dipekerjakan di sektor perkebunan. Kebijakan serupa terus diterapkan setelah Indonesia merdeka tapi dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Upah tenaga kerja yang murah diperlukan bagi pertumbuhan sektor industri sehingga diperlukan beras yang harganya murah agar terjangkau para pekerja, terutama yang berada di perkotaan.
Menghadapi situasi yang demikian, maka sejak memperoleh kesempatan membangun, Indonesia berusaha keras meningkatkan produksi beras sekaligus meningkatkan penghasilan petani. Dalam kaitan ini, perlu diingat bahwa petani di Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat sempit. Di Jawa yang merupakan penghasil beras terbesar di Indonesia, tidak sedikit jumlah petani yang hanya memiliki lahan kurang dari satu hektar.
Dalam upaya meningkatkan produksi beras, Pemerintah melaksanakan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Ekstensifikasi pertanian dilakukan dengan mencetak sawah khusus di luar Jawa yang masih memiliki lahan yang luas. Adapun intensifikasi pertanian ditujukan untuk meningkatkan produksi beras setiap hektar sawah.
Kebijakan Pemerintah yang sangat signifikan dalam meningkatkan produksi beras per hektar dimulai dengan penetapan rumus tani pada 1968, dimana harga 1 kilogram pupuk urea sama dengan 1 kilogram beras atau 2 kilogram gabah. Untuk mengimplementasikan rumus tani tersebut, Pemerintah setiap tahun menetapkan harga jual pupuk kepada petani dan harga dasar pembelian gabah petani oleh Pemerintah melalui Bulog. Karena itu, sejak 1969, Pemerintah berusaha membangun pabrik-pabrik pupuk dengan memanfaatkan gas alam yang cukup banyak dikandung bumi Indonesia.
Di samping itu peningkatan produksi padi dilakukan dengan penyediaan sarana produksi, perluasan jaringan irigasi, pemberian subsidi harga pupuk dan insektisida, penyediaan kredit dengan bunga murah dan pelayanan penyuluhan. Dengan menempuh langkah-langkah tadi, maka pada 1984 saat memperingati Hari Ulang Tahun FAO (Organisasi Pangan Dunia), Presiden Soeharto menerima penghargaan atas keberhasilannya berswasembada beras. Peningkatan produksi beras juga diikuti oleh peningkatan produksi palawija, sehingga ketersediaan pangan dapat ditingkatkan.
Keberhasilan dalan upaya meningkatkan produksi beras juga diikuti dengan upaya meningkatkan produksi peternakan. Sebab, peternakan mempunyai peranan penting dalan meningkatkan kualitas pangan selain akan dapat menambah pendapatan petani. Peternakan penting untuk meningkatkan kualitas pangan karena produk-produk peternakan, seperti daging, telor, dan susu mengandung protein hewani yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Bahkan para ahli banyak mengatakan bahwa kecerdasan seseorang sangat ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan otak saat kanak-kanak. Dan hal tersebut antara lain ditentukan oleh konsumsi protein hewani. Semua itu menunjukkan betapa pentingnya peranan peternakan bagi upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia.
Sampai dewasa ini, usaha peternakan di Indonesia untuk sebagian besar masih merupakan usaha peternakan rakyat. Usaha peternakan dilakukan sebagai usaha sambilan di samping usaha pertanian. Karena itu, jumlah ternaknya sangat terbatas dan seringkali digunakan sebagai tenaga kerja untuk membantu membajak sawah, teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga produktivitasnya rendah dan mutu produknya juga rendah. Padahal dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, bertambah pula jenis makanan yang dibutuhkan masyarakat, utamanya produk-produk peternakan. Apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi, maka akan mendorong impor. Padahal impor produk peternakan, seperti ternak, daging, susu, dan produk-produk susu lainnya telah cukup besar dan terus meningkat. Untuk menghindari impor produk-produk peternakan yang terus meningkat tadi, diperlukan langkah yang tepat untuk meningkatkan usaha peternakan rakyat.
Langkah-langkah penting untuk mendorong berkembangnya peternakan rakyat adalah dengan melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi serta memberi dukungan permodalan. Menyadari akan pentingnya peranan peternakan dalam membangun bangsa Indonesia, Pak Harto, yang berasal dari desa dan benar-benar mengenal kehidupan petani, membangun peternakan yang dikelola secara bisnis, Tapos.
Tapos bukan sekedar peternakan modern. Tapos merupakan peternakan yang mempunyai peranan untuk memajukan peternakan, khususnya peternakan rakyat di Indonesia. Sebab, peternakan dibangun dengan tujuan sebagai berikut.
Pertama, menerapkan dan mengembangkan teknologi peternakan yang tepat bagi Indonesia. Di peternakan ini, dilakukan percobaan-percobaan untuk menghasilkan makanan ternak yang baik dari bahan-bahan yang murah dan mudah didapat, misalnya dengan melakukan vermentasi dami (pohon padi setelah dipanen). Di peternakan ini juga dicoba membudidayakan rumput yang cepat tumbuh dan baik untuk makanan ternak. Di Tapos, juga dilakukan penerapan dan pengembangan teknologi bagi peternakan sapi perah dan pedaging.
Kedua, menghasilkan bibit ternak yang baik. Di peternakan ini dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki bibit ternak dengan melakukan persilangan antara berbagai jenis ternak. Dengan upaya ini diharapkan Tapos akan dapat menghasilkan bibit ternak yang tahan terhadap iklim negeri kita, namun dapat tumbuh dengan cepat. Juga diupayakan untuk menghasilkan bibit sapi perah yang dapat menghasilkan susu yang memadai. Upaya ini penting bagi upaya memperbaiki bibit ternak yang telah mulai menghasilkan ternak yang kurang baik mutunya. Di Tapos juga dikembangkan teknologi kawin suntik untuk memperbaiki ternak kita. Setelah didapat jenis ternak yang memadai, maka bibit tersebut disebarkan.
Ketiga, Tapos juga menjadi tempat belajar bagi mahasiswa bidang peternakan serta bagi mereka yang ingin menjadi peternak. Sampai saat ini, banyak peternak yang datang dari daerah-daerah di Indonnesia untuk belajar berternak di Tapos.
Jika di Indonnesia dibangun banyak peternakan seperti Tapos, khusunya yang berpotensi untuk mengembangkan peternakan mungkin akan sangat bermanfaat bagi pengembangan peternakan di Indonesia dan bagi upaya memenuhi kebutuhan pangan. Lebih-lebih kalau kita mengingat pentingnya peranan protein hewani bagi upaya membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, kebutuhan akan produk-produk peternakan tentu akan terus bertambah besar. Impor daging, susu, dan produk-produk peternakan yang terus bertambah besar memang perlu mendapat perhatian kita bersama dalam rangka memperkuat ketahanan pangan.[]